BYEFRIEND

By hfcreations

8.2K 1.1K 80

"Life is still going on, meski sempat gagal move on." Keiyona, wakil ketua OSIS Akasia, malas mempercayai rum... More

PERKENALAN
PROLOG
1- Ruang Jones
2 - Kutukan Ruang Jones
3 - Jomlo Again
4 - Jomlowati Patah Hati
5 - Helm Bogo
6 - Paguyuban Jomlo Merdeka
7 - Awas, Kecoak
8 - Teleponan, Yuk!
9 - I Hate Monday
10 - Wita Sarasvati
11 - Kurang Peka
12 - Merindukan Kasih Sayang
13 - Ide Gila Lukas Pranaja
14 - Gebetan Baru Mantan
15 - Hoax
16 - Terlambat
17 - Penawaran Spesial
18 - Telepati (?)
19 - Kesepakatan
20 - Perihal Move On
21 - Jaljayo
22 - Ada Apa Dengan Keiyona
23 - Di Atas Vespa
24 - Dua Jomblo Jalan-jalan
25 - Malaikat Pelindung
26 - Hujan dan Patah Kesekian
27 - Patahan Jadi Serpihan
28 - Api Dalam Jerami
29 - Kembali Berbicara
30 - Jadian
31 - Garis Terdepan
32 - Jatuh Cinta
33 - Persiapan Bazar
34 - Alih Tugas
35 - Keluarga Besar
37 - Why ?
38 - Roboh
39 - Perasaan Sebenarnya
40 - Pelukku untuk Pelikmu
41 - Jahat
42 - Tamu Istimewa
43 - Keputusan
44 - Mencuri Dengar
45 - Tentang Jatuh Cinta
46 - Misi Khusus
47 - Pengakuan
48 - Menuju Demisioner
49 - Malam Pesta
50 - Jogja dan Kembali

36 - Kabar Buruk Yang Tertunda

97 18 2
By hfcreations

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Gue:

Kenapa, Gar? Kenapa?

Untuk merayakan keberhasilan bazar sekaligus refreshing dari padatnya tugas-tugas, atas usul Yona, seluruh anggota OSIS Akasia yang jumlahnya tidak lebih dari lima puluh akan berwisata ke pantai.

Pukul tujuh pagi, rumah Keiko sudah dipadati anak-anak OSIS Akasia. Tiga Elf terparkir rapi di halaman rumah orang tua Keiko yang tak lain adalah pemilik Elf-elf itu. Keiko sendiri berdiri di depan mobil pribadi keluarganya, sedang berunding bersama empat sopir yang bertugas mengantar teman-temannya dengan selamat sampai tujuan.

"Lewat rute itu nggak terlalu jauh, Pak?"

Suara Keiko terdengar ketika Yona turun dari boncengan Lukas. Bangun kesiangan adalah alasannya datang terlambat. Cengiran lebar terbit ketika Yona menghambur ke arah teman-temannya. Cewek itu memisahkan diri dari Lukas yang juga langsung bergabung bersama cowok-cowok lainnya.

"Kenapa telat, Yon? Kemarin aja semangat banget," tanya Ratih, sebelah tangannya mengalung di bahu Yona.

Masih dengan cengiran yang tak kunjung surut, Yona menjawabnya dengan kata, "biasa" yang diucapkan sambil tertawa.

"Bangun siang gue, packing sampai pagi soalnya."

"Emang sorenya lo ngapain aja?"

"Biasa ...."

Jawaban Yona membuat Ratih berdecak sebal, begitu juga dengan Luna dan Ayumi yang juga bergabung.

"Biasa lo tuh, yang kayak apa, Yon? Kita mana tau."

Yona yang saat ini mengenakan kaus polos berlapis kemeja kebesaran mengaduh saat Ratih menarik telinganya. "Sakit ihhhh! Biasanya gue itu gangguin Kalingga sama jaga toko. Puas lo pada!" Cewek itu bersungut-sungut sembari mengusap telinganya yang memerah.

"Kalingga adik lo, Kak? Cakep, nggak?" Tau-tau Luna menyambar. Kacamata yang bertengger di hidungnya bergerak-gerak ketika matanya berkedip-kedip seperti orang kelilipan.

"Adik gue udah punya gebetan. Dia nggak suka sama yang lebih tua."

"Yaaaahhh ...." Bukan cuma Luna, Ayumi pun ikut mendesah kecewa.

"Kenapa jadi bahas adiknya Yona, sih?" Ratih yang nggak suka sama berondong jelas murka. "Masih mending ngomongin abang-abang sopir yang ganteng itu."

Semua pasang mata mengikuti arah telunjuk Ratih yang menunjuk salah satu sopir berusia muda yang penampilannya kece abis.

"Mata lo tajam ya, Kak, kalau soal cogan?" cemooh Ayumi.

"Boleh juga. Nomornya kosong delapan berapa?"

Di saat Ratih, Luna, dan Ayumi heboh membicarakan sopir tampan itu, mata Yona justru terfokus pada sosok jangkung yang berada di sebelah kanan mobil. Memakai kaus polos yang dibalut kemeja, nyaris serupa dengan apa yang Yona kenakan.

Degup jantung Yona berubah kencang saat si jangkung itu sadar sedang diperhatikan. Senyum canggung terulas, baik di bibir Yona maupun Sagara.

^^^

Pengurus Harian alias PH OSIS Akasia menempati mobil yang sama, yakni mobil keluarga yang dikemudikan oleh sopir pribadi Keiko. Kursi sebelah sopir diduduki sang pemilik mobil. Dua di belakangnya ditempati Ratih dan Yona. Di belakangnya lagi ada Ayumi dan Luna. Sisanya Sagara, Lukas, dan Rendy yang tidak terima harus duduk di belakang cewek-cewek rempong yang tak berhenti menggosip.

Petikan gitar mengalun lembut dari speakers yang telah disambungkan dengan handphone Keiko. Atas persetujuan bersama, pewangi beraroma jeruk yang biasanya digunakan untuk pengharum mobil dilepas untuk alasan kesehatan.

Sagara duduk bersandar. Sesekali mulutnya terbuka untuk mengikuti lagu yang tengah diputar. Matanya setengah memejam, menikmati perjalanan menuju pantai yang sudah jarang sekali ia kunjungi.

"Kakak lo udah baikan, Gar?"

Sagara menoleh sekilas ke arah Rendy yang bertanya sambil sibuk mengunyah kuaci hasil merampas dari Ayumi. "Hm, better. Kalau belum, gue nggak mungkin ada di sini." Cowok itu ikut mencomot kuaci Rendy.

"Syukur, deh. Sebelum tau kalau kerabat lo ada yang sakit, gue gedek banget sama lo, Gar. Bisa-bisanya pas HUT Akasia lo malah kabur dari tanggung jawab. Emang separah itu sampai nggak bisa ditinggal?" Tatapan Rendy berubah serius.

Sagara meloloskan napasnya. "Gue yang nggak mau kakak gue sendirian. Sori, deh, kesannya kabur dari tanggung jawab banget ya gue."

"Nggak juga, sih. Eh, tapi iya. Auah, toh rangkaian HUT Akasia udah kelar. Yona yang memimpin semuanya setelah lo menghilang waktu itu. Bilang makasih lo sama dia, kalau perlu dikasih reward. Kayaknya Yona ngusulin ide piknik gini karena dia stress," ujar Rendy. Kunyahannya makin cepat. Matanya yang lumayan sipit melotot ketika sadar kuaci hasil rampasannya dinikmati oknum lain. "Siapa yang izinin kalian makan kuaci gue?"

Lukas dan Sagara saling pandang sebelum menyengir kuda.

^^^

Pemandangan indah nan memanjakan mata menyambut begitu mobil berhenti dan mengeluarkan semua isinya. Pasir putih, air berwarna biru kehijauan, angin laut menyegarkan: tempat yang sempurna untuk berhenti sejenak dari padatnya kegiatan. Anak-anak langsung berpencar, mencari spot paling menarik untuk berswafoto.

Yona menjadi orang terakhir yang turun dari mobil karena membawa barang paling banyak. Mulai dari sekantong makanan ringan hingga kelapa muda—kata Mama biar hemat, nggak perlu beli kalau mau kelapa muda yang airnya nyegerin banget.

Emang resek si Mama, tuh!

"Sagara ... tungguin, dong!" Yona berteriak memanggil Sagara yang berjarak dua meter di depannya.

Cowok itu memelankan langkah sebelum berbalik menghadap Yona yang susah payah mengejar. Sudut-sudut bibir Sagara tertarik membentuk segaris senyum, kalau tidak bisa dibilang tawa, ketika melihat penampakan Yona sekarang. Kaus polos, kemeja kebesaran, topi yang menghalangi mata, sekantong plastik jajanan di tangan, dan yang paling mengherankan ... kelapa muda?

"Lo mau jualan?"

"Enak aja!" Serta merta Yona menubrukkan sebelah bahunya sampai Sagara terhuyung maju. "Bantuin, nih, biasa ... Mama gue rempongnya kayak apa kalau urusan piknik begini. Padahal pikniknya sama temen, bukan sama keluarga. Eh, tapi OSIS Akasia juga keluarga, ya? Ya, gitulah pokoknya." Yona tak mau ambil pusing. Diserahkannya dua buah kelapa muda kepada Sagara. Langkah keduanya seiring.

"BTW, Gar, Kak Syahnaz beneran sudah sembuh?" Angin menerbangkan rambut Yona yang tak terikat.

"Masih pemulihan, tapi sudah bisa dibilang lebih sehat dari sebelumnya."

"Syukurlah. Ikut seneng gue dengarnya."

Sagara dan Yona memilih duduk di bangku panjang yang ada di pinggir pantai, dekat dengan pohon kelapa yang bayangannya menghalangi terik matahari jam sembilan pagi.

"Lo nggak main sama temen-temen?"

"Hm?" Yona menoleh, menatap Sagara yang melempar pandangannya jauh ke tengah laut. "Main air? Nggak ah, mau foto-foto aja yang banyak." Tangan Yona bergerak merogoh sling bag-nya untuk mengambil ponsel. "Mau fotbar, nggak?" tanya Yona, yang dilanjutkan dengan tawa mengetahui jawaban Sagara pasti "tidak".

"Bercanda, deh. Lo pasti nggak mau," ujar Yona dengan sisa-sisa kekehannya. Aneh, umumnya sebuah penolakan menimbulkan rasa sakit, Yona justru tidak melunturkan senyumnya, sama sekali.

Sagara terpaku melihat Yona yang tertawa tanpa beban. Seketika, bebannya ikut terangkat. Senyum tipis terkulum di bibirnya. Sepertinya Sagara akan merindukan tawa ini, juga pemiliknya.

"Yuk!" Tiba-tiba saja Sagara berdiri. Membuat cewek di sebelahnya mengerutkan dahi kebingungan. "Katanya fotbar."

Wajah antusias Sagara membuat bibir mungil Yona terbuka. Gue mimpi?

"Mau di mana?"

"Eh?" Yona mencoba menguasai diri dari keterkejutan. Sadar bahwa foto bersama Sagara, hanya berdua, adalah sesuatu yang langka, Yona segera memanggil seseorang yang lewat untuk mengambil fotonya bersama Sagara menggunakan telepon genggam miliknya.

Berpindah dari bangku panjang di sebelah pohon kelapa, Yona memilih berdiri membelakangi laut, menjadikan hamparan biru kehijauan itu sebagai latar belakang.

"Fotonya ala-ala candid gitu, ya. Lo jangan madep kamera, Gar. Atau—" Kalimat Yona terputus saat menyadari satu hal.

"Jadi, gue harus gimana?"

Yona menatap Sagara dengan raut kebingungan. "Terserah lo aja, deh." Inget, Sagara bukan pacar lo, jangan diatur-atur.

Sagara menggelengkan kepala. Terkadang, jalan pikiran perempuan begitu sulit dimengerti.

Yona berdiri santai menghadap kamera. Sebelah tangannga diangkat tinggi-tinggi, telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. Sagara yang tidak pandai ber-pose di depan kamera hanya memamerkan gigi-gigi putihnya, ibu jari teracung seperti gaya pak guru gaul yang dimintai fotbar oleh anak muridnya. Sagara tidak peduli, begitu juga dengan Yona. Seperti apa pun pose mereka, Yona berjanji akan mengunggahnya.

Mai—sang fotografer, mulai menghitung mundur.

"Lima."

Yona dan Sagara mempertahankan pose mereka.

"Empat."

Ombak bergululung, bergerak cepat mendekati bibir pantai.

"Tiga."

Yona mulai panik karena takut kebasahan. Tangannya yang terangkat mulai turun. Matanya melirik ke arah Sagara yang juga demikian.

"Dua."

Sebelum gulungan ombak membentur pantai kemudian pecah, Yona dan Sagara memutuskan untuk berlari menjauh agar tidak kebasahan.

"Satu."

Momen ketika Yona dan Sagara saling berpegangan tangan untuk menghindari ombak berhasil dibekukan.

Kelak, foto itu akan mereka kenang. Entah bersama tawa, atau bersama pipi yang dibanjiri air mata.

^^^

Tawa Yona tersembur mendengar cerita Lukas yang katanya dimintai foto bersama oleh ibu-ibu hamil saat di pantai kemarin. Cewek itu menyesap es tehnya yang tersisa separuh. Kantin yang penuh sesak membuat udara terasa panas.

"Lo pasti kegeeran habus dibilang mirip artis Korea."

"Jelas aja. Ibu itu sampai nyuruh gue elus-elus perutnya biar anaknya ketularan ganteng." Gelak tawa semakin menggelegar. "Kasihan ibu itu sedih karena nggak dibolehin sama suaminya yang badannya segede atlet gulat."

"Lo milih nyingkir sebelum digilas?"

"Tentu saja."

Yona, Ratih, Keiko, Luna, Rendy, dan Oryan yang berada satu meja dengan Lukas dibuat terpingkal. Gelas-gelas dan mangkuk bergetar karena meja yang ditepuk-tepuk oleh Keiko—jelas jenis tawa yang meresahkan tetangga.

"Pokoknya seru banget deh, kemarin. Beneran nge-refresh otak yang jenuh banget karena kerjaan OSIS."

"Yoi. Siapa dulu yang ngasih ide?" Yona tersenyum jemawa.

"Jangan cuma seneng-seneng doang, tapi. Tagihan kas dibayar biar nggak defisit. Kita masih ada utang sama Keiko." Benar-benar merusak kebahagiaan si bendahara bermulut cabai yang satu itu.

Yona tengah bersungut-sungut menanggapi kalimat Rendy ketika Sagara datang dan katanya ingin bicara.

Kembalinya Sagara ke lingkaran pengurus OSIS membuat semua orang gembira. Sagara memang bukan sosok ketua yang ramah, pengertian, tidak pernah membiarkan anak buahnya mengemban tugas terlalu berat, atau suka mengantar teman-temannya pulang ketika terlambat. Tidak. Sagara tidak sebaik itu, justru sebaliknya. Yang dingin, jutek, tidak peka, suka memberi banyak tugas, dan hanya memastikan teman-temannya sampai di rumah dengan selamat melalui group chat tanpa repot-repot mengantar satu per satu anggotanya. Namun, seorang ketua pastinya memiliki tempat tersendiri di hati anggotanya. Jadi, ketika seminggu penuh tidak masuk sekolah, Sagara jelas dirindukan. Sangat.

"Ngomong di sini aja, sih, Gar. Sekalian ngobrol bareng kita. Jangan main rahasia-rahasiaan," ucap Ratih disertai kerlingan jenaka.

"Iya, Gar. Lagian emang lo nggak kangen haha-hihi sama kita, ya?"

Sagara diam saja, jadi Yona yang berinisiatif menjawab. "Privacy jigeum, privacy jigeum. Ngobrol sama kaliannya nanti aja. Kayaknya ini mau serius," seru Yona sambil berjalan mengekori Sagara.

"Ada apa?" tanya Yona begitu langkahnya berhenti di gazebo taman belakang. Pikiran Yona bergerilya, membayangkan adegan romantis yang kerap ia temui di drama Korea. Bukankah tempat ini sangat mendukung untuk melakukan hal manis itu?

Mikir apa lo, Yona! Diam, tetap kalem.

"Buat lo."

Yona menerima kotak ungu yang disodorkan Sagara. "Apa nih?" Pertanyaan klasik untuk menyamarkan rona merah di pipinya.

"Hadiah kecil. Ucapan terima kasih gue karena lo menggantikan posisi gue dengan baik."

Yona ber-oh ria. Matanya membulat dengan senyum yang merekah sempurna ketika menemukan sebuah gelang dan setumpuk susu kotak di dalam kotak yang ia buka. "Lo bisa lucu juga ternyata." Pekikan Yona tertahan.

"Kalau nggak suka nggak usah dipakai."

"Lucu gini masa nggak dipakai." Yona memakai gelang itu dengan antusias. Saat itu matanya menangkap benda lain yang terselip di bawah susu. Yona mengambilnya dengan heran. "Lencana lo?" Sebuah benda mengkilap diangkat ke depan muka.

Sagara menggeleng. "Punya lo mulai sekarang."

Alis Yona menyudut, keningnya berkerut, menuntun penjelasan yang lebih rinci dari Sagara.

"Tugas lo sebagai ketua OSIS belum selesai, Keiyona. Hari ini, tugas gue yang selesai."

"Maksud lo apa, sih?" Yona disusupi perasaan tidak nyaman.

Sagara menghela napas. "Kak Syahnaz sudah mendapatkan donor ginjal. Sekarang kondisinya semakin membaik. Sesuai kesepakatan gue sama Pak Jaya, gue harus pergi." Sagara beranjak, kemudian pergi meninggalkan Yona setelah menepuk singkat bahunya seraya berkata, "Baik-baik, Keiyona. Senang bisa berteman dengan lo."

Mata Yona terasa pedas. Lututnya melemas. Jadi, kesembuhan Syahnaz dan bergabungnya kembali Sagara adalah kabar buruk yang tertunda?

Yona terdiam cukup lama. Mencoba mencerna kalimat Sagara yang dirasa .... Kenapa lo pergi, Sagara? Kenapa?

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 122K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
521K 19.6K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
3.1M 152K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
5.9M 391K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...