WENGI

By xwchkshncrzy

13K 1.5K 261

Yessica Tamara, gadis keturunan jawa yang di anugrahi kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelem... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18

Chapter 1

2.3K 144 24
By xwchkshncrzy


Derap langkah menggema di sepanjang lorong yang memanjang tak berujung. Kegelapan yang menyelimuti sejauh mata memandang, juga kabut tipis yang semakin membuat kesan menyeramkan semakin terasa. Langkah kaki Chika terus menggema berlarian di atas lantai yang sedikit basah. Bunyi deru nafasnya terdengar bersahutan karena suasana yang sepi nan sunyi.

Dia menelan ludahnya, dengan mata yang jelalatan menatap ke kiri dan kanan. Hanya gelap! Pekat! Dia seperti di kerubungi oleh kegelapan. Langkahnya semakin memacu dengan cepat, saat suara-suara ganjil yang terdengar menyapu kedua telinganya. Suara tangisan, geraman, cacian, nyanyian, hingga deru nafas dari entah makhluk apa yang saling bersahutan.

"Ya Tuhan..."

Kakinya kian melemah, namun dia harus terus berlari jika tidak ingin kegelapan menelannya bulat-bulat. Dia terus berdoa dalam hati, sembari terus memaksa kakinya untuk terus berlari. Peluh sudah membasahi tubuhnya di malam yang sangat dingin ini, dadanya sesak seperti akan meledak. Chika, gadis itu tiba-tiba berhenti berlari, lalu sedikit membungkuk dengan nafas yang naik-turun.

Bug! Bug!

Chika langsung menegakkan badannya, tangan kanannya yang memegang lentera gaib dia arahkan ke sumber suara. Cahaya kekuningan dari lentera gaib itu menerangi ke sebuah spot, matanya memicing, kedua kakinya perlahan melangkah.

"Siapa disana..."

Suara Chika menggema, menembus kedalam kegelapan, kedalam remang-remang sorot lentera gaib yang dia ulurkan kedepan. Tidak ada sahutan, namun desisan angin yang entah dari mana asalnya menerpa tubuh belakangnya, membuat Chika terkesiap dan memutar tubuhnya begitu saja.

Kini yang terdengar hanya deru nafasnya yang kian membabi buta. Chika mendongak, ke arah kegelapan yang kini seperti membentuk pusara. Sial! Dia harus menemukan pintu kamarnya sebelum terlambat, atau sukmanya akan tertahan di tempat ini entah sampai kapan.

Chika kembali melangkahkan kakinya, berlari sekuat tenaga dengan bantuan cahaya dari lentera gaib yang dia tenteng di tangan kanan. Matanya awas menatap ke sekitar, dengan otaknya yang terus berpikir, menemukan pintu kamarnya kini terasa sangat sulit di tengah kegelapan.

Bug! Bug!

Sial! Suara itu lagi! Chika menoleh ke samping, sorot lampu dari lentera gaibnya menerangi ke sekitar. Di tengah keremang-remangan cahaya kuning, matanya bersiborok dengan sepasang mata berwarna merah menyala yang tengah menatapnya. Chika hampir saja terjungkal saat sorot dari cahaya lentera gaib itu semakin memvisualkan makhluk yang tengah berdiri tak jauh darinya.

"Dek... Dek... Bangun dek..."

Suara yang terdengar jauh namun terasa begitu dekat, Chika langsung berbalik badan dan lari tunggang-langgang ke arah semburat cahaya berwarna kebiruan. Namun di sela larinya, dia sempat menoleh ke belakang, dan matanya sekilas melihat gadis kecil yang tengah berdiri di samping makhluk bermata merah itu.



30 menit sebelum Chika bangun.

Bunyi jarum jam terdengar konstan mengisi seluruh ruangan. Sepi dan sunyi karena hari sudah menunjukkan pukul 23.30. Kamar dengan nuansa berwarna putih dan biru itu terlihat tenang, dua gadis belia mengisi didalamnya.

Shani, masih terjaga dan terus berkutat dengan bolpoin dan juga beberapa buku tebal. Tak jauh darinya, sang adik sudah tertidur pulas dengan posisinya yang sedikit aneh.

"Bu Melody nggak kira-kira kalau ngasih tugas..." Shani mendumel, lalu menguap, meregangkan jari-jarinya karena sudah hampir 3 jam dia berkutat dengan tugas-tugas sekolahnya.

Shani melirik ke arah jam dinding yang tergantung di tembok, "Pantesan aku udah capek banget... Udah hampir tengah malam ternyata." Shani kembali menatap tugas sekolahnya, sudah selesei, tinggal menumpuknya esok hari. Lantas dia membereskan buku-bukunya, menata kembali ke dalam rak buku sesuai dengan abjad. Setelah semuanya selesei dia melangkah ke tempat tidur, bibirnya tersenyum saat menatap sang adik yang tengah tertidur dengan mulut yang setengah terbuka.

Shani merebahkan tubuhnya, di samping sang adik yang masih tertidur pulas, menarik selimut untuk membungkus tubuhnya karena tiba-tiba hawa dingin memenuhi seluruh ruangan. Sembari menunggu kantuk yang belum juga datang, Shani larut dalam dunia maya di aplikasi instagram. Hingga suara deru nafas sang adik membuatnya spontan menoleh ke samping. Mata Shani terbelalak, ponselnya hampir saja terlempar begitu saja. Shani bangkit dari posisinya yang tadi tiduran, duduk di samping tubuh sang adik yang tengah bergerak gusar di tengah tidurnya.

"Astaga dek! Bangun!" Shani menepuk-nepuk pipi adiknya sambil terus berusaha membuat sang adik terjaga.

"Dek! Chika!! Bangun!"

Tubuh Chika menggelinjang, lalu kejang dengan mulut terbuka. Tak tinggal diam, Shani langsung bangkit dan turun dari tempat tidur, mengambil lilin dari laci meja balajar, memasang lilin-lilin itu di sekitar pintu kamar mereka.

"Bali... Bali.... Bali...."

(Pulang... Pulang... Pulang...)

Setelah semua lilin menyala, Shani mematikan lampu kamar. Kini hanya semburat cahaya lilin-lilin yang menerangi kamar itu. Tubuh Chika masih mengejang, Shani memegang tangan adiknya itu, dingin sekali seperti mayat. Shani lalu menggoncang tubuh Chika sambil terus memanggilnya untuk bangun.

"Dek... Bangun dek..." Mata Shani sudah berkaca-kaca, lalu tak sampai 5 detik pipi gadis ayu itu sudah berurai dengan airmata. Dalam keremangan cahaya dia terus memanggil Chika, berharap di Dunia Furter suaranya itu bisa menuntun Chika untuk pulang dan bangun dari meraga sukmanya.

"Bali... Bali... Bali dek..." Shani membisikkan kata-kata itu tepat di samping telinga Chika.

"Bangun dek... Bangun..." Sambil terisak Shani terus menggoncang tubuh Chika, hingga gadis yang lebih muda 3 tahun darinya itu menghentakkan tubuhnya, disertai deru nafas yang menggebu.

"Harghhhhhhhh!!!" Dada Chika membusung, matanya terbelalak lebar.

"Dekkk!!!" Shani langsung memeluk adiknya, dan tubuh Chika terkulai lemas di pelukan Shani. Mata Chika mengerjap dalam keremangan cahaya lilin. Tangannya terulur dan membalas pelukan Shani.

"Mbak..." lirih Chika, deru nafasnya kian stabil, degup jantungnya yang beberapa menit lalu seperti akan meledak kini juga mulai stabil.

Shani mengelus punggung adiknya itu, lalu sejurus kemudian meregangkan pelukannya, menatap wajah Chika yang di tempa semburat cahaya lilin.

"Kamu nggak papa?" tanya Shani, yang langsung mendapat anggukan dari Chika.

Shani menghela nafas tenangnya, dia beranjak dari tempat tidur dan menghidupkan kembali lampu. Lalu kembali duduk di hadapan Chika, wajah adiknya itu sedikit pucat, titik-titik embun keringat di dahinya masih terlihat.

"Tadi aku lihat anak kecil.." ucap Chika, yang membuat Shani langsung menaikkan satu alisnya, seolah berkata 'siapa?'

"Aku nggak tau dia siapa mbak, tapi wajahnya seolah dia lagi teriak minta tolong. Lalu disamping anak kecil itu...." Chika terdiam, kembali mengingat rupa makhluk mengerikan bermata merah menyala itu sungguh mengguncang jiwanya. Walaupun ini tidak sekali Chika berhadapan dengan makhluk dari bangsa lelembut, tapi entah mengapa makhluk tadi benar-benar sangat mengerikan. Berbeda dengan bangsa lelembut ecek-ecek macam kuntilanak atau semacamnya.

"Udah... Nggak usah dipikirkan, yang penting kamu udah bisa bangun lagi.."

"Mbak khawatir banget liat kamu kayak tadi.." sambung Shani.

"Maaf mbak, tadi aku kelepasan. Kayaknya ada energi nggak baik yang dorong aku buat lebih dalam masuk ke Dunia Furter.." ungkap Chika, melirik ke atas tempat jam dinding yang menggantung.

00.30

"Ya udah.. nggak usah dipikirkan lagi. Kamu nggak usah main-main kesana lagi. Mbak bener-bener khawatir tadi.."

"Iya mbak.. maaf yaa..." Chika tersenyum hingga menampilkan gummy smileynya, membuat Shani menarik bibirnya dan mencubit pelan pipi Chika. Keduanya lalu tertawa seolah beberapa saat lalu tak terjadi apa-apa. Mereka mengobrolkan apa saja hingga keduanya sama-sama menguap dan tertidur.

Dalam mimpi Chika, wajah anak kecil itu kembali muncul.










TBC.


Chika.






Shani.

Continue Reading

You'll Also Like

318 54 15
Bagaimana jadinya setelah kalian bangun sudah menyandang status istri. Itulah yang dialami Freya Nafisya, gadis cantik yang setelah kecelakaan harus...
249K 36.9K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
496K 5.3K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
22.4K 1.4K 17
Pengarang: Jeruk Pedas Jenis: Kelahiran kembali melalui waktu Status: Selesai Pembaruan terakhir: 31 Juli 2020 Sinopsis nya ada di dalam!!! . . ...