Kenniro menatap punggung tegap Demario yang saat ini menjadi tumpuannya. Saat kecil, Kenniro selalu mendambakan sosok Ayah yang menggendongnya seperti saat ini, tapi keinginannya lenyap seiring berjalannya waktu
Dagunya ia tumpukan di bahu lebar Papanya. Sangat nyaman sehingga rasanya ia ingin waktu berhenti agar ia bisa merasakan kenyamanan ini terus-menerus
"Mas, Kenniro kenapa?" Tanya Irene saat mereka baru saja memasuki mansion dengan keadaan Kenniro yang nampak kacau
Demario tak menjawab dan terus berjalan menuju kamar dan dibaringkan nya sang anak di ranjang king size itu
"Badannya panas, telfon Dokter Galen" ujarnya setelah lama terdiam
Irene dengan cepat mengangguk dan langsung melenggang pergi untuk mengambil ponselnya. Demario duduk dan mengusap dahi Kenniro yang berkeringat cukup banyak
"Papa minta maaf" ujarnya dengan tulus sebelum mencium dahi anaknya sedikit lama
Demario bangkit, membuka kancing baju putranya dan menggantinya dengan piyama bewarna abu-abu dengan motif daun putih. Baru setelah itu Dokter Galen datang membawa tas berisi alat kedokteran, tidak lupa senyum ramahnya yang ditujukan pada lelaki dingin di depannya yang hanya diabaikan
Setelah itu Dokter Galen mulai memeriksa tubuh Kenniro dengan teliti. Memang harus seperti itu karena pawangnya menyeramkan
Ditengah kegiatannya, Kenniro selalu mengeluh kedinginan. Sesekali juga meringis merasa tak enak pada badannya
"Tuan muda hanya mengalami demam biasa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Cukup minum air putih yang banyak agar tidak dehidrasi dan juga kompres tubuhnya menggunakan air hangat setiap dua puluh menit"
Galen lalu pergi dari sana. Diambang pintu, ia menyerahkan resep obat pada Roy yang diterima dengan baik
"Sini mas" Irene membantu suaminya melepaskan jas menyisakan kemeja hitam yang sudah tampak kusut
"Aku mau turun siapin bubur dan air hangat. Setelah itu aku mau bicara sama kamu" Demario hanya bisa mengangguk dan mencium pucuk kepala Irene sebelum wanitanya itu pergi
Setelah kepergian Irene, Demario berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar Kenniro untuk bersih-bersih
Tak lama, Demario kembali keluar dengan tubuh yang lebih segar. Tangannya membawa handuk kecil yang ia gosok-gosokkan ke rambutnya yang basah
Ceklek
"Mas! Kenapa nggak pakai baju?" Tentu saja Irene kaget setelah membuka pintu dan disuguhkan dengan pemandangan Demario yang masih menggunakan bathrobe bewarna putih
"Bajuku kan ada dikamar kita, sayang" balas Demario santai
"Aku ambilkan"
"Tidak perlu"
Irene menurut dan mendekati ranjang Kenniro, begitu juga dengan Demario. Lelaki itu memperlihatkan istrinya yang sedang mengompres dahi anaknya, hatinya tersenyum melihat Irene yang begitu lihai merawat Kenniro yang sedang sakit.
"Dingin" keluh anak itu dengan mata yang masih setia terpejam
Demario pun menaikkan selimut tebal itu hingga batas dada, lalu Demario ikut berbaring dan memeluk Kenniro. Demario tak dapat menahan senyumannya kala anak itu semakin masuk ke dalam dekapannya
"Kamu mau bicara apa?" Tanya Demario sambil mendongak melihat istrinya yang duduk bersandar pada bed kasur
"Ah mas, kamu ganti baju dulu sana"
"Nggak mau. Lihat nih, nanti anak aku bangun" jawabnya yang mendapat cubitan di lengannya
"Kenniro kenapa bisa demam tiba-tiba? Kamu apain anakku?" Tanya Irene dengan menekan kata terakhirnya yang membuat Demario terkekeh
"Nggak di apa-apain, sayang. Cuma di hukum sedikit" Irene menghela nafas, ia tahu maksud 'sedikit' yang di ucapkan oleh suaminya
"Jangan terlalu keras"
"Anaknya yang nggak mau nurut, kan jadi gemes!" Balas Demario sambil mencium pipi Kenniro yang sedikit berisi berkat kerja kerasnya yang selalu memaksa Kenniro untuk minum susu
"Pusing~ nggak mau tidur"
Demario bangkit dari tidurnya, sedikit mendudukkan tubuh Kenniro dengan kepala yang di taruh di dada bidangnya. Tangan kekar dan berurat nya mulai memijit kepala Kenniro dengan pelan
"Makan dulu ya, Kenniro kan belum makan" tawar Irene yang mendapat gelengan pelan dari Kenniro
"Pusing" keluhnya lagi
Irene pun mendekat dan ikut memijit kepala Kenniro sambil menatap ke arah Demario yang juga menatap ke arahnya
"Ganti dulu sana, mas" kesal Irene yang dari tadi tak dihiraukan oleh sang suami
"Iya iya, sayang" pasrah Demario. Setelah itu menekan tombol disampingnya
"Roy, ambilkan baju ganti di kamar saya dan antarkan kesini"
.
.
.
"Irene, bagaimana keadaan Kenniro?" Tanya Olivia setelah melihat Irene yang keluar dari lift dengan baskom dan semangkuk bubur yang belum di sentuh
"Masih demam, sekarang malah nggak mau jauh-jauh sama Papanya" jawab Irene disertai dengan kekehan mengingat perlakuan Kenniro yang dulunya sangat enggan berdekatan dengan Demario dan sekarang malah tidak mau berjauhan. Bahkan saat Demario hendak ganti baju saja Kenniro melarangnya, alhasil sekarang pria itu masih menggunakan bathrobe
"Kenapa dengan Kenniro?" Tanya Samuel sambil berjalan kearah mereka dengan Gara dan juga Atarick
"Tadi siang tiba-tiba aja badannya panas" jawab Irene
"Sekarang Kenniro dimana, Ma?" Tanya Gara
"Ada dikamar nya"
"Kalau mau lihat Ken, bersih-bersih dulu ya? Kalian kan habis dari luar" ujar Olivia yang diangguki oleh Gara dan Samuel. Lalu mereka pun pergi dari sana
"Biar aku yang bawa" ujar Olivia sambil mengambil tas kerja suaminya juga jas yang tersampir di lengan pria itu
"Mario belum pulang?" Tanya Atarick
"Udah dari tadi, sekarang ada di kamar Kenniro" jawab Irene
"Tadi Ayah telfon katanya lusa tidak jadi pulang. Masalah disana cukup serius. Tadinya Mario yang akan disuruh kesana, tapi mungkin dia tidak akan mau karena Ken sedang sakit"
"Jadi, kamu yang mau kesana?" Tanya Olivia yang diangguki oleh Atarick
"Iya, mungkin aku akan mengajak Gara juga" jawab Atarick sambil memijit pelipisnya
"Ayo, aku akan menyiapkan air hangat" kedua pasangan suami istri itu lalu berjalan menuju kamar mereka
Tinggallah Irene disana, ia pun memanggil maid yang langsung menghadap kearahnya
"Ambil air hangat yang baru, lalu ganti bubur ini dengan sup ayam dan antarkan ke kamar putra saya"
"Baik, Nyonya" jawabnya dengan kepala yang sedikit di tundukkan sambil mengambil nampan yang di pegang oleh Irene
Irene pun kembali melangkah ke kamar putranya. Sesampainya disana, ia melihat Kenniro dengan tubuh yang dibungkus selimut tebal seperti kepompong dengan tubuh yang masih menyandar di dada Demario
"Kakak kamu mau nyusul Ayah ke Amerika. Katanya masalahnya cukup serius" ujar Irene dengan pelan takut membangunkan Kenniro yang akhirnya bisa tertidur
"Hm"
"Ganti dulu sana mas! Udah mau makan malam juga, kamu mau seperti ini sampai kapan?" Kesal Irene karena sedari tadi perkataannya tak dihiraukan. Padahal pakaiannya pun sudah ada di pinggir kasur
"Iya" Demario membaringkan Kenniro dengan pelan. Tapi sepelan apapun Demario melakukannya tetap saja Kenniro tetap bangun
"Eungh.."
"Sini sama Mama dulu" giliran Irene yang sekarang berbaring memeluk Kenniro
"Dingin~" padahal AC di kamar sudah dimatikan, tapi tetap saja putranya ini kedinginan
"Iya, ini udah dipeluk Mama"
"Udah sana!" Ujar Irene pelan pada Demario juga sedikit mendorong suaminya agar bangkit dari kasur
"Iya"
See you next time
🍄🍄🍄