Kun Little Wife (HIATUS)

By AraZwaka

1K 159 50

"Biarku beritahu, aku memilihmu bukan untuk dijadikan sebagai pengganti dirinya. Kau dan dia memiliki tempat... More

Attention
00: Prologue
01: KLW
02: KLW
03: KLW
04: KLW
05: KLW
06: KLW
07: KLW
08: KLW
09: KLW
10: KLW
11: KLW
12: KLW
13: KLW
14: KLW
15: KLW
16: KLW
17: KLW
18: KLW
20: KLW
21: KLW
22: KLW
23: KLW
24: KLW
25: KLW
26: KLW
27: KLW
28: KLW
29: KLW (Special chapter)

19: KLW

20 5 3
By AraZwaka

***

Yeon soo mengerang. Kelopak matanya terpaksa terbuka akibat sinar matahari yang serasa menusuk-nusuk matanya. Tangannya memegang kepalanya yang terasa berat sekaligus pening.

Ia bangun dengan perlahan dan bersandar di punggung ranjang. Gadis itu menghela napasnya kemudian beralih turun dari tempat tidur. Berjalan lesu keluar kamar.

"Ibu, Ayah" panggil Yeon soo kepada orang tuanya yang tengah duduk santai di ruang keluarga

Keduanya menoleh dan mengeryit mendapati sang anak berwajah pucat.

"Yeon soo-ya, kau sakit?" Nara menghampiri gadis itu lantas menempelkan punggung tangannya di dahi. "Astaga, kau demam!"

"Dia demam?" Park In-woo, sang ayah bertanya khawatir

"Tidak, aku hanya sedikit pusing" jawab gadis itu lemas

"Ayo kita ke rumah sakit!"

"Tidak perlu, Ibu. Aku baik-baik saja"

"Baik-baik apanya? Kau ini demam. Bagaimana jika semakin parah, huh? Dengarkan Ibu, ayo kita pergi!" Nara tetap kukuh dan menarik pelan lengan putrinya

"Ayah..." rengek Yeon soo memohon supaya tidak dibawa ke dokter

"Apa yang dikatakan Ibumu benar. Kau harus diobati segera, Ayah takut terjadi sesuatu denganmu kalau sampai tidak dibawa ke dokter, Nak" In woo mengusap rambut Yeon soo lembut

"Tapi, aku ta-"

"Takut disuntik? Astaga, itu tidak akan terjadi, Yeon soo. Kau hanya akan diobati biasa" Nara memutar bola matanya jengah

"Kalau begitu tidak usah. Aku cukup istirahat saja dan besok pasti sudah sembuh" Gadis itu berusaha keras untuk membujuk kedua orang tuanya yang memaksa tetap pergi ke dokter

"Yeon soo, menurutlah. Ini demi kebaikanmu" ucap Nara melembut

Yeon soo mulai menyerah. Tenaganya memang tak sekuat seperti biasanya. "Ya sudah, tapi janji aku tidak akan disuntik, ya."

Kedua orang tuanya mengangguk lalu membawa tubuh lemah Yeon soo ke dalam mobil.

Dong Hospital, sebuah pusat medis yang sangat berpengaruh di Korea Selatan. Berdiri sejak tahun 1972 silam. Kini, pusat medis ini dipimpin oleh seorang direktur sekaligus dokter muda yang bekerja di sana.

"Kalian masuklah, Ayah mau menjawab telepon dulu" ucap In-woo yang diangguki keduanya

Nara membawa Yeon soo untuk duduk di kursi tunggu. Entah keberuntungan atau kesialan, Yeon soo mendapatkan nomor antrian 2.

"Yeon soo-ya, kau masuk lebih dulu, ya. Ibu mau ke toilet sebentar. Ingat, jangan membuat masalah" peringat Nara

"Baiklah, jangan terlalu lama" balas Yeon soo yang dibalas anggukan dari sang Ibu.

"Pasien nomor 2, Park Yeon soo!" Panggil seorang perawat

Napas Yeon soo tercekat kala mendengar namanya. Ia meremas sweater yang ia kenakan, lalu menghela napasnya.

"Tak apa Yeon soo, kau tak akan disuntik" gumamnya mencoba menenangkan diri

Yeon soo masuk ke dalam ruangan sambil bergidik ngeri. Bau rumah sakit sangat ia benci.

"Permisi, Dok" sapa gadis itu lesu berusaha tenang.

Dong Sicheng, pria muda itu mendongak lalu tersenyum. "Nona Park Yeon soo?"

Yeon soo langsung tersenyum melihat dokter itu. "Kau tampan" ucapnya spontan dengan mata berbinar

Sicheng melongo melihat gadis itu. Pria itu berdehem sebentar lalu menyuruh Yeon soo untuk duduk.

"Ada keluhan apa, Nona?"

Yeon soo tak menjawab. Ia malah menangkup kedua pipinya menatap Sicheng dengan senyuman lebar.

"Nona, tolong anda jawab. Ada keluhan apa?"

"Keluhanku? Kau sangat tampan hingga aku tidak bisa bernapas" jawab Yeon soo asal. "Apa kau punya pacar? Mau berpacaran denganku? Tapi aku sudah memiliki pacar, tapi tidak apa, pacarku tidak akan tahu"

"Maaf Nona, anda di sini untuk berobat, bukan? Jadi, berperilakulah sewajarnya" sahut Sicheng tak nyaman

Yeon soo terkekeh. "Santai saja, aku tahu kau resah menghadapi gadis sepertiku. Omong-omong, Dokter, apa kau sungguh sudah menikah? Aku melihat cincin di jari manismu"

"Jika anda sudah tahu jawabannya, untuk apa lagi anda bertanya?" Pria itu menatap datar ke arah Yeon soo

"Aku hanya penasaran, siapa tahu itu cincin palsu"

"Nona..." Sicheng menghela napasnya sabar. "Jika anda tidak sakit sebaiknya anda pergi dari sini sekarang"

"Dokter mengusirku? Padahal aku sungguh sakit"

"Jika anda sungguh sakit, maka anda tidak akan berbicara sembarangan"

"Begitulah aku kalau sakit, Dok. Aku akan berbicara melantur"

"Saya rasa anda tidak membutuhkan pengobatan saya, jadi silakan pergi"

Yeon soo hanya tersenyum menanggapi perkataan dokter itu. Ia sangat suka bercanda dengan seseorang. "Ibuku akan masuk, kau bisa bicara dengannya"

Tepat setelah mengatakan itu, Nara dan In-woo masuk ke dalam.

"Permisi Dok, kami orang tua dari Yeon soo"

Sicheng tersenyum kecil. "Silakan duduk"

Mereka berbicara mengenai Yeon soo yang demam. Sedangkan gadis itu hanya diam sembari memandangi wajah tampan sang dokter.

Getaran ponsel membuatnya tersadar. Ternyata sebuah pesan muncul di layar ponselnya. Tertera nama sang kekasih di sana.

Kun

Bagaimana keadaanmu?
Masih pusing?

Yeon soo
Ya, bahkan aku demam

Kun
Kau demam?

Astaga, aku akan ke rumahmu sekarang

Yeon soo
Tidak usah, lagi pula aku sedang di rumah sakit

Kun
Benarkah? Syukurlah
Setelah pulang dari kantor, aku akan ke rumah

Yeon soo
Baiklah

Setelah pulang dari pusat medis, mereka kembali ke rumah. Yeon soo tidak diperbolehkan untuk kuliah karena kondisinya yang tidak bagus.

"Istirahatlah di kamar, Ibu akan membuatkanmu makanan" ucap Nara

"Baiklah"

Sebuah mobil berkecepatan tinggi melintasi kota Seoul yang padat. Nampak sang pengendara mobil itu menggerutu tak tenang. Semenjak mendapatkan kabar dari Yeon soo, Kun sama sekali tak bisa fokus dalam bekerja. Ingin ia memarahi gadis itu karena keseringan bergadang hingga membuatnya sakit begini, tetapi ia sendiri tahu takkan mampu melakukan demikian.

Kun memukul stir mobil karena jalanan yang macet.

"Sialan!" Umpatnya kesal

Saking cemasnya dengan Yeon soo, pria itu meninggalkan kantornya lebih awal. Ia sungguh tidak tenang jika tidak melihat secara langsung bagaimana keadaan gadis itu.

Di lain tempat, Dejun yang juga baru tahu kalau Yeon soo sedang sakit langsung panik bukan kepayang. Ia juga bergegas pergi ke rumah gadis itu hingga tak sengaja meninggalkan laptopnya di ruang kelas. Dejun menggerutu karena gadis itu tak memberitahunya.

Deringan telepon membuat lelaki itu mengumpat tertahan.

"Apa?!"

"Santai, bung. Kau sangat mengerikan!" Jawab seseorang di seberang sana terkejut

Dejun menarik napasnya mencoba sabar. "Kenapa kau meneleponku?"

"Ibu menyuruhmu pulang"

"Aku akan pulang setelah menjenguk Yeon soo"

"Nenek di rumah kita, bodoh!"

"Ck, aku akan segera pulang tapi setelah menjenguk Yeon soo dulu"

"Kau gila?! Apa kau lupa bagaimana perangai Nenek? Utamakan keluarga dulu baru orang lain!"

"Dia bukan orang lain!"

"Aku paham, tapi sebaiknya kau pulang sebelum dimarahi!"

"Shit!" Dejun langsung memutuskan panggilannya dan memutar balik mobil menuju rumahnya. Kehadiran sang nenek membuatnya terhambat untuk pergi ke rumah Yeon soo. Nyonya Besar Xiao merupakan orang yang selalu memprioritaskan keluarganya lebih dulu, oleh dari itu Dejun tak bisa berkutik selain pulang. Jika sampai ia tak pulang, maka siap saja untuk dimarahi 7 hari 7 malam.

•••

Ckiitttt!

Mobil Kun berhenti tepat di pekarangan rumah Yeon soo.

Ting tong!

Suara bel menggema di seluruh rumah itu. Pintu rumah pun terbuka.

"Kun? Kau di sini?" Nara bertanya terkejut. Ia melirik jam dinding yang ada di ruang tamunya. "Kau juga pulang lebih awal"

"Bagaimana keadaan Yeon soo?" Tanya Kun cemas

"Ya begitulah, dia tidak seperti orang sakit"

"Apa aku boleh menemuinya?"

"Tentu, dia ada di kamar. Masuklah!" Nara melebarkan pintu rumah memberikan akses untuk Kun masuk

"Aku permisi dulu" Kun melenggang pergi menaiki tangga menuju kamar gadisnya

Tok...tok...tok!

"Masuk!" sahut penghuni kamar tersebut
Kun membuka pintu dan langsung disuguhi pemandangan yang sama sekali tak ia bayangkan; yaitu Yeon soo tengah tengkurap sambil membaca komik ditemani boneka-boneka di sisi gadis itu. Kun melihat semangkok bubur yang tak tergerak di atas nakas, ia pun menghela napas

"Yeon soo-ya" panggil Kun

Mata Yeon soo membulat mendengar suara rendah itu. Ia menoleh dan tersenyum lebar melihat pria itu berdiri diambang pintu.

"Kun-ssi, kau datang!" Serunya senang

"Berhenti!" perintah Kun spontan saat Yeon soo hendak berlari menghampirinya. Pria itu berjalan menghampiri sang gadis kemudian duduk di pinggiran ranjang.

"Kau kemari? Aku sangat senang"

"Bagaimana keadaanmu, hm?"

"Baik, sangat baik"

Kun tak percaya, ia menempelkan punggung tangannya ke dahi sang hawa. "Kau masih demam, apanya yang baik. Bahkan sekarang kau sudah mulai flu"

"Aku tidak apa-apa, sungguh. Kau jangan cemas"

Kun menggeleng. "Tidak bisa. Aku akan selalu mencemaskan dirimu, Yeon soo"

"Maaf" lirih gadis itu

"Bukan salahmu. Ini salahku yang tidak bisa menjagamu dengan baik, kau sakit begini karena aku tidak bisa berlaku lebih tegas,"

Yeon soo tersenyum lalu memeluk Kun. Sang adam dapat merasakan tubuh lawannya panas dan sedikit bergetar. Kun memeluk erat tubuh gadis itu.

"Karena aku ada di sini, jadi manfaatkanlah aku agar kau bisa cepat sembuh. Aku tak bisa membiarkanmu sakit" bisik pria itu sendu sambil mengelus rambut panjang sang gadis

"Baiklah, Tuan Qian. Aku akan mendengarkanmu" ucap Yeon soo 

"Kau berjanji?"

"Janji"

"Kalau begitu berbaringlah,"

Yeon soo menggeleng tak mau, "Aku lelah jika berbaring terus."

"Kalau begitu bersandar" Kun mengambilkan bantal, meletakkannya di punggung ranjang

Yeon soo mengangguk patuh. Ia menutup komik kemudian menaruhnya ke atas nakas.

"Kenapa kau tidak makan?" Tanya Kun sambil menunjuk ke arah mangkok bubur

"Aku tidak suka bubur"

"Bagaimana dengan obat, sudah kau minum?"

"Aku tidak ingin minum obat, rasanya pahit, dan aku benci itu"

"Kau sudah berjanji akan mendengarkanku, bukan?"

"Aish, aku menyesal sekarang"

Kun tersenyum tipis. "Tunggulah di sini, akan kubuatkan makanan dan teh madu untukmu"

Kun menuruni tangga menuju dapur. Pria itu mendapati seorang wanita tengah sibuk mencuci alat-alat pembuat roti

Sepertinya Ibu Yeon soo baru selesai membuat roti -Batinnya

"Eoh, Kun, ada apa?" Tanya wanita itu uang menyadari kehadiran pria Qian itu

"Yeon soo belum minum obat, boleh kutahu di mana letak obatnya?"

"Ah benar, di dalam lemari sana"

Kun membuka lemari yang dimaksud, dan langsung mengambil obat untuk Yeon soo.

"Bibi, apa kau punya madu?"

"Ada di lemari sebelah"

Kun mengangguk patuh kemudian mengambil madu. Pria itu berdiri di depan meja pantry sembari membuatkan minuman untuk gadisnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Nara di samping pria itu

"Membuatkan teh madu untuk Yeon soo, dia sudah mulai flu."

"Oh, benarkah? Kalau begitu bisa sekalian kau suruh dia makan? Dia tidak mau makan sedari siang"

Wanita itu mengambil mangkok untuk memasukkan bubur ke dalamnya.

"Bukankah Yeon soo tak suka bubur?"

"Benar, tapi karena dia sedang sakit mau tak mau dia harus makan ini"

"Begitukah? Tapi aku rasa tak perlu, Bi"

"Lalu?"

"Nafsu makan Yeon soo menurun karena dia sedang sakit, oleh karenanya kita harus membuat nafsu makannya kembali meningkat agar dia cepat sembuh. Bagaimana dengan gimbab dan telur gulung? Aku rasa dia akan menyukainya" ucap Kun panjang lebar

Nara nampak berpikir. "Haruskah? Kalau memang itu yang Yeon soo butuhkan, maka buatlah" kata wanita itu tersenyum simpul

"Baik, akan kubuat segera!"

"Biarku bantu"

Kedua manusia itu menyiapkan makanan agar gadis yang tengah memejamkan matanya itu lekas sembuh.

Tak berselang lama, Kun membawa nampan berisi makanan dan minuman serta obat ke dalam kamar sang gadis.

"Yeon soo-ya, saatnya makan" ucap Kun lembut

Yeon soo membuka matanya, ia menggeleng lemah. "Aku tak ingin makan"

"Bukan bubur, aku membuatkanmu gimbab dan telur gulung. Kau harus makan agar sembuh," Kun meletakkan nampan itu ke atas nakas.

Yeon soo melirik ke arah makanan yang nampak lezat itu.

"Kalau begitu, suapi aku!"

Kun tersenyum. Ia mengambil sepotong gimbab lalu memasukkannya ke dalam mulut gadisnya, membuat wajah Yeon soo menggembung besar.

"Jikalau kau sembuh, aku berjanji akan mengabulkan permintaanmu" ucap pria itu tulus

"Kau janji?"

"Tentu"

Kun memasukkan kembali makanan yang ia buat ke dalam mulut sang kekasih. Baginya Yeon soo sangat menggemaskan dengan pipi yang menggembung seperti itu. Pria itu tertawa kecil kemudian mengusap sisi bibir Yeon soo yang belepotan.

"Dasar kekanakan!" Serunya bercanda

"Tak masalah, yang penting kau cinta padaku, 'kan?"

"Hmm, aku sangat mencintaimu"

•••

"Aku pulang dulu" kata Kun sembari berdiri hendak memakai jasnya

"OK" balas Yeon soo singkat. Wajahnya cemberut seperti tak senang

Kun menyadari itu, ia kembali duduk di sisi sang kekasih lalu mengusap rambut gadisnya lembut.

"Kenapa, hm?"

"Tidak bisakah kau menemaniku di sini saja? Aku tidak ingin kau pergi" ucapnya memelas

Kun tersenyum tipis, "Aku juga tidak ingin. Tetapi aku harus pulang karena ini sudah cukup malam, kau juga harus beristirahat."

"Baru pukul setengah 10, belum terlalu malam" sendunya sembari memeluk lengan Kun

"Bagiku itu sudah cukup malam untuk kita yang belum terikat, aku tidak ingin para tetangga membicarakan yang tidak-tidak tentangmu" ucap Kun yang membuat Yeon soo tersentuh.

"Baiklah. Tetapi, bisakah kau datang besok?"

"Tentu, aku akan datang lagi"

Kun mengecup kening gadis itu, kemudian beralih mengecup kelopak mata sang gadis.

"Aku pergi dulu"

Yeon soo mengangguk. Dalam sekejap punggung Kun menghilang dari pandangannya.

"Paman, Bibi, aku pulang dulu" kata Kun berpamitan dengan orang tua Yeon soo

"Eoh, kau mau pulang sekarang?"

"Makan malam dulu, ya" kata In-woo menimpali perkataan istrinya

"Terima kasih, tapi tidak perlu, aku harus pulang. Adikku mengirimkan pesan tadi"

"Begitukah? Baiklah, terima kasih sudah menemani Yeon soo"

"Sudah tugas dan kewajibanku," Kun membungkuk sopan. Setelah berpamitan pria itu melenggang pergi meninggalkan kediaman Park itu

Tak lama setelah Kun pergi, sebuah mobil datang dan sang pengendara langsung keluar.

Bel rumah kembali berbunyi dan segera Nara membukakan pintu.

"Dejun!"

"Maaf aku datang terlambat, bagaimana keadaan Yeon soo, Bu?"

"Kurasa dia sudah lebih baik, kau mau melihatnya?"

Dejun mengangguk. Ia pun langsung menaiki tangga dan berhenti tepat di depan pintu kamar Yeon soo. Ia menghela napas sebentar lalu mengetuknya pelan

"Yeon soo-ya, ini aku, Xiaojun"

"Masuklah"

Lelaki itu membuka pintu dan langsung ditampakkan seorang gadis yang tengah duduk di depan meja belajar.

"Bagaimana keadaanmu?" Lelaki itu mengambil kursi yang ada di sudut kamar, menariknya ke sebelah Yeon soo

"Sudah lebih baik" jawab Yeon soo tersenyum

"Syukurlah, aku sangat cemas" Dejun mengambil tangan gadis itu, dan menggengamnya. "Maaf karena baru datang, tadinya sepulang kampus aku ingin ke sini tapi karena Nenek datang, jadi aku terlambat. Maaf 'ya"

"Tidak apa, bukan salahmu. Justru aku berterima kasih karena kau sudah mengunjungiku" balas Yeon soo tulus

Dejun ikut tersenyum. Ia mengedarkan pandangan dan baru menyadari kalau kamar sahabatnya sedikit berubah; mulai dari pernak-pernik yang ada di atas meja, jam weker yang sebelumnya tak pernah ada, lalu boneka dolpin yang tergeletak di atas ranjang, kemudian tanaman kaktus yang tersusun rapi di rak buku.

Semuanya belum pernah ia lihat benda-benda tersebut. Apa Yeon soo membelinya? Seingatnya gadis itu tak terlalu menyukai hal-hal seperti ini, tapi mengapa sekarang?

Dan satu benda yang sangat mengganggu pemandangannya sekarang yaitu sebuket bunga aster putih yang terdapat di atas nakas.

"Kau menata semua itu?" Tanya Dejun penasaran

Yeon soo mengangguk, "Akhir-akhir ini aku menyukainya."

"Ah, begitu"

"Kau sudah makan?" Tanya Yeon soo

"Sudah, bagaimana denganmu?"

"Aku juga sudah, kau tahu? Aku makan gimbab dan telur gulung, rasanya sangat enak" ungkap gadis itu senang

"Benarkah? Kenapa tak makan bubur? Bukankah kau sedang sakit, hm?"

"Kau lupa kalau aku tak suka bubur? Aku makan gimbab dan telur gulung agar lekas sembuh, nafsu makanku menjadi tinggi berkat itu"

"Baguslah, aku berharap kau lekas sembuh" Dejun tersenyum simpul. "Besok tidah usah kuliah dulu, istirahat yang benar"

"Aku mengerti"

"Emm, Yeon soo-ya, entah mengapa aku merasa kamarmu bau parfum pria, apa ada yang datang?" Pertanyaan Dejun membuat Yeon soo terdiam. Lantas ia mengangguk samar.

"Benarkah? Siapa?"

"Te-temanku..."

"Teman? Kau tidak pernah bilang padaku kalau punya teman baru"

"Ah, benar..." Yeon soo menggaruk lehernya kikuk. "Kami baru kenal beberapa bulan lalu dan dia datang menjengukku saat kukatakan aku sedang sakit"

"Oh, apa bunga itu darinya juga?"

"Ya"

"Hmm, lain kali kau bisa mengenalkannya padaku, 'kan?"

"Tentu, akan kukenalkan nanti"

Maaf, Xiaojun-ah. Aku berbohong lagi padamu











Hayoloo
Jangan sampai Xiaojun ngambek, gara-gara sering kamu bohongi, Yeon soo...

See u next part gaes ♡

Continue Reading

You'll Also Like

287K 22.3K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
445K 86.9K 49
Gimana kalau kamu itu menjadi pelabuhan terakhir untuk seorang Ten? Menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu kelak nanti. Ini cerita tent...
4K 555 25
Pas awal awal magang sih Maura seneng dan bener bener menikmati. Tapi pas tau ternyata Presdir Na Tech Corp beneran kaya yang digosipin. Seketika Mau...
855K 41.4K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...