Demario menatap pemandangan didepannya, dimana para bodyguard yang tergeletak dimana-mana. Nyatanya, secepat apapun ia menuju kesini tetap saja ia terlambat
Jantungnya berdegup kencang melewati sekelompok manusia yang entah masih bernyawa atau tidak. Tujuan utamanya saat ini adalah, istri dan anaknya.
Carlos dan Roy yang baru sampai pun tak kalah terkejutnya. Ia pun mengikuti langkah Demario yang masuk kedalam mansion yang entah bagaimana keadaannya sekarang
Mereka saling menatap saat tubuh tegap didepannya terlihat menegang. Carlos dan Roy pun memberanikan diri untuk melihat apa yang membuat tuannya sampai seperti itu
Di sana, terdapat Samuel yang juga ikut tergeletak dengan darah disekitarnya
"El! El! Samuel!" Demario mengguncang tubuh Samuel agar pemuda itu sadar
"Samuel bangun!!"
Bukannya melihat pemuda itu membuka matanya, Demario malah mendengar seperti suara seseorang tengah menangis. Ia lebih menajamkan pendengarannya lagi. Itu seperti suara istrinya, Irene.
Ia pun menatap kamar tamu yang ada di samping tangga. Ia tak mungkin salah, itu pasti suara Irene. Saat akan menghampiri kamar itu, sebuah genggaman lemah menghentikannya.
Mata yang semula tertutup itu mulai terbuka dengan perlahan menampilkan iris tajam yang menatap ke arahnya
"Ken-ni-ro" ujarnya dengan terputus-putus
"Kenniro? Dimana dia?" Rasa cemas langsung menghampirinya saat Samuel menggeleng dengan pelan setelah itu kembali pingsan
Demario pun berlari menuju kamar tamu. Membuka pintunya yang ternyata dikunci. Dengan sekali tendangan, pintu itu terbuka menampakkan Irene dan Olivia yang menangis didalam
"Mas!" Irene langsung menubruk kan tubuhnya ke tubuh besar suaminya. Menangis lebih keras sambil memukul dada bidang Demario
"Kamu kemana aja?" Tanya nya sambil menangis histeris. Sedangkan Olivia sudah berlari kearah Samuel
"Maaf" Demario menggumankan kata itu berulangkali sambil mengecup dahi istrinya, Irene pasti sangat ketakutan. Ia menangkup wajah istrinya, menyeka air mata yang sudah membasahi pipin Irene dengan ibu jarinya
"Kenniro mana?"
"Kenniro?" Wajah istrinya itu tampak linglung, sebelum akhirnya menangis lagi dengan histeris
"Irene, tatap saya" Irene pun dengan takut-takut menatap suaminya dengan air mata yang masih mengalir
"Dimana Kenniro?" Tanya Demario lagi dengan nada yang lebih tegas
"Ken—"
"Irene!" Pekik Demario saat Irene meluruh dalam dekapannya.
"Roy!!" Yang dipanggil pun langsung menghadap
"Cari putraku!" Ujarnya dengan datar. Lalu ia pun menggendong istrinya ala bridal style menuju ke kamar dan membaringkannya di ranjang
Demario gelisah, ia belum bisa tenang jika belum bertemu Kenniro, Putranya. Ia pun keluar, berjalan menuju kamar putranya. Demario juga melihat Carlos yang tengah mengatur bodyguard agar membereskan kekacauan yang terjadi
"Tuan, tuan muda tidak ada disini"
Bugh
Bugh
Bugh
"Arkhh!!" Ringis Roy saat wajah dan perutnya di pukul oleh Demario dengan keras
Demario menarik kerah baru Roy, matanya menyorot tajam ke arah asistennya itu.
"Apa kau tidak mendengar perkataan ku? Cari putraku!!"
"Ba-baik tuan" Roy pun segera pergi dari sana
"ARKHHHH!!"
DUGH
tangannya memukul tembok disampingnya. Hingga menampilkan jejak kepalan tangan disana saking kerasnya pukulannya
Tangannya masih terkepal erat dengan nafas memburu. Dalam hati ia bersumpah jika sampai terjadi sesuatu dengan putranya, ia tidak akan mengampuni nyawa Darwin.
Demario ingat, kejadian ini bermula dari Brama — Kakak Darwin yang dulunya mengajak dirinya untuk kerjasama tetapi di tolak olehnya. Karena Brama tak terima, ia pun mulai menganggu nya dengan cara apapun. Mulai dari mendatangi kantornya setiap hari dan juga mengganggu keluarganya. Puncaknya, Brama tiba-tiba menyerang mansion nya entah untuk apa. Kala itu Irene sedang mengandung buah hati mereka, Demario yang tidak ingin terjadi sesuatu pada keduanya pun menyuruh Irene untuk kabur sejauh mungkin, tak disangka dirinya malah kehilangan jejak Irene ditambah dengan Brama yang berhasil kabur. Akhirnya, beberapa bulan yang lalu Brama berhasil ia bunuh dengan tangannya sendiri pun dengan istri dan anaknya yang kembali. Tapi, Darwin yang tak terima kakaknya dibunuh pun melakukan balas dendam.
.
.
.
Samuel membuka matanya, sedikit meringis kala rasa pening langsung menjalar di kepalanya
Ia pun mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia jatuh pingsan.
Saat itu ia sedang bersantai di ruang tamu bersama Olivia dan Irene. Tiba-tiba saja segerombolan orang masuk menyerang bodyguard mereka dengan membabi-buta. Ia pun segera membawa Olivia dan Irene ke kamar tamu dan menguncinya agar tidak terjadi sesuatu pada mereka. Lalu ia pun ikut menyerang, sampai saat dimana ia mendengar teriakan Kenniro yang meminta tolong dari arah kamarnya. Tapi saat akan menaiki tangga untuk menghampiri Kenniro, kepalanya tiba-tiba dipukul dengan sesuatu lalu semuanya gelap.
"Kenniro" guman Samuel, dirinya pun segera bangkit dari kasur dan berjalan keluar
Saat sudah di luar kamar, ia bisa mendengar suara teriakan Demario di bawah sana sedang memukuli bodyguard. Roy dan Carlos pun tak lepas dari pelampiasan amarahnya
Sudah ia duga, Demario akan semarah ini. Samuel merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Kenniro dengan baik
Samuel bahkan tak berani mendekat melihat betapa bruntal nya Demario saat ini. Kilat amarah terlihat jelas dimatanya, tapi diwaktu yang bersamaan Samuel juga melihat untuk yang pertama kalinya mata itu sedikit berkaca-kaca
Bugh
Bugh
Bugh
"Untuk apa aku mempekerjakan mu jika menjaga putraku saja kau tidak becus!!" Desisnya tajam
Brak!
"Ukhuk! Ukhuk!" Pria yang baru saja dilempar Demario itu mengeluarkan darah di mulutnya, tangan lelaki itu memegang dadanya yang terasa nyeri
"Berhenti Pa!" Dengan sedikit keberanian, Samuel berhasil menghentikan Demario yang akan kembali memukuli orang itu
Demario berbalik, matanya masih saja menyorot tajam entah siapapun itu yang ada didepannya. Ia berjalan cepat kearah Samuel dan memegang kedua bahu Samuel dengan sangat erat membuat Samuel sedikit meringis, kekuatan Demario tak main-main.
"Dimana Kenniro?" Tanya nya dengan nada dingin
Samuel yang sudah tak tahan menatap mata Demario pun menundukkan kepalanya
"DIMANA KENNIRO, SAMUEL? DIMANA ADIKMU?!!"
Samuel menelan ludahnya susah payah saat mendengar nada tinggi yang ditujukan untuknya. Apalagi dengan Demario yang memaksanya untuk menatap mata tajam penuh amarah itu.
"Ma-maaf, Pa" akhirnya hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutnya. Lidahnya terasa kaku untuk sekedar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi
"SAYA TIDAK MEMBUTUHKAN PERMINTAAN MAAF MU!! SAYA TANYA, DIMANA PUTRAKU? DIMANA ANAKKU, SAMUEL!!" Teriaknya dengan keras, tangannya semakin meremas bahu Samuel dengan saat erat.
"Ken-Kenniro di-dibawa, Pa" ujarnya dengan terpatah-patah. Ia masih ingat, sebelum menutup matanya ia sempat melihat Kenniro yang dibawa pergi oleh seseorang. Dia tak bisa mencegah orang itu, rasa sakit di kepalanya mengalahkan semuanya
"Apa maksudmu?"
"Aku lalai menjaga Kenniro"
Bugh!
Satu pukulan berhasil membuat Samuel terjatuh. Tapi tak semudah itu, Demario membuat Samuel berdiri dengan paksa setelahnya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Tuan!" Teriak Roy yang mencoba menghentikan aksi Demario. Tapi sayang, tubuhnya terhempas ke dinding dengan begitu mudahnya
Bugh!
Satu pukulan terakhir dan Demario langsung menghempaskan nya di lantai dingin itu.
"ARKHHH!!" teriak Demario dengan sangat keras dan berlalu pergi dari sana untuk mencari Putranya, kesayangannya.
Akhirnya ada waktu luang
Untuk up lagi. Enaknya, Kenniro di bikin nakal lagi atau nurut nih?
🍄🍄🍄