The Heroes Bhayangkara

By WinLo05

6.7K 1.1K 308

Nusantara dalam bahaya. Saatnya para pemburu berjuang untuk menyelamatkan dunia. Kekuatan mitologi adalah kun... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42

41

58 10 2
By WinLo05

Langit menjadi lebih pekat. Gemuruh dari langit terus terdengar. Suhu udara menjadi lebih dingin, embusan angin pun menerbangkan butiran debu.

Nawasena meraung frustasi. Seiring dengan air mata yang mengalir keluar. Hujan pun mulai turun membasahi kota. Para Ahool dan orang Bati berlarian mencari perlindungan. Kesempatan itu pun dimanfaatkan para kesatria bhayangkara untuk menebas mereka tanpa ampun.

Percikan energi sihir bergerak liar mengelilingi Nawasena. Semua yang berada di dekatnya, terpental jauh. Tanah bergetar dengan retakan-retakan yang semakin parah.

Javas dan yang lainnya melangkah mundur sejauh mungkin. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mengamati Nawasena dari jauh. Angin berembus kian lebat, membuat jarak pandang semakin tipis.

"Apa yang harus kita lakukan?" tukas Astrid pada para pria. Tidak ada yang menjawab. Semua fokus pada pikiran masing-masing.

"Kaditula tidak bisa digunakan. Artinya, kita tidak bisa bertindak. Mantra sihir tidak akan cukup," ucap Javas sambil melirik mereka satu-persatu.

Lingkaran sihir yang dibentuk Eril, melindungi mereka semua dalam kubah transparan. Astrid melirik Yudha yang terus menerus fokus menatap Nawasena.

"Lo tahu sesuatu tentang Nawasena? Lo terobsesi padanya."

Tuduhan itu membuat Yudha melirik malas. "Sekarang baru lo paham? Kemarin-kemarin, kalian ke mana? Saat gue mengajukan permohonan penyelidikan?"

Yudha tidak butuh jawaban Astrid. Dari wanita itu, dia melirik ke arah Eril dengan tatapan peringatan. "Lo bekerja sama dengan Raksa."

"Gue bekerja sama dengan siapa pun yang gue sukai," balas Eril dengan sengit.

Javas sudah bersiap menghajar mereka, jika kedua rekannya mulai adu jontos. Para kesatria bhayangkara yang lain juga berusaha melindungi diri, namun tidak terlalu jauh dari tempat Nawasena. Badai besar yang ditimbulkan Nawasena membuat awan hitam bergulung-gulung dan melingkar di bawahnya. Langit makin pekat tanpa cahaya matahari.

Di kemaharajaan, Raksa menahan diri di samping Kinara yang mendengar laporan insiden kemaharajaan.
Sri Maharaja yang merupakan kakak laki-laki Kinara menatap Raksa dengan ujung bibir tertarik tipis.

Setelah segel Nawasena terlepas dan cakra yang keluar dari tubuhnya. Identitas Nawasena yang disembunyikan Raksa selama ini terkuak. Tidak ada lagi yang bisa Raksa sembunyikan dari kemaharajaan.

"Jadi, pembelaan apa yang ingin kau katakan?" ujar Gestara dari kursi kebesarannya. Para pejabat tinggi dan keluarga kerajaan semua hadir di balariung utama keraton. Mereka menunjukkan tatapan menusuk pada Raksa.

"Tidak ada, Yang Mulia," jawab Raksa dengan tenang.

Kasak-kusuk terdengar protes. Kinara tidak memegang tangan Raksa untuk sekedar menenangkannya. Baginya, Raksa adalah salah satu koleksi yang berlabel selir. Dia butuh nama bangsawan dan kekuatan Raksa untuk mendampinginya.

Putri dan Pangeran kemaharajaan diberi kebebasan memiliki banyak selir dengan satu suami atau istri resmi. Sialnya, Raksa menjadi bagian dari hal tersebut.

"Tidak ada? Wah, menarik. Jakarta sedang kacau balau dan kau masih tetap tenang seperti biasa. Kinara?" ungkap Gestara pada adik perempuannya. "Apa tanggapanmu? Keluarga Auriga membohongi kita selama ini. Adik yang ia bilang telah meninggal nyatanya masih hidup. Tidak, bukan hanya itu. Adiknya merupakan seorang Tucca yang menjadi buronan."

Kinara tersenyum samar. Gestara adalah putra dari permaisuri, sedangkan dirinya adalah putri selir. Kedudukan mereka jelas berbeda. Namun, Gestara sangat menyayangi Kinara dibanding saudara-saudaranya yang lain.

"Aku mencintai Raksa Auriga, Kakak. Diantara tunanganku, Raksa yang paling kuinginkan. Tentu, karena dia telah berbohong dan menutupi fakta tentang adiknya. Hanya ada satu kesepakatan."

Alis Gestara naik satu. Alih-alih meminta keringanan hukuman. Kinara malah meminta kesepakatan.
"Katakan," ujar Sri Maharaja dengan memangku kaki. Dia tampak penasaran dengan jawaban Kinara.

"Raksa akan menjadi suamiku secara resmi. Pernikahan harus tetap diadakan dan adiknya akan menjadi selirku. Apa pun yang terjadi pada kakak beradik ini di bawah kuasaku. Nawasena akan menjadi pedang kemaharajaan."

Kedua tangan Raksa terkepal. Dia tidak terima Nawasena harus menjalani nasib seperti dirinya. Boneka yang disetir para putri keraton. Raksa sendiri tidak pernah mencintai Kinara, cinta dan hatinya berada di tempat lain.

Ditambah, Raksa merasa jijik berbagi istri dengan adik kandungnya.
Raksa ingin marah, memberontak, dan memaki semua orang. Dia membayangkan menggorok leher Gestara dalam mimpi-mimpinya. Tetapi, Raksa tidak bisa melakukan itu. Hukum kemaharajaan adalah mutlak. Tidak dapat diganggu gugat.

"Baiklah, Kinara. Kau bisa mendapatkan keduanya. Sekarang pergilah bersama Raksa dan Kalingga."

Saat nama Kalingga disebut, semua orang menahan napas.

"Apa?" Kinara sendiri terkejut akan keputusan tersebut. "Kalingga akan membuat dunia kiamat. Aku baik-baik saja bersama Raksa."

"Baiklah, pergilah bersama Raksa saja kalau begitu."

...

Di lain sisi, orang-orang dari kemaharajaan mulai berdatangan dengan berbagai bala bantuan medis. Kendati demikian, tidak seorang pun bisa mendekati Nawasena.

Amarah dan angin yang berembus membuat energi sihir orang lain menjadi berantakan dan tidak bisa digunakan.

Airin yang datang bersama Aren menatap Nawasena dari reruntuhan bagian belakang. Airin tentu saja mengenal Nawasena. Dia tahu, ada yang tidak beres dengan pria itu sejak awal. Melihat kondisinya sekarang, membuat Airin semakin mengkhawartikan dirinya.

"Lo baik-baik saja Ai?" tukas Aren dengan khawatir. Harusnya Airin masih tertidur. Namun, ramuan khusus yang diberikan Aren membuat Airin bisa kembali bangun.
Aren tidak tahu apa itu atau bahan apa yang terkandung di dalamnya.

Toh, benda itu di dapat dari kenalannya. Itu adalah salah satu koleksi berharga Aren yang dia gunakan saat darurat.

Masalahnya, jika Airin memaksakan diri lagi dalam pertempuran ini. Aren menggeleng, terlalu merepotkan memikirkan segalanya. Sarina sedang pergi ke Kalimantan. Dia tidak mau kehilangan pegawai.

"Gue baik-baik saja, Aren. Lo udah kasih gue ramuan pamungkas. Well, itu artinya gue bakal kerja bagai kuda di kantor setelah ini."

Airin ketawa kecil sambil memberikan keyakinan pada Aren. Pria itu mengganguk kecil.

"Lo bisa menyelinap ke belakangnya?" Aren dan Airin punya rencana di luar bagian kemaharajaan.

"Tentu, Lo janji lindungi gue, 'kan?"

"Kenapa lo menanyakan hal itu?"

Airin tertawa kecil. Dia tahu, Aren akan melindunginya. Kemudian, Aren berkata, "Lo bilang, dia Tucca dan buronan yang dibicarakan. Jadi, selamatkan dia dan buat dia membayar kesembuhannya."

"Dan lo ingin mempelajari darahnya untuk dijadikan bisnis?" balas Airin dengan sinis.

"Tentu, lo tahu siapa Arendatu."

Airin hanya memutar bola mata malas. Aren kemudian merapalkan sebaris mantra ke arah Airin.

"Anjana Rapala Dowa."

Sihir perlindungan tingkat dua. Biasanya diberikan pengucap pada orang lain yang ingin dilindungi. Sehingga mereka bisa berbagi kekuatan.

Mantra itu pun berpendar menyelimuti tubuh Airin seperti zirah dan menghilang. Dengan hati-hati, Airin bergerak mendekati Nawasena.
Angin yang berhembus mulai membuat Airin kewalahan. Dia memadatkan seluruh cakra di bawah kaki sebagai pijakan dan pertahanan.

Airin mulai fokus merasakan peredaran Nawasena. Darahnya tercampur di sana. Walau tidak ada jantung untuk memompa, darah Nawasena tetap bekerja selayaknya orang normal. Itu yang diketahui Airin sebelumnya. Tanpa tahu, Eril sudah mengembalikan organ tersebut.

Perlahan, Airin mengangkat tangannya ke udara. Dari balik pusaran angin, Nawasena juga turut melakukan hal yang sama. Peluh di pelipis Airin mulai turun. Dia semakin mendekati Nawasena. Sihirnya mulai berkurang, namun karena Aren menompang dari jauh. Energi yang dihabiskan cukup stabil.

"Em, Nawasena? Mas Nawa? Anda bisa dengar suara saya?"

Airin tidak bisa lebih dekat lagi. Ini adalah batasan yang bisa ditempuhnya. Lebih dari itu, sihir pelindung Aren akan hilang dan Airin bisa terpental jauh ke udara.

Nawasena yang meraung frustasi, tertengun. Kemudian menatap sekeliling. Samar-samar, dia melihat Airin dari jauh. Bahkan indra penciumannya mengenal wajah Airin.

Insting Ahool Nawasena pun bangkit. Dia bergerak secepat angin ke arah Airin dan mencengkram kedua lengannya. Airin tersentak. Mata kiri Nawasena berwarna merah terang dan bersinar. Urar-urat hitam menyembul menyerupai akar yang merambat di balik pipinya. Giginya yang tajam dan taring tampak beringas dan penuh liur.

"Betina," ujar Nawasena dengan suara serak seorang Tucca.

_/_/_/_
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 358K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
165K 9.9K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
208K 528 20
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
59.1K 586 5
Jatuh cinta dengan keponakan sendiri? Darren William jatuh cinta dengan Aura Wilson yang sebagai keponakan saat pertama kali bertemu. Aura Wilson ju...