Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Menggigit manis.

3.7K 105 12
By chihamusen

Buset yang baca banyak tapi yang vote gak seberapa. Plis lah dukung suara kalian kalau suka sama cerita ini. Komentar kalian juga penting buat aku....

Sesekali jangan lupakan tinggalkan jejaknya. Jangan jadi silent readers yaaa...

Harap maklum kalau typos bertebaran... Semoga suka dan terhibur!!!

"Kenapa Lo ninggalin gue?" tanya Rivanca pada gadis itu setelah dia baru sampai di meja kantin menemukannya.

Terlihat Meera sedang menyuapi Gaztra yang lagi makan karena cowok itu yang memintanya seakan ingin lebih bermanja ria. Terpaksa Meera harus mau menurutinya jika tidak ingin membuat Gaztra akan mengusiknya. Sevan sesekali juga mengambil tangan Meera untuk memberikan tissu padanya saat gadis itu melap bibir Sevan sebentar yang agak sedikit belepotan seperti bocah ingusan.

Enggar hanya bisa mendengus sebal memperhatikannya. Ia tak mau merepotkan Meera seperti dua barudak menyebalkan itu, kekanakan sekali, Enggar tak habis pikir merutukinya juga.

Meski sebenarnya Enggar juga sangat ingin Meera melakukan hal yang sama terhadapnya. Enggar yang hanya duduk tidak akan tinggal diam sembari sedikit membantu Meera ikut menyumpalkan penuh makanan dengan kasar ke dalam mulut Sevan. 

"Gak usah pake emosi sama dia. Lo juga biasanya dulu kalau dibangunin suka langsung nonjok muka orang tanpa liat siapa masih merem. Jadi kita nggak mau ganggu Lo pas lagi mimpi aneh sialan itu,," sahut Enggar kemudian menoleh pada Rivanca setelah mengalihkan pandangannya dari Meera dan duo sangklek orang itu pada temannya yang baru tiba.

"Apa Lo? Mau gue injak juga muka Lo biar rata jadi aspal hah?!" sengit Rivanca seketika. Ia langsung tak tahan melihat pemandangan akan tingkah kelakuan para temannya itu namun Meera seakan terlihat tak keberatan sama sekali dan bisa tersenyum lembut.

"Bercanda sialan!!" Enggar pun  sedikit terkejut melihat Rivanca yang sudah melotot tajam. Seakan ingin sekali memakan dirinya juga dibalik tatapan membunuh dari mata silet cowok itu tadi.

"Meera ikut gue!!" kata Rivanca pada gadis itu. Barulah Meera melihatnya meski sekilas tapi sempat hanya melirik enggan seakan lebih ingin mengabaikan kedatangan lelaki itu berhoodie itu.

"Enggak. Ngapain aku sama kamu?" Tolak gadis itu agak bingung sesaat, ketika Rivanca menyuruhnya harus untuk mengikuti cowok itu entah kemana.

Gaztra sudah selesai dengan makanannya. Ia malah menyuruh Rivanca untuk duduk lebih dulu bersama mereka sebentar. Namun sepertinya Rivanca juga memilih tak mempedulikannya. Ia lebih terfokus pada gadis itu. Begitu tahu, Gaztra hanya bisa mengendikan bahunya mulai acuh saat tak direspon.

"Kenapa? Penting banget gitu buat Lo harus bawa Meera juga?" cibir Sevan sedikit sinis. Melontar mulut pedasnya dengan komentar tajam pada Rivanca tak sabaran ingin sekali menyeret gadis itu dari hadapan mereka.

"Gue gak ada urusan ngomong sama Lo!!" Rivanca juga mendelik tajam. Sevan terdengar berdecak kasar.

"Kayaknya aku harus pergi dulu." ujar Meera sesaat kemudian.

"Ayo Meera ikut gue." Rivanca mulai tersenyum saat Meera akhirnya akan beranjak juga. Pikirnya gadis itu mau mengikutinya.

"Enggak! Aku mau ke toilet!!" elak gadis itu tanpa beban membuat Rivanca seketika menjadi sangat malu didepan para temannya itu kini mulai sedang menertawainya.

"Mampus Lo rasain!!" gumam Sevan pelan sambil tertawa puas saat Rivanca sudah ditolak mentah oleh Meera entah keberapa kalinya. Enggar juga ikut terkekeh geli disebelahnya sambil saling bertos ria. Gaztra tertarik sejenak dengan senyuman miring diwajahnya begitu mendengar Meera seakan enggan sekali bersama Rivanca walau sebentar saja.

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo!!" ujar Rivanca sembari mencengkram kuat pergelangan tangan Meera seakan melampiaskan kepalan tangannya tadi pada gadis lebih erat. "Akh! Sa-sakit! Kamu kenapa sih? Aku enggak mau ikut!!" balas Meera ia harus menolaknya jangan sampai orang-orang akan salah paham padanya jika mengenai Rivanca merupakan ketua geng Bangs yang ditakuti oleh semua orang.

Meera sengaja ingin pergi saat Rivanca mencarinya berusaha untuk terus mendekatinya. Namun ia tak suka. Apalagi mendengar desas-desus dari warga satu sekolahnya mengatakan bahwa Rivanca adalah ketua gangters terseram yang pernah terlibat dengan kasus jaringan bos mafia gelap.

Meera sangat menghindarinya dan lebih berhati-hati. Ia tak mau hidupnya akan lebih berantakan lagi jika sampai kedua kalinya giliran Rivanca yang harus akan menghancur ketenangan hidupnya, setelah geng Rhea sebagai bukti terkaitnya dengan obatan terlarang dari Rivanca sendiri yang mempunyai narkotika berbahaya itu secara diam-diam cowok itu simpan sedari dulu di markasnya sebelum Meera baru mengetahuinya karena Rhea yang menyuruhnya untuk meminta pada mereka.

Hampir sebagian seluruh murid kini semakin mulai menyorot tajam dan penasaran ke arah gadis itu sedang ditahan oleh Rivanca. Meera cukup resah terus diperhatikan lebih lama oleh mata orang-orang yang masih memandanginya.

Tadi sebelum Gaztra mengajaknya sampai ke kantin Meera sudah menarik atensi mereka akan keberadaannya bersama Enggar dan Sevan yang merupakan anggota geng mereka. Hanya baru anak buahnya saja sudah cukup membuat heboh lalu sekarang ditambah sang ketuanya Rivanca sendiri benar-benar membuat semua orang harus mencuri pandangannya secara terang-terangan pada Meera.

"Agak kasihan sih dia lagi-lagi akan dibully lebih parah sama geng cowok itu. Masih mending sama geng Rhea daripada mereka, bentar lagi kelar tuh hidup dia!!" bisik salah satu dari orang yang menatap miris pada Meera.

"Ceweknya sih percayaan banget sama geng cowok itu, dikira dia ratu apa? Cuma dijadikan boneka cas pasrah aja tuh kayaknya!!"

"Hahaha bangga sekali! Gue jadi pengen lemparin biji telur gue nih biar dia tahu rasa keenakan!!"

"Tolong lepasin aku!!" ringis Meera pelan namun dia menggeleng kepalanya dengan keras. Rivanca menukik tajam. Sungguh gadis itu sangat membuat darahnya mendidih saat sikap jutek diwajah dia lebih kentara membalasnya begitu menatap Rivanca enggan.

"Gak sebelum Lo harus ikut gue ke belakang sekarang!!" desis Rivanca masih memegangi pergelangan Meera dengan sangat kuat. Hingga mata Meera dibuat sedikit mulai berair. Rivanca meneguk ludah kasar saat menyadari akan tatapan gadis itu yang hampir saja menumpahkan air matanya.

"Udah cukup Vanca! Lo jangan keterlaluan!!" decak Enggar sudah tak tahan sambil menghempaskan tangan Rivanca hingga bisa terlepas dari gadis itu. Tanpa pikir panjang Meera lantas segera berlari membuat Rivanca terdiam sesaat.

"Meera!!" panggil Rivanca kemudian yang hendak mengejar gadis itu juga namun langkahnya tertahan saat Adhery melarangnya.

"Jangan kemana-mana, Lo tetap disini!!" suara dingin itu lebih dulu menghentikan pergerakan kilat Rivanca saat ingin meraih gadis itu kembali. Cowok berkacamata itu melirik tajam ke arahnya dari tempat duduknya. Kaden hanya berpura-pura tidak tahu saja apa yang sedang terjadi saat ini. Sevan sedikit mendengus geli.

"Biarin dia pergi lo gak usah coba-coba buat ngejar dia lagi!!" lanjut Adhery sama dengan wajah lebih dingin yang tegas mengatakan pada cowok itu masih berdiri menatapnya tak terima.

Kalau Adhery sudah bersikap seperti itu, tak ada alasan lagi bagi Rivanca untuk melanggarnya. Atau nanti dia akan di keluarkan oleh ketua OSIS itu yang terlihat santai masih bisa sibuk membaca bukunya, namun diam-diam sering memantau kegiatan mereka. Itulah alasan mengapa Adhery selalu mengawasi Rivanca lebih ketat agar cowok itu tidak bertindak ceroboh sampai harus mempermalukan nama sekolahnya juga karena kelakuan anehnya sudah diluar batas.

Sejak Rivanca menjadi ketua gangters yang paling disegani karena berhubungan dengan jaringan mafia besar, Adhery selalu menjaga nama baiknya berusaha mengendalikan Rivanca yang bisa kapan saja akan membuat masalah lebih serius dari sekedar gosip yang beredar memalukan.

Ia tak mau Rivanca harus menggemparkan satu sekolahnya mengenai tentang geng Bangs yang sudah dicap buruk didepan mata oleh para guru yang tak menyukainya. Untungnya Rivanca adalah sahabatnya sedari kecil. Kalau bukan, sudah Adhery keluarkan dari sekolahnya sebagai anak pemilik yayasan disekolah ini.

Seharusnya Adhery berada di tempat ruang OSIS saat ini bukan terus ikut bersama ditengah mereka. Tapi karena Rivanca, Adhery pun harus terpaksa menyerahkan wewenangnya pada wakil ketua OSIS untuk menggantikannya sementara. Ia tak mau lengah sedikit pun dari temannya itu.

"Fuck bangsat!!" Rivanca mengumpat kasar lalu menjatuhkan dirinya terpaksa harus duduk di samping Adhery. Percuma jika harus mengejar Meera sekarang. Adhery akan terus mengikutinya juga, kemanapun dia pergi jika Adhery sudah memberikan tatapan tajamnya penuh peringatan, Rivanca tak bisa berbuat apa-apa lebih seenaknya.

Bukannya takut, meski tahu Rivanca adalah ketua geng Bangs mereka tapi posisi Adhery sebagai pemilik sekolah ini lebih tinggi bisa membungkamnya.

Rivanca tak mau dikeluarkan begitu saja apalagi dia ketua geng yang lebih bermasalah dalam hal sepele pun Rivanca sudah merepotkan sahabatnya. Jadi sebisa mungkin Rivanca tak akan membuat Adhery harus berubah pikiran untuk mengeluarkannya langsung dari sekolah ini dengan mudahnya.

Padahal Rivanca hanya ingin mengatakan pada gadis itu di tempat lain, bahwa Meera tak perlu lagi harus berlatih olahraga lebih lama hampir setiap harinya. Ia ingin Meera juga sedikit istirahat yang cukup. Sudah itu saja. Ia tak mau membuat Meera harus kelelahan karena gadis itu mulai gila rajin berolahraga lebih keras dari yang biasanya.
Walau Rivanca juga sama suka penggila hard workout tanpa melupakannya. Bahkan lebih parahnya lagi para temannya ikut bersenang-senang mengajar Meera dengan berbagai gaya yang aneh saat mereka berolahraga bersama.

Gaztra yang sempat memicingkan sedikit matanya lebih pada gadis itu tadi sebelum Meera akan berlari, tatapan Gaztra sudah terkunci fokus ke arah pergelangan tangan Meera yang terlihat agak memerah. Rivanca benar-benar hampir saja ingin mematahkan tangan gadis itu tanpa dia sadari. Ia pun segera bangkit dari duduk meninggalkan para teman-temannya itu yang sontak mengalihkan pandangannya bingung sesaat pada tingkah Gaztra yang tak biasanya bergegas sangat terburu entah hendak kemana.

"Terus kenapa harus Gaztra yang Lo biarkan dia pergi gitu aja? Dia pasti mau nyusul Meera gue mau semperin juga!!" geram Rivanca begitu melihat Gaztra mulai berlari cepat sedikit jauh mengikuti jejak arah gadis itu tadi, membuat mata Rivanca juga harus melotot tajam tak terima.

"Makan dulu Vanca. Lo rese kalo lagi laper nih habisin mubazir!!" ujar Kaden mulai memasukkan makanan bekas Sevan yang masih tersisa di piring ke dalam mulut Rivanca yang terbuka mengomel. Lalu seketika cowok itu pun ikut mengunyah walau masih sangat kesal ditahan oleh para temannya.

Sedangkan Gaztra benar-benar sudah sampai mengikuti langkah kaki Meera untuk masuk ke bilik area toilet perempuan. "Sudah aku bilang aku enggak mau--?! Eh Gaztra? Kenapa kamu kesini ngikutin aku?!" Meera sedikit terkejut mengira tadi Rivanca keras kepala hendak memaksanya, namun tahunya orang itu adalah Gaztra yang sudah berdiri didepannya sambil meraih pergelangan tangannya dan menahannya dalam pegangan cowok itu lalu menatap wajah Meera yang terperanjat.

"Diem dulu! Tangan Lo masih sakit kan?" ujar Gaztra begitu cemas menyiratkan akan kekhawatiran dari dalam tatapan matanya sejenak, lalu mulai mendekatkan wajahnya perlahan membuat Meera harus menelan sedikit ludahnya sukar saat akan wajah Gaztra menunduk sedikit turun kebawah ketika dia berhadapan langsung dengan Meera yang terdiam seketika memperhatikannya.

"Maaf...  maafin teman gue ya biar gue sembuhin,," kata Gaztra sebentar sebelum akan menciumnya didepan gadis itu dengan mengangkat pergelangan tangan Meera yang sedikit membiru ke arah bibir tipis lelaki itu cukup lama di depannya. Lalu sempat mengecupnya beberapa kali pada pergelangan tangan gadis itu yang masih terasa sakit. Meera hanya bisa menatapnya kaku terdiam sesaat. Perlakuan lembut Gaztra sungguh mengejutkan dirinya.

Seakan Gaztra mewakilkan Rivanca yang datang ke sini untuk meminta maaf pada gadis itu. Justru sebenarnya Gaztra sendiri lah yang ingin melakukannya. Ia tak mau Meera kesakitan karena ulah temannya itu tadi sudah cukup keterlaluan membuat gadis itu hampir menangis.

Meera yang salah menyangka, ia pikir Gaztra tadi akan menciumnya tepat ke bibirnya pada bagian wajah gadis itu yang sudah memerah dibuat oleh perlakuan tiba-tiba dari lelaki itu tanpa tahu malu. Gaztra dengan santainya balas tersenyum manis, sambil mengusap lembut pergelangan tangan Meera dengan jarinya yang masih memeganginya.

"Jangan geer, Lo tadi berharap mau gue cium juga dari bibir Lo itu, hmm?" Gaztra malah tersenyum simpul seakan menggodanya.  Meera baru tersadar kembali sontak menggelengkan kepalanya cepat.

"E-enggak kok." jawab masih gugup. Tangan Gaztra beralih sebentar untuk membelai wajah polow Meera. Ia juga mengusap pelan sudut garis bibir Meera yang samar terdapat ada bekas luka disana. Gaztra sedikit berpikir mungkin Meera dulu lebih suka merokok hingga membuatnya sedikit melepuh kecil dibalik selipan bibirnya itu.

"Shit! Sakit buset!!" Gaztra tersentak seketika kaget saat Meera malah mengigit jarinya dari bibir gadis itu karena dia yang sudah terlalu lama masih saja ingin terus menyentuh wajahnya entah akan sampai kapan berhenti membuat Meera cukup jengah akan sikap Gaztra. Meera pun menghentikan Gaztra untuk menyadarkan tingkah aneh akan cowok itu, membuyarkan lamunan singkatnya entah apa yang ada di dalam kepala Gaztra tentang dirinya.

Meera pun dibuat terkejut juga melihat cowok itu langsung memasukkan jarinya yang tadi ke dalam mulutnya sendiri dari bekas gigitannya. "Ah! Jari gue beneran hampir putus!!" ucap Gaztra setelah menariknya dari dalam mulut cowok itu sendiri lalu melihatnya sebentar. Mata Meera terbelalak semakin kaget saat terdapat darah yang mulai keluar dari jari Gaztra.

"Meera hisap jari gue cepat! Lo yang gigit tadi!!" Meera yang panik tak percaya apa yang barusan terjadi pada Gaztra. Cowok itu memekik keras dan mengarahkan jarinya ke bibir Meera kembali. Gadis itu segera menghisapnya untuk menghentikan pendarahan kecil pada jari Gaztra tadi yang memintanya.

Gaztra meneguk ludahnya. Meera langsung percaya begitu saja dan merasa bersalah sudah membuat jari cowok itu terluka karena gigitan sebelumnya tadi. Padahal Meera yakin dia tidak sampai segitunya ingin membuat jari Gaztra harus berdarah juga.

Tanpa gadis itu sadari Gaztra sedang menahan senyumanya diam-diam, begitu Meera masih menghisap jarinya karena panik. Gaztra sambil mengelus kepala pucuk gadis itu dengan tangannya yang lain. Saking senangnya tadi, Meera mengigit jarinya sedikit begitu gadis itu sendiri memasukkan ke dalam mulutnya itu. Membuat Gaztra sedikit terkejut dan sebuah ide terlintas di otaknya.

Langsung saja Gaztra sendiri juga menggigitnya dengan lebih sengaja lagi agar membuat gadis itu semakin panik. Meera yang harus bertanggung jawab sudah membuat Gaztra lebih dulu harus melakukan hal ini agar Meera bisa mengulanginya lagi memasukkan kembali jarinya pada bibir gadis itu ke dalam mulutnya, kali ini Meera harus menghisapnya dengan lembut dari sebelumnya yang sempat mengigit kecil hingga Gaztra tak menginginkannya dari perhatian Meera.

Gaztra yang tak merasakan sakit apapun. Dia lebih menyukainya, asalkan jarinya bisa berada di dalam mulut gadis itu lebih lama lagi, meski Gaztra sedikit gila membuat Meera juga terlihat seperti seorang kanibal jika berada didekatnya, menyerahkan darah cowok itu sendiri untuk terus Meera hisap.

"Ahh! Enak ya Meer?" Gaztra berujar dengan penuh senyuman seraya menatap lekat wajah gadis itu.

"Bayangin kalau itu punya gue." lanjut Gaztra tanpa sadar sambil terus tersenyum aneh. Membuat Meera menaikkan tatapannya sebentar membalas mata Gaztra terlihat sayu.

"Ahh!" Gaztra bukan mengaduh kesakitan kali ini namun ia sedang seakan mendesah pelan begitu bibir ranum Meera dengan sengaja menghisapnya semakin lebih kencang pada jari berdarah Gaztra tadi di dalam mulutnya saat itu seolah ingin menjawab ucapan Gaztra sebelumnya.

"Gak! Rasanya amis!!" sahut Meera begitu berhenti menghisap lalu berganti dengan memegangi tangan Gaztra.

"Ayo kita ke UKS" ajak Meera begitu ia sudah mengeluarkan jari Gaztra tadi dari mulutnya setelah darah itu sendiri mulai berkurang namun terdapat bekas koyakan gigi yang agak dalam pada jarinya dan Meera yang masih menganggap bahwa dirinya penyebabnya.

Gaztra hanya menatapnya dengan senyuman samar tertahan. Lelaki itu sempat membayangkan sejenak kalau bukan jarinya yang dihisap penuh lembut oleh gadis itu, akan tetapi sesuatu yang lain tersimpan dibalik bawah celananya terasa gelisah saat ini.

Gaztra terdiam sebentar. Kali ini Meera yang mengajaknya keluar dari bilik toilet tadi untuk segera menuju ke ruangan kesehatan. Gadis itu menarik tangannya menuntun Gaztra yang dibelakangnya berjalan malas "Gak mau!" ucap Gaztra

"Hisap kayak tadi. Jangan berhenti, lagi dong!!" decak Gaztra agak kesal.

"Nanti infeksi bisa bahaya buat kamu." Meera terus berjalan membawa cowok itu saat Gaztra enggan diobati olehnya. Namun Meera tetap bersikeras. Hingga Gaztra  hanya mengendikan bahunya tak begitu peduli.

TBC.....

VOTE 50 bisa?

Spam koment dong disini "Next"








Continue Reading

You'll Also Like

330K 27.4K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
49.2K 3.5K 51
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
56.7K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
54.3K 11K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...