Come on, Ga!

By sisind_

103K 8K 1.1K

"Hal bodoh yang terulang kembali, berharap mendapat validasi bahwa kamu pencium yang handal?" Sedari dulu pe... More

P r o l o g
1 - Masih Awal, loh
2 - Officially Kating
4 - Wellcome, Chie!
6 - Malam Versi Terbaruku
9 - Peringatan Dini
10 - Hidup Sengit
11 - Beda Kuasa
13 - Sibuk Sendiri
14 - Berusaha, Emang Bisa?
16 - Keberanian Si Bocil
17 - Lega nan Kecewa
OPEN PO

12 - Melepas Kalut

4.8K 514 113
By sisind_

Baru sampai di lokasi sesuai permintaan Haura dua hari lalu. Resmi hengkang dari perusahaan Agatha, mencari partner lain yang siap menampung segala kemauan serta kesiapan uang darurat, karena di tempat sebelumnya ... Haura sama sekali tak pernah merasa kekurangan.

Agatha selalu menyediakan berbagai kebutuhan yang tengah Haura butuhkan. Sewa studio foto, budget tambahan untuk karyawan, liburan akhir pekan, serta trip ke pabrik yang rutin Agatha atur demi meningkatkan brand Haura.

Tapi sekarang, semua hanya tinggal kenangan manis yang tak mau Haura ingat. Bukan berarti lupa akan kulitnya, melainkan tak mau berurusan dengan gadis egois yang tidak mau kalah dengan orang lain. Selalu ingin menjadi yang terdepan, tanpa mengerti akan sebuah konsep regenerasi.

"Sorry, gue telat."

Dirga baru saja datang, entah melipir kemana, tapi Haura yakin jika pemuda itu baru saja menemui Agatha.

Berdiri di sebelah Yasmine, mengecek make up gadis itu, apakah sudah sepenuhnya cocok untuk memulai kegiatan kali ini atau perlu ditambah riasan lain agar tone kulitnya di kamera lebih menyala.

"Dirga udah punya pacar, ya?"

Haura mengangkat satu alisnya, "iya, dia kan, pacaran sama mantan brand ambassador gue. Bukannya lo sempat ketemu waktu itu?"

"Inget, kok. Namanya Agatha, kan?"

Mengangguk, menyisir rambut gadis itu tanpa mengalihkan fokusnya pada cermin di hadapannya. "Cinlok waktu photoshoot?"

"No, mereka udah pacaran dari SMA."

Yasmine pikir, keduanya bertemu pada saat proses pemotretan ataupun ketika pertama kali masuk universitas yang sama. Perkenalan sejak SMA, terhitung lebih dari dua tahun, pertanda bila keduanya memiliki ikatan erat serta komitmen untuk percaya satu sama lain.

Tentu! Baik Dirga maupun Agatha telah berusaha untuk menghilangkan ego masing-masing. Mencoba untuk selaras, hingga pada akhirnya sampai pada titik dimana hari ini dan juga selanjutnya dunia masih menjadi milik mereka.

"Kenapa? Lo suka sama Dirga?"

"Of course. Siapa yang nggak suka sama dia? Memangnya lo nggak ada rasa suka atau kagum sama Dirga?"

Haura terkekeh pelan selepas duduk di atas meja rias, menatap Yasmine dan juga Dirga secara bergantian. "Enggak keduanya, karena dia bukan tipe gue."

"Why? Menurut gue semua perwujudan cowok sempurna ada pada diri Dirga."

"Selera orang beda-beda, lagian kalaupun gue suka sama Dirga udah gue rebut dari Agatha jauh-jauh hari kali," tukas Haura seraya menyingkir dari sana, mendekat ke arah Zony untuk membicarakan perihal projek mereka setelah ini. Sementara Dirga masih sibuk dengan background yang hendak diganti sesuai request dari Haura.

Ucapan Haura nampaknya akan menjadi momok besar dalam ingatan Yasmine. Jika debaran jantungnya berdegup kencang ketika berpapasan atau tak sengaja melihat Dirga dari kejauhan, bisa dipastikan perasaan suka timbul berkat senyuman di hari pertama.

Bila mengingat bagaimana pertemuannya kala itu, mungkin agak sedikit menjengkelkan karena Dirga berjalan bersisian dengan Agatha. Membukakan pintu untuk gadis itu, sengaja pulang terlebih dahulu demi meningkatkan mood sang kekasih, tanpa peduli jika masih ada tanggung jawab dalam bekerja. 

"Oke, Yasmine, set udah ready!"

Mengerjapkan matanya berulang kali, mencoba terbangun dari lamunan sebelum bangkit berdiri dan menaruh ponsel di atas meja.

Mungkin jika Zony tak memanggil Yasmine, saat ini gadis itu masih tersenyum di tempat duduknya sembari merekam segala pergerakan dari Dirga. Bukan terang-terangan seperti halnya tengah syuting iklan, melainkan diam-diam layaknya paparazi yang mengincar foto limited sang idola.

***

"Thanks, Zon!"

Ber-highfive setelah keluar dari studio, mengapit satu buah putung rokok di bibirnya, menyalakan korek api diikuti kepulan asap yang terbawa angin malam hari.

Tanpa kendaraan beroda empat, kembali pada motor yang telah lama mangkrak di garasi, kini muncul lagi setelah mendapat penyembuhan dari bengkel.

"Loh, Yasmine? Belum pulang?" Sejenak ingin mampir ke kedai sate ayam yang bersebelahan dengan studio Zony, ingin membawa setidaknya satu bungkus sate ayam untuk Agatha dan tiga bungkus lagi untuk keluarganya.

"Eh, i-iya belum dijemput."

"Udah makan?"

Menggeleng pelan, tepat kala perutnya berbunyi meminta asupan makanan dari sang empu. Malu, sungguh. Kenapa harus berteriak di saat ada Dirga di sebelahnya? Bagaimana isi otak cowok itu ketika tahu bahwa gadis pucat tersebut kelaparan?

"Masuk gih, isi amunisi."

Terdengar biasa saja, menawari Yasmine untuk masuk, memesan makanan, sangat berbanding terbalik jika diartikan oleh gadis yang sedang mabuk akan romansa.

Tersenyum malu-malu bak orang yang baru saja bertemu kekasih online-nya, mengamati setiap inci pahatan nyaris sempurna dari rahang tegas yang membuatnya ingin meraup wajah rupawan itu saat ini juga.

Hentikan, Yasmine! Ini bukan saatnya untuk berhalusinasi di depan Dirga. Dia bisa saja berpikir macam-macam dan akan mengenyahkan dirimu dari daftar orang normal bila ketahuan mengeluarkan aksi freak di depan umum.

"Kebiasaan, pake dulu handuknya, aku masih di luar."

Hampir tersedak oleh makanannya sendiri, sejenak melirik ke arah pemuda yang tengah menggerutu, memarahi gadis lain pada sambungan video call yang nampak merapikan handuknya.

Hanya sebatas lirikan mata, bukan bola mata yang mengembang layaknya terkejut akan sesuatu yang tak seharusnya ia lihat dan juga dengar. Aksi bucin di sekitarnya, saling melempar candaan, rayuan, serta rengekan yang membuat Yasmine bergidik geli.

"Kalau udah sampai rumah, langsung masuk aja, pintu nggak aku kunci, kok."

Yasmine pikir, Dirga langsung pulang tanpa melipir dahulu sekalipun ke rumah sang kekasih. Ekspektasi yang awalnya sudah terngiang di otaknya mendadak musnah kala kata pamit terucap bersamaan dengan derum motor yang menjauh, meninggalkan dirinya di sana.

Cukup membuat Yasmine jengkel, akan tetapi tak terlalu dilampiaskan ke sekitar lantaran tak ingin dikira gadis gila karena mencak-mencak sendiri layaknya butuh perhatian dari orang lain.

Dirga tidak merasa memiliki salah karena meninggalkan Yasmine setelah melunasi nota pembayaran. Melaju guna tiba di rumah Agatha, tak berniat untuk memberikan penawaran pulang bersama kepada orang lain karena akan membuat waktunya terbuang sia-sia.

Sesuai dengan pernyataan Agatha ketika sampai di depan rumah gadis itu, pintu rumah belum terkunci dan ruang kamarnya juga masih diberi akses agar orang lain masuk sebelum menguncinya dari dalam. 

Berbalik badan, tersenyum simpul seraya berlari ke arah sang kekasih, melapangkan kedua tangannya guna meminta sebuah pelukan seperti halnya tidak bersua selama beberapa tahun.

"Udah makan, Tha?"

Agatha menggeleng, masih dalam posisi memeluk Dirga tanpa mengindahkan perintah cowok itu. "Makan gih, aku bawa makanan buat kamu." Belum bergeming dari posisinya, sekilas mendongak seraya menggeleng pelan. "Mau makan yang lain."

Belum sempat mencerna kalimat Agatha, tubuh Dirga hampir dibuat limbung lantaran dorongan kuat yang kembali memeluknya diiringi ciuman hangat pada ceruk leher. Menghirup dalam aroma parfum yang dapat melekat hingga seminggu ke depan, melumat bibir yang baru saja bergumam pelan memuji sang gadis sebelum keduanya kembali terlibat decakan di atas ranjang.

Larut malam yang awalnya dapat dijadikan Dirga untuk segera beranjak dari kediaman Agatha rupanya mendapat penolakan berkat aksi gadis itu. Seolah tak memberi izin untuk pulang, dan justru bermain semakin intens pada tengah malam.

Semua terangkum dalam benak masing-masing. Gesekan kulit yang membuat bulu kuduk keduanya meremang, desahan yang mengundang rasa penasaran dari arah luar, hingga sosok lain berusaha menempelkan telinga pada daun pintu.

"Fuck! Masih berani mesum di sini ternyata."

Bukan merasa iri karena sang pemilik rumah bebas membawa cowok lain untuk singgah di ranjang yang hanya dibalut dengan selimut. Akan tetapi merasa jengkel akan desahan panjang yang ia dengar ketika tak sengaja berjalan di depan kamar Agatha setelah mengambil air minum dari dapur.

"Jangan lupa pake kondom! Bunting duluan tau rasa lo!"


***



Continue Reading

You'll Also Like

707K 5.3K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...
798K 58.8K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
1.2M 88.7K 56
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...
328K 9.4K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...