Married with Enemy [On Going]

Por gitaaam

62.6K 2K 835

[ FOLLOW AKUN AKU TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA ] 16+ Berawal dari sebuah aura permusuhan bebuyutan yang beras... Más

[01] Married With Enemy
[02] Married with Enemy
[03] Married with Enemy
[04] Married with Enemy
[05] Married with Enemy
[06] Married with Enemy
[07] Married with Enemy
[08] Married with Enemy
[09] Married with Enemy
[10] Married with Enemy
[11] Married with Enemy
[12] Married with Enemy
[13] Married with Enemy
[14] Married with Enemy
[15] Married with Enemy
[16] Married with Enemy
[17] Married with Enemy
[18] Married with Enemy
[19] Married with Enemy
[20] Married with Enemy
[22] Married with Enemy
[23] Married with Enemy
[24] Married with Enemy
[25] Married with Enemy
[26] Married with Enemy
[27] Married with Enemy

[21] Married with Enemy

1.9K 75 15
Por gitaaam

MWE

Ges!! Aku lupa buat update semalammm, apalagi di daerah aku tadi malam itu hujan deras banget di tambah lagi ada petir gitu jadi gak di boleh main hp.

Sorry banget ya ges, padahal di undangannya tanggal 12 eh malah jadinya tanggal 13 updatenya T_T

Ini juga aku ngetiknya dadakan banget kayak tahu bulat yang di goreng dadakan. Aseli nyari ide tuh susah bangetttt😭

Dan kalian tauuuu, tadi kan aku ngetik ini tuh udah sampai 2200+ kata gitu kan, nah rupanya gak kesimpen akuuuuuuuuu😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Terus aku sadarnya pas lagi ngecek ulang sebelum di update, eh pas aku cek kok jadi 1700+ kata, rupanya sebagian hilanggggg nangis bangetttt😭😭😭😭
Jadilah aku ngetik ulangggg, padahal udah suka banget sama awal malah kehapus pulak lah, jadinya ini aku ketik ulang udah gak mood kali aku, jadinya ada yang aku skip karena beneran udah lupaa😭😭

Udah deh intinya kalian baca aja chapter dadakan ini, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 😁

🤩HAPPY WEEKEND ya semuaa🤩

🌿🌿🌿

[21] Hari yang tak dinantikan

[ H A P P Y R E A D I N G ]

...o0o...

Hari yang tidak dinantikan dan tidak pernah diharapkan oleh Freya dan Rendi pun akhirnya akan terlaksanakan pada pagi ini pukul 10:00 WIB tepat di rumah Bude Nia sebagai acara akad.

Bahkan Freya tak bisa tertidur membayangkan nanti akan tinggal seatap dengan lelaki yang dianggap musuhnya itu. Bagaimana nanti rumah tangganya kalo kepala keluarganya aja bentukan kayak si Rendi?

Tak berbeda jauh dengan Freya. Rendi juga tak bisa tidur semalam dengan menghapal ijab kabul tak henti-hanti. Bahkan Rendi menghapalnya sambil mengelilingi ruangan kamarnya. Rendi juga berpikiran sama dengan Freya, apakah dirinya nanti bisa menjadi kepala keluarga yang baik dan bijaksana?

Tok...Tok...Tok...

Pandangan Freya teralihkan karena suara ketukan pintu tersebut. "Masuk!"

Ceklek!

Pintu itu terbuka dan terlihat Mami Ranti yang sudah sangat siap tersenyum melihat Freya yang sudah cantik itu.

"Ya ampun, cantik banget menantu Mami. Yakin deh, si bandel itu pasti terpesona sama kamu, Frey!" seru Mami Ranti.

Pipi Freya yang sudah merah karena blush-on semakin merah karena pujian Mami Ranti. "Makasih Mami. Mami juga cantik kok," balas Freya tersenyum.

"Sini-sini peluk dulu, dong." Mami Ranti merentangkan tangannya lebar-lebar yang di sambut oleh Freya.

Mami Ranti mengelus punggung yang terbalut kebaya Freya. "Mami doakan rumah tangga kalian awet sampai kakek nenek, selalu di lancarkan segala urusannya, dan selalu di limpahkan rejekinya."

Freya mengangguk dengan setengah hati dan tersenyum. "Iya, Mi. Makasih doanya, Mami sama Papi pun juga sehat-sehat dan panjang umur," balas Freya.

Pelukan mereka terlepas dan Mami Ranti menangkup wajah Freya. "Mami gak nyangka loh kamu bakal jadi mantu Mami, padahal niat Mami kan cuma mau jadikan kamu anak gadis Mami. Eh, malah si bandel itu yang buat kamu jadi mantu Mami," curhat Mami Ranti. "Maafin anak Mami yang bandel itu ya Frey. Mami gak tau kalo dia di luar seliar itu sampai berani ngerusak anak gadis orang," sambung Mami Ranti.

"Iya, Mi. Udah jalannya begini mau gimana lagi, yang ada Freya harus terima dengan lapang dada dan harus ikhlasin semuanya, termasuk mimpi-mimpi yang belum Freya gapai," ujar Freya dengan senyuman kecil yang tercetak dibibirnya.

"Yasudah Mami mau ke depan dulu ya. Nanti si Nia yang jemput kamu." Freya mengangguk mendengar itu dan Ranti pun keluar dari kamar.

"Harus kuat!" gumam Freya menyemangati dirinya.

...o0o...

"Sah!"

Seruan itu menandakan terikatnya kedua pasang manusia kedalam hubungan suami-istri. Siapa saja yang mendengar kalimat itu diserukan akan merasa lega. Tapi, tidak dengan memeplai laki-laki kita yang wajahnya tampak sangat tertekan. Walaupun dia mengucapkan dengan lancar tampa pengulangan, tapi wajahnya tak nampak lega.

Sedangkan Bude Nia berjalan menuju kamar dimana Freya berada.

Ceklek!

"Nduk, ayo turun. Akadnya sudah selesai."

Ucapan Bude Nia membuat Freya mengalihkan pandangannya dari cermin besar di depan dan berjalan ke arah Bude Nia dengan pelan.

"Sekarang kamu sudah jadi istri. Kamu harus nurut sama semua perintah suami kamu, jangan suka melawan sama suami, apalagi kalo suami minta hak nya sebisa mungkin jangan kamu tolak karena itu dosa. Paham, Nduk?" Bude Nia memberikan sedikit nasehat saat Freya sudah di depannya.

Freya mengangguk pelan. "Iya, Bude. Sebisa dan semampu Freya lakuin," jawab Freya.

Mendengar itu Bude Nia mengangguk. "Udah ayo kita kedepan, yang lain sudah nungguin kamu."

Bude Nia menggandeng tangan Freya agar berjalan menuju tempat akad di laksanakan. Semakin dekat membuat Freya gugup serta gelisah tak menentu membuat Freya menunduk terus.

"Duduk di samping suami, Nduk."

Perkataan Bude Nia membuat Freya tersadar dan mengangkat pandangannya ke depan. Dapat Freya liat semua mata tertuju padanya, kecuali Rendi. Rasa-rasanya Freya ingin lari kembali memasuki kamar tadi.

"Bude Freya boleh gak duduk sama Bude aja?" tanya Freya berbisik ke Bude Nia.

Sontak punggung Freya di tepuk pelan oleh Bude Nia. "Kamu itu gimana sih? Orang sudah sah ya kamu harus duduk di samping suami kamu. Gih sana!"

Dengan langkah berat Freya duduk di samping Rendi yang pandangannya hanya tertuju kedepan seolah tak peduli dengan keadaan sekitar yang berbisik-bisik kecil.

"Di persilahkan kepada kedua mempelai untuk memakaikan cincin di jari manis pasangannya," ucap Pak Penghulu seraya menyodorkan sebuah kotak beludru berwarna merah maroon.

Tangan Rendi terangkat dan mengambil cincin yang ukurannya lebih kecil, kemudian mengambil alih tangan kiri Freya lalu menyematkan cincin di jari manis perempuan itu. Kegiatan itu membuat Mami Ranti meneteskan air matanya, tak menyangka anak kecil yang dulu selalu tantrum jika tak dibelikan mainan, sekarang sudah menjadi kepala keluarga.

Sekarang gantian dengan Freya yang mengambil satu buah cincin yang tersisa lalu menyempatkan nya di jari manis Rendi. Bude Nia menitihkan air matanya juga saat melihat itu. Anak yang dititipkan kepadanya sewaktu umur 7 tahun kini sudah menjadi seorang istri.

"Sekarang di persilahkan untuk suami mencium kening istrinya, lalu istri menyalimi tangan suami," ucap Pak Penghulu.

Sejenak Rendi terdiam mendengar ucapan Pak Penghulu. Lalu dengan kaku dan ragu tubuh Rendi menyamping menghadap Freya dan menangkup wajah perempuan itu. Memonyongkan sedikit bibirnya dan mendekat ke kening Freya.

Sedangkan Freya sendiri sudah memejamkan matanya saat melihat bibir Rendi maju ke arah wajahnya. Di dalam dadanya seperti ada yang sedang ber-dj didalam sana apalagi saat sudah merasakan sentuhan bibir Rendi di keningnya.

Jepret!

Blitz kamera membuat Rendi dengan secara menarik dirinya menjauh seraya membetulkan posisi duduknya.

"Untuk istri silahkan salim tangan suami."

Mendengar itu dengan ragu Freya mengambil telapak tangan Rendi dan menempatkan punggung tangan Rendi di bibirnya.

Jepret!

Seolah tak ingin kehilangan momen yang sakral itu. Sang photograper juga mengabadikan momen itu dengan cepat.

"Nah sekarang kalian berdua sudah sah menjadi suami-istri baik agama maupun negara. Saya harap rumah tangga kalian sakinah mawadah warahmah, mejadi keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat hingga sampai ke surga, diberikan momongan yang lucu-lucu dan soleh-solehah. Aamiin."

Mendengar itu membuat kedua pasangan yang baru resmi ingin menjerit. "UDAH KEBURU JADI BAYI NYA ATUH BAPAK!"

...o0o...

Resepsi di laksanakan secara sederhana di kediaman Papi Rehan dan Mami Ranti. Terlihat lumayan banyaknya tamu yang hadir sebagian besar adalah tetangga sekitar.

Percayalah, sejak tadi pasangan suami-istri yang sedang duduk di pelaminan itu hanya diam saja. Belum ada yang berani untuk membuka atau memulai percakapan.

"Freya kamu kalo capek duduk saja gapapa. Apalagi kamu lagi hamil pasti cepat merasa lelah," ucap Mami Ranti yang baru saja datang untuk melihat kondisi suami-istri itu.

Freya mengangguk. "Iya, Mami." Freya pun segera duduk karena sebenarnya dirinya juga lelah menyambut tamu, padahal tamunya juga tak seberapa.

"Mas! Kamu kalo laper biar Mami ambilkan nasi, dari semalam loh kamu belum ada makan," tegur Mami Ranti ke anak sulungnya.

"Nanti aja, Mi. Yakali disitu Rendi lagi makan, disitu juga Rendi salaman sama tamu. Aneh Mami," balas Rendi dengan cemberut.

Muka Mami Ranti sudah sepet melihat tingkah anaknya itu. "Asal kamu tau ya Freya, suami kamu ini bandelnya minta ampun. Selaman di kamar terus, di panggilin buat makan jawab nya nanti mulu sampai gak makan. Jadi Mami mau kamu persiapkan diri deh mulai sekarang karena nanti hari-hari kamu bakal ngomelin ini anak bandel terus," cerocoa Mami Ranti seakan memarahi anaknya itu.

"Iya, Mami." Tak tau mau balas gimana, Frey hanya mengangguk saja sebagai balasan.

"Udah Mami sana aja di depan sambut tamu. Liat tuh sahabat Rendi pada mau salaman."

Mami Ranti mendelik merasa diusi oleh anaknya. "Awas kamu ya, Mas!"

Tak lama terlihat beberapa lelaki remaja yang berbondong-bondong untuk menaiki pelamin dengan rusuh. Rendi yang melihat itu menghela nafas lelah melihat tingkah sahabatnya yang tak kenal tempat untuk berbuat rusuh.

"YO! MAMEN! Akhirnya Rendi kita sold out juga!" seru Arka yang bersalaman ala mereka dengan Rendi.

"Frey lo kudu hati-hati sama Rendi ntar malem, nih anak brutal parah!" sambung Elang.

Rendi menendang tulang kering Elang membuat sang empu kesakitan. "Gak usah sok tau lo!" cibir Rendi.

"Sakit anjir! Lo nendangnya gak pakai perasaan banget sih!" ring is Elang. "Lo liat kan, Frey, sama gue aja dia tega apalagi sama lo yang istrinya, habis lo malem ini sama dia Freya. Kalo gue saranin sih mending lo usir aja dia nanti malem, suruh tidur di luar aja," tambah Elang kepada Freya. Sedangkan Freya hanya menyengir saja mendengar ocehan Elang kepadanya.

L

alu tatapan Rendi menuju ke Argara. "Wih! Bawak kado apaan lo?" tanya Rendi.

"Ada." Argara merogoh saku celananya mengambil kotak lalu memberikan ke Rendi dengan santai. "Nih, buat lo."

Sontak Rendi langsung merebut itu dan di campakkan ke tempat duduk nya. "Anjir lo, Ga! Yang bener aja ngasih gue kado begituan, untung gak ada tamu yang liat!" geram Rendi.

Argara mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Itu juga pastinya berguna. Lagian istri lo juga ngasih begituan kok waktu gue nikahan dulu," jawab Argara dengan santai.

"Ck! Serah lo dah!"

Arka maju mendekati Freya dengan heboh. "Selamat ya Freya dan Rendi. Awet sampai kakek-nenek ya."

Freya tersenyum dengan canggung. "Makasih Arka."

"Selamat buat lo berdua," sahut Argara lalu menyeret ke-tiga sahabatnya untuk turun dari pelaminan. "Turun. Banyak tamu yang antri mau salaman."

Tak lama cowok-cowok turun, datangnya ke-tiga cewek-cewek yang heboh menaiki pelaminan.

"Aaa! Freya selamat ya! Bahagia selalu," ucap Ayna dengan heboh. Pandangan Ayna menatap Rendi dengan sengit dan berjalan mendekati laki-laki itu, dan...

Bugh!

"Akhh! Sakit bangsat!" lirih Rendi dengan memegangi tulang keringnya yang di tendang kuat oleh Ayna menggunakan sepatu heels milik perempuan itu.

"Emang enak! Rasain tuh!" cibir Ayna.

Cukup lama mereka ber-tiga berbincang-bincang ringan setelah satu-persatu mereka mengucapkan selamat.

"Udah, yuk turun. Kita-kita mau pulang dulu ya Frey, nanti kalo lo dijahatin sama tuh cowok, sikat aja sampai mampus," nasehat Rayana yang memandang sengit Rendi.

Mendengar itu Freya mengangguk saja, pasalnya sudah sedari tadi Rendi menjadi sasaran para sahabatnya. "Iya, bakal gue inget perkataan lo semua. Makasih loh ya udah pada dateng."

Setelah kepergian ke-tiga perempuan itu membuat Rendi bernafas lega. Lalu mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Freya. "Sadis amat sabahat lo."

...o0o...

Hari semakin larut dan acara pun sudah selesai sedari tadi. Sekarang di ruang keluarga hanya ada sepasang manusia yang baru resmi menjadi suami-istri. Kenapa cuma berdua? Karena Papi Rehan, Mami Ranti, dan Bude Nia sudah kembali ke peradapan nya masing-masing menyisahkan mereka berdua yang di selimuti suasana sunyi dan canggung.

Tadi ketiga orang tua itu bersepakat bahwa Rendi dan Freya akan tinggal di rumah ini untuk sementara waktu karena kehamilan Freya yang masih sangat muda masih rawan akan keguguran.

"Ekhm! Gue mau ke kamar, lo masih mau disini?" tanya Rendi.

Mendapat pertanyaan itu membuat Freya mengangkat pandangannya menatap Rendi. "Gue ikut."

Rendi pun berjalan duluan dan diikuti Freya dari belakang menuju kamar Rendi.

Sesampainya di dalam kamar, suasana bahkan lebih canggung dari sebelumnya. Rendi pun memilih membersihkan dirinya duluan karena sudah gerah dan lengket. Sementara Rendi yang sedang mandi, Freya pun mengamati setiap sudut yang ada di kamar Rendi ini.

Menunggu Rendi selesai mandi, Freya memutuskan untk duduk di sofa yang ada tepat di depan ranjang.

Ceklek!

Bunyi pintu terbuka membuat Freya menatap pintu kamar mandi itu dan melihat Rendi yang keluar hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawahnya membuat Freya memejamkan matanya erat-erat.

"Baju lo kemana?!" sentak Freya.

"Lupa gue bawak tadi," balas Rendi dengan santai. "Lo gak mandi?" tanya Rendi.

Freya menggeleng. "Gue gak ada bawak baju."

Mendengar itu Rendi mencari baju kaos nya yang kecil serta boxer nya untuk di pergunakan oleh Freya. Rendi meletakkan nya di atas paha Freya. "Sana mandi lo. Tapi gue gak ada nyimpen BH sama CD cewek disini," ungkap Rendi.

Dengan cepat Freya mengambil baju serta boxer itu dan memasuki kamar mandi. Di dalam Freya berpikir sejenak apakah dirinya harus memakai dalaman yang sedari pagi tadi belum ia ganti? Pasalnya Freya ini termasuk orang yang risih apabila tidak berganti dalaman. Dengan berat hati Freya pun memutuskan untuk tidak memakai dalaman daripada risih dan tak bisa tidur?

Selesai dengan ritual mandinya, Freya melihat kamar kosong yang artinya Rendi sedang diluar. Freya mengambil banyak dan selimut untuk di letakkan di sofa, Freya memutuskan untuk tidur di sofa daripada seranjang dengan Rendi, takut adanya kejadian yang tak diinginkan.

Ceklek!

Freya yang sudah siap untuk tidur pun di buat terduduk kembali saat pintu kamar terbuka. Terlihat Rendi yang baru saja masuk dengan gelas yang berada di tangannya.

"Ngapain lo di sofa?" tanya Rendi saat sudah di depannya.

Rendi yang berdiri di depannya membuat Freya mendongak menatap Rendi. "Tidur."

Alis Rendi terangkat sebelah. "Lo buta apa gimana? Ranjang sebesar itu masih cukup untuk nampung 3 orang," sahut Rendi. "Nih! Susu buat lo. Jangan ge-er dulu, tadi gue disuruh Sam. Mami untuk bikinin susu hamil untuk lo."

Dengan ragu Freya menerima gelas itu dan meminumnya. Sementara Freya yang minum, Rendi pun mengambil bantal serta selimut yang Freya bawak tadi kembali ke ranjang.

"Lo tidur di ranjang, gak ada yang tidur do sofa. Ini bukan drama yang sering lo liat, dan ini juga bukan novel yang sering lo baca," ucap Rendi yang sudah merebahkan dirinya duluan.

Freya menghela nafas mendengar itu kemudian meletakkan gelas yang sudah kosong itu di nakas sebelah ranjang. Dengan ragu Freya merahkan tubuhnya membelakangi Rendi yang sudah memejamkan matanya. Saat matanya sudah dilanda kantuk, sebuah tangan melilit perutnya dari belakang membuat dirinya terkejut dan terduduk kembali.

"Apaan sih lo?! Gak usah kurang ajar ya main peluk-peluk segala!" sentak Freya ke Rendi yang juga ikutan terduduk.

Rendi merengut. "Memang kenapa sih? Peluk aja salah! Gue ini gak bisa tidur kalo gak peluk guling, dan soalnya guling gue di buang sama Mami. Janji deh gue gak bakal macem-macem cuma peluk doang, Frey. Daripada gue gak bisa tidur," jelas Rendi dengan malas.

Mata Freya mendelik. "Peluk bantal kan bisa!"

"Ah! Lama lo!"

Setelah mengucapkan itu Rendi mendorong bahu Freya agar kembali tidur. Dengan cepat Rendi memeluk Freya dari belakang mendaratkan lilitan tangannya tepat di bawah dada Freya membuat nafas Freya seketika memberat. 'Sial! Kenapa jadi panas gini?!'

Lama-kelamaan rasa kantuk itu menyerang mata Freya kembali. Dan saat akan memejamkan matanya, sontak mata Freya kembali segar karena bisikan yang berasal dari belakangnya.

"Lo gak pakai daleman ya, Frey? Empuk."

To be continued.....





Hahhh rasanya lega banget bisa inget dikit-dikit ketikan aku yang terhapus tadi walaupun ada sebagaian yang gak inget sih😩

OH YA! aku ada sesuatu untuk kalian yang sudah bawak kado buat mereka!!

TARAAA!!! INI SOUVENIR NYA UNTUK KALIAN YANG SUDAH REPOT-REPOT BAWAK KADO DAN VOTE KOMEN HAHAHAHAHHAH😭

JANGAN BEREBUT YA KITA MASIH BANYAK STOK KOK🙈


ABSEN DULU YANG HADIR DI ACARA MEREKA???

THANKS YA SUDAH HADIR DOAKAN RUMAH TANGGA MEREKA AMAN SENTOSA SELALU🙀🤗
______________________________________

Jangan lupa tinggalin jejak vote dan komen sesudah bacaa ℘

Komen 'next' disini ➛

See you in the next chapter ᥫ᭡

Jangan lupa untuk follow akun instagram aku ya @gitaaam_wp untuk melihat sekilas tentang cerita yang aku buat yaa.

Seguir leyendo

También te gustarán

5.7M 296K 61
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
574K 63.7K 25
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santriwatinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah...
328K 19.7K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
344K 15.9K 29
Valerie Grazella Margaretta adalah gadis yang bebas melakukan apapun semau dia. Pakai rok mini? Boleh. Mabuk? boleh. Punya banyak pacar? Kenapa tidak...