Sebelum 365 Hari (End)

Autorstwa thedreamwriter13

34.5K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... Więcej

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
22. PUNYA GEBETAN
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
28. ROOFTOP SEKOLAH
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
36. LIBRARY DATE
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
41. DANCING IN THE RAIN
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
46. BERDAMAI
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI
50. KITA SELAMANYA

35. RUMAH BARU

459 48 278
Autorstwa thedreamwriter13

Hallo, selamat membaca bab 35, Love!

Aku harap kalian suka.

20 vote for this chapter lagi, please, bisa kan? 🥺

⚠️ Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Selasa, 18 Juli 2023-

Happy Reading, enjoy love 💕

35. RUMAH BARU

🌻🌻🌻

Kaki Thea menaiki pagar pembatas antara jembatan dan sungai deras dibawah sana. Thea merasa mungkin semua akan selesai jika hidupnya juga selesai saat ini.

"Thea lelah," ucapnya lagi.

"Thea gak kuat buat ngelanjutin semuanya."

Thea naik lebih tinggi lagi, dan akan menghempaskan tubuhnya begitu saja.

"Thea!"

Sebuah tangan meraih tubuhnya, mengangkat Thea turun dari atas sana.

"Thea, lo kenapa?"

Thea menatap wajah didepannya dengan mata sembab itu, dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

Tubuhnya di peluk sangat erat. Manusia di depannya ini terlihat sangat takut.

"Apa yang terjadi? Lo kenapa?"

Thea ikut memeluk tubuh yang lebih dulu merengkuhnya itu, rasanya hangat dan sangat menenangkan. "Galang," lirihnya.

Galang, lelaki itu memang melewati jalan ini untuk pulang. Awalnya Galang bingung, siapa perempuan yang berdiri di tepi jembatan itu malam-malam seperti ini. Dan saat melihatnya menaiki pembatas jembatan, Galang merasa ada yang tak beres.

Saat mendekat, ternyata Galang mengenali perempuan itu. Dia Thea, kekasihnya.

Pikiran Galang tak karuan. Apa yang membuat Thea hampir berbuat nekat seperti ini?

Galang mengelus kepala Thea dengan lembut nya. "Kenapa, Thea?" ucap Galang halus.

Thea hanya menangis, tanpa menjawabnya. Tangisan memilukan untuk Galang dengar.

Thea, apa yang menyakiti lo? Kasih tau gue, The, batin Galang.

"Thea? Kenapa?" ucap Galang lagi.

Thea semakin erat memeluknya. Galang paham, mungkin Thea hanya butuh ini sekarang.

"It's okay, Thenyu. Nangis sepuasnya ya? Cerita kalau udah siap," kata Galang.

Galang setia menunggunya di sini, menunggu Thea tenang. Galang hanya diam, mengelus rambut pirang gadis nya, sembari mendengar suara tangis itu.

"Gue cape, Lang."

"Semuanya terlalu nyakitin."

"Semuanya terlalu jahat. Terlalu berat buat gue, Lang."

Galang membiarkan Thea berbicara sesukanya, meski suara Thea terdengar kecil karena terpendam, gadis ini membenamkan wajahnya di pundak Galang.

"Gue cape, Galang."

Thea melepaskan pelukan mereka. Galang tersenyum kecil, jemari tangannya menghapus buliran air mata itu. Merapihkan helaian rambut Thea yang menutupi wajah cantiknya.

"Ada apa, Thenyu?"

"Harusnya jangan tolong gue, Lang. Gue mau semuanya selesai," kata Thea.

"Masalahnya yang harus lo selesaiin, bukan hidup lo."

"Tapi masalah gue akan selesai kalau gue selesai, Lang."

"Nggak, Thea. Lo gak pernah tau hidup setelah kematian itu akan seperti apa. Allah sangat membenci itu. Lo hanya boleh pulang saat Dia memanggil lo, gak boleh pulang sendiri," lanjut Galang.

Galang meraih kedua tangan Thea. Menatapnya teduh. "Gue gak tau sekarang lo kenapa. Gue kaget waktu tau tadi lo yang berdiri di sini, Thea. Gue gak pernah ngeliat lo kayak gini. Gue tau lo punya banyak luka, tapi luka yang sekarang sebesar apa sampai bikin lo nekat? Apa yang buat lo kayak gini?"

"Gak apa-apa, kalau lo masih belum bisa cerita. Gue tau lo butuh waktu."

"Apapun itu, gue cuma mau bilang. Jangan pernah berfikir mengakhiri masalah lo dengan hal kayak gini ya. Seberat apapun itu. Ada gue, bagi ke gue The kalau lo gak bisa nampung nya sendirian. Gue di sini, untuk nerima bahagia dan sedihnya lo," jelas Galang, lagi.

"Jangan kayak gini lagi. Bagaimana perasaan keluarga lo kalau tau ini? Lo gak mikirin mereka?"

"Gimana sama gue? Perasaan gue kalau gue kehilangan lo. Tetap di sini ya? Bertahan untuk semua masalah yang ada meski berat buat lo. Jadiin gue rumah lo, tempat lo pulang, tempat lo berteduh saat panas dan hujan, tempat lo menangis dan tertawa. Gue mau, ngejalanin semuanya, tapi sama lo. Jangan biarin gue tanpa lo," kata Galang dengan tatapan menenangkan.

Sebisa mungkin Galang membuat suasana tenang, untuk Thea saat ini.

"Kalau lo pergi, kemana gue akan pulang, Thea? Tetap di sini dan jadi alasan juga untuk gue bertahan. Ingat kan? Kalau kita pernah bilang untuk saling jadi obat untuk satu sama lain? Kita hadapi sama-sama, ya?"

Thea menggeleng pelan. Lalu berucap lirih. "Tapi rumah gue udah rusak, Lang."

"Nggak, Thea. Selagi gue di sini, gue akan selalu membenahi rumah ini. Jika rusak, kita bangun lagi sama-sama."

Galang tersenyum saat senyum terulas dari bibir manis Thea. Galang memang belum tau masalahnya, tapi Galang lega jika Thea lebih tenang.

"Gue antar pulang ya?"

Thea menggeleng. "Nggak mau."

"Kenapa? Ini udah malam."

"Lo mau kemana emangnya?" tanya Thea pada Galang.

"Tadi nya mau pulang. Tapi kan gue mau anterin lo dulu. Dan karena lo belum mau pulang, ya udah gue temenin lo kemanapun malam ini," ujar Galang dengan senyuman manisnya.

"Kalau— gue ikut lo kerumah gimana? Gue gak mau pulang malam ini. Boleh gak?"

Galang mengerutkan keningnya.

"Please," pinta Thea memelas.

Galang berfikir daripada Thea pergi lagi jika Galang menolaknya, lebih baik mengikuti mau Thea.

"Oke, gue paling gak bisa kalau lo udah mohon-mohon kayak gini."

"Yeay, makasih Galang," ucap Thea senang.

Galang melepaskan jaket yang dia gunakan saat sadar bahwa kini Thea masih menggunakan seragam sekolahnya. "Pakai jaketnya. Malam ini dingin. Jangan sakit lagi, Thenyu. Nanti gue sedih," ucap Galang sembari memakaikan jaket itu ke tubuh Thea.

Thea tertawa kecil. "Makasih ya, pacar nya Thea," ucap Thea berbisik.

"Sama-sama, pacar nya Galang."

Kini, Galang berjongkok di hadapan Thea, memindahkan tas dipunggung nya kearah depan. Membuat gadis itu menatapnya bingung. "Lo ngapain?"

"Naik. Biar gue gendong lo sampai motor!" perintah Galang.

Thea mengikuti ucapannya. Galang kini menggendong Thea di punggungnya. "Lo bilang cape kan? Ya udah biar gak cape, gue bantu ringan in. Lo gak perlu jalan, biar gue yang gendong lo," kata Galang.

Thea tersenyum bahagia. Galang selalu bisa menariknya kembali dari gelapnya setiap masalah. Galang dan bahagia seperti satu hal yang selalu Thea inginkan.

🌻🌻🌻

"Galang, tapi gak apa-apa kalau ke rumah lo?"

"Gak apa-apa kok."

"Tapi udah malam, Lang. Lo pulang aja, nanti gue bisa kemana gitu."

"Ngaco lo. Mana mungkin gue biarin lo di luar sendirian malam-malam kayak gini. Kalau gak mau ke rumah gue, pilihannya cuma satu, lo harus pulang," tegas Galang.

"Nggak mau."

"Ya udah kalau gitu nurut aja."

Thea terdiam setelahnya. Gadis ini hanya memanyunkan bibirnya dengan tangan yang masih melingkar di pinggang Galang.

Sekarang, mereka sudah ada di halaman rumah Galang. Galang memarkirkan motornya lebih dulu.

"Maaf ya, rumah nya gak sebesar rumah lo," ucap Galang dengan senyuman kecil.

"Gak penting bagaimana bentuk rumah nya, Lang. Tapi gimana suasana dalamnya," sahut Thea.

Galang menggenggam tangan gadisnya, menggandeng Thea berjalan kearah pintu.

"Assalamu'alaikum, Ibu. Galang pulang," ucap Galang. Tangannya membuka kenop pintu.

"Wa'alaikumsalam."

Amira baru saja selesai membereskan meja tempatnya membuat kue tadi. Sedangkan Abel, kini ada di ruang depan dan sedang mengerjakan tugas sekolah nya.

Amira dan Abel menatap pada gadis cantik yang berdiri tepat di sebelah Galang.

Thea tersenyum manis untuk kedua keluarga Galang ini.

"Ibu, ini Thea, em— pacar Galang," ucap Galang agak gugup. Amira tersenyum, kemudian mendekati Thea.

"Assalamu'alaikum, Tante," kata Thea yang kini menyalimi tangan Amira.

"Wa'alaikumsalam."

"Maaf, Tante. Thea ganggu malam-malam. Tadi sebenarnya Thea mau gak jadi kesini, soalnya takut ganggu Tante istirahat, karena udah malam juga, tapi Galang—"

"Iya, Bu. Galang yang minta Thea tetap kesini. Abisnya dia Galang antar pulang gak mau, kan gak mungkin Galang biarin dia keluyuran diluar malam-malam kayak gini sendirian," jelas Galang yang tiba-tiba memotong ucapan Thea.

Amira tersenyum, melihat tingkah kedua anak muda ini. Amira kini mengelus pundak Thea. "Galang benar, Thea. Lebih baik kesini. Gak apa-apa, kok. Ibu malah senang."

Amira menggandeng tangan Thea untuk duduk di sofa. "Sini, nak. Kamu duduk dulu aja. Mau Ibu buatkan teh hangat?"

"Gak usah, Tante. Nanti ngerepotin."

"Ih nggak kok. Kan Ibu yang nawarin."

"Kamu tunggu di sini sebentar ya. Ibu buatkan dulu."

"Makasih ya, Tante."

Amira membalasnya dengan sebuah senyuman. Kemudian, dia berjalan menuju ke dapur. Tanpa berpamitan, Galang menyusul Amira ke dapur. Sepertinya, ada yang ingin Galang bicarakan.

"Ibu."

"Iya, bang. Kenapa?"

"Ibu gak apa-apa kan kalau Thea di sini?"

Amira tersenyum. "Ya gak apa-apa dong. Pacarnya anak ibu, loh. Masa iya ibu keberatan," ucap Amira dengan nada senang.

"Galang juga kayaknya gak bisa nganterin Thea pulang malam ini. Dia nya gak mau, Bu. Kayaknya, lagi ada masalah serius di keluarga nya. Galang juga gak tau apa, Thea belum cerita."

"Lalu?"

"Boleh nggak, kalau malam ini aja, Thea istirahat di sini. Thea bisa tidur di kamar Galang, biar Galang tidur di sofa ruang depan aja. Boleh kan, Bu?"

Amira terdiam, tersenyum kecil mendengarnya. Seperti nya, gadis cantik tadi begitu di sayangi oleh putranya. Galang sampai seperti ini untuk Thea. Padahal sejak kecil, Galang paling tidak mau ada orang lain yang tinggal di kamarnya.

"Kamu sayang banget ya sama Thea?"

Galang tersipu mendapatkan pertanyaan ini. "Iya, Bu."

"Galang takut Thea terluka, Bu. Galang bisa aja tetep anter dia pulang, tapi kalau masalah utama dia ada di sana, Galang gak mungkin biarin dia sendiri. Galang takut, kalau kemungkinan terbesar nya dia akan kabur lagi dari rumah dan ngelakuin hal bodoh. Lebih baik Thea di sini, supaya Galang bisa pastiin, dia baik-baik aja," jelas Galang.

"Gimana kalau keluarganya nyariin dia sekarang?"

"Nanti Galang coba kabarin Bang Ali."

Amira mengangguk perlahan. "Ya sudah kalau ini mau kamu."

🌻🌻🌻

"Hai." Abel, gadis itu tersenyum dan melambaikan tangannya pada Thea.

Thea pun tersenyum untuknya.

"Kenalin, aku Abel. Adek ipar nya kakak," kata Abel dengan cengiran nya.

Thea terkekeh kecil. Ternyata Abel tak jauh beda dengan Galang, sama-sama konyol.

"Hai, nama aku Thea."

"Oh iya, Kak Thea yang waktu itu nitipin cupcake buat aku kan?"

"Iya."

"Makasih ya. Cupcake nya enak banget."

"Sama-sama." Thea tersenyum kecil. Ya mungkin saat ini, perasaan Thea belum membaik. Jadi bisa terlihat, dia tak bersemangat menanggapinya.

"The." Suara Galang terdengar dari arah dapur, lelaki itu menghampiri Thea dan Abel yang masih duduk di sofa.

"Thea, ini teh nya, kamu minum dulu ya," kata Amira sembari memberikan segelas teh hangat untuk Thea.

"Makasih ya, Tante."

"Panggil ibu aja."

"Iya— ibu." Amira dan Thea tersenyum bersamaan.

Setelah menyeruput teh hangat tersebut, Thea meletakkan gelas pada meja di depannya.

"Lo, istirahat di sini malam ini ya? Atau udah mau pulang sekarang?" ucap Galang.

Thea menggeleng.

"Gak apa-apa kok, Lang. Nanti, gue bisa—"

"Bisa kemana, Thenyu? Hm? Udah di sini aja. Kan gue udah bilang, pilihannya dua, pulang atau di sini," kata Galang menegaskan.

Thea memanyunkan bibirnya.

"Ayolah, sayang. Eh— maksudnya, ayolah, The," ucap Galang, sedikit gugup di akhir. Matanya menatap Amira dan Abel bergantian, kedua orang itu menahan senyumnya.

Galang cukup malu.

Abel membereskan buku-bukunya, lalu berdiri. "Malu-malu banget sih Bang Galang. Ketimbang manggil sayang doang," ledek Abel.

"Ih anak kecil gak usah ikut-ikutan!"

Setelah kepergian Abel, Galang hanya cengar-cengir tak jelas.

"Thea, kamu istirahat di sini dulu malam ini, gak apa-apa kok. Ibu juga gak mau kalau kamu di luar sana gak jelas mau kemana. Ibu setuju sama Galang, kalau gak mau di sini, kamu harus pulang ke rumah," ucap Amira, seraya mengelus kepala Thea.

"Nanti Thea ngerepotin Ibu sama Galang," lirih Thea.

"Nggak, Thea. Justru Ibu senang, bisa kasih tempat yang nyaman untuk gadis yang anak Ibu sayang," ucap Amira dengan senyuman manisnya.

Thea tersipu mendengar nya. Thea senang, Thea bisa merasakan kalau keluarga Galang bisa menerimanya sebaik ini, bahkan untuk pertama kalinya mereka kenal.

"Kamar nya cuma ada dua, The. Abel biasanya tidur sama ibu. Malam ini lo bisa tidur di kamar gue. Nanti gue tidur di sofa ini aja," ucap Galang.

Thea mengerutkan keningnya. "Ah, gak usah. Thea aja yang tidur di sini."

"Nggak. Lo tidur di dalam!"

Amira memegang tangan Thea. "Kamu tidur di kamar Galang aja. Ibu temenin mau?"

"Beneran gak apa-apa?"

"Gak apa-apa, Thea."

"Ayo, kita istirahat sekarang ya! Besok kalian masih harus sekolah. Nanti seragam nya biar ibu yang bersihin, biar besok bisa dipakai lagi," kata Amira.

Amira dan Thea kini sudah bangkit.

"Kamu duluan aja, ya. Ibu mau ambilin baju ganti kamu dulu. Kebetulan ada baju lama ibu yang udah gak di pakai. Sebentar ya." Amira mengelus pundak Thea perlahan, lalu berjalan kearah kamar nya.

Setelah kepergian Amira. Galang dan Thea hanya berdiri bersebelahan dan saling menatap.

"Kamar gue yang ini."

"Maaf ya, kalau kecil, terus berantakan, hehe," kata Galang dengan tengilnya.

"Gak apa-apa."

"Apapun yang ada di dalam, anggap aja punya lo. Bantal, guling, selimut, pakai aja semua. Anggap aja lagi peluk gue, hahaha."

Lagi-lagi konyolnya Galang membuat Thea tertawa kecil. "Apaan sih, Lang?"

"Ya udah, masuk gih!"

Thea mengangguk. "Iya."

Thea berjalan melewati tempat Galang berdiri. Namun, Galang meraih tangan gadis itu lebih dulu.

"Kenapa?"

"Em— selamat istirahat, Thenyu."

Senyum Thea merekah lagi. "Lo juga, Lang."

"Mimpi indah," kata Galang sekali lagi.

Thea mengangguk pelan. Setelah Galang melepaskan tangannya, Thea sekarang sudah ada di depan pintu kamar. Jarak kamar memang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Gue sayang lo."

Thea yang baru saja membuka kenop pintu, kini berhenti sejenak. Tersenyum kecil dan menatap kearah Galang berada.

"Kok gak di bales?" oceh Galang.

"Lo tau jawabannya, Lang."

"Dah!" Thea melambaikan tangannya, kemudian masuk ke dalam kamar Galang, membiarkan lelaki itu senyum-senyum sendiri di depan sana.

🌻🌻🌻

Ali kini masih mengendarai motor nya, mencari kemana perginya Thea saat ini. Sudah lumayan lama dia mencari, namun masih tak bertemu.

Ali takut Thea melakukan hal-hal aneh karena kekacauan dirumah malam ini. Ali tak menyangka semuanya akan jadi seperti ini.

Meskipun, semuanya sudah bisa dia kira. Thea akan jadi anak Ayah yang paling tersakiti. Bagaimana tidak? Thea adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga mereka, dan anak yang paling Ayah sayang dan dekat dengan Ayah sejak dulu.

"Thea, kamu kemana sih, dek?"

"Kebiasaan banget sih kalau ada apa-apa tuh kabur," ucap Ali.

Sebuah notifikasi terdengar dari handphone yang berada di saku jaket Ali. Lelaki itu menepikan motornya lebih dulu, kemudian membuka benda pipih tersebut.

Galang

Bang, gue mau kasih kabar. Thea sama gue sekarang. Tapi dia gak mau pulang. Malam ini gpp kan kalau Thea istirahat di rumah gue? Dia tidur sama ibu gue kok.

Ali bernafas lega, sedikit tenang karena sekarang Thea ada sama Galang. Setidaknya Thea tidak sendiri dan baik-baik saja.

Ali membalas pesan Galang lebih dulu sebelum menaruh handphone itu kembali ke saku jaket nya.

"Alhamdulillah kalau Thea ada sama Galang."

Ali sedikit berfikir setelah membaca pesan terakhir dari Galang tadi. "Kayaknya Galang bener. Gue biarin aja Thea nenangin dirinya dulu. Percuma kalau gue susul kesana, Thea tetep gak mau pulang."

Ali melihat seorang gadis berjalan sendirian dengan beberapa kantung belanjaan di tangannya. Ali akhirnya menjalankan kembali motor itu untuk mendekati seseorang yang sepertinya dia kenal.

Mendengar suara motor mendekat, gadis berbaju piyama merah jambu itu berhenti, menatap keberadaan Ali.

"Bang Ali?"

"Kamu ngapain di sini, Shira?" tanya Ali.

Shira, gadis itu yang Ali temui saat ini.

"Ini, tadi nenek minta tolong Shira buat beliin bahan-bahan dapur ke minimarket, buat masak besok pagi."

"Rumah kamu masih jauh?"

"Nggak kok, deket sini aja."

"Mau saya antar?"

Shira terdiam sejenak. Berfikir akan mengiyakan atau tidak ajakan Ali saat ini.

"Shi? Gimana?"

"Em, emangnya Bang Ali mau kemana?"

"Ini, tadi saya abis nyari Thea."

"Loh, Thea kemana? Dia gak apa-apa, kan?"

"Ada sedikit masalah dirumah. Gak apa-apa, tadi Galang ngabarin, katanya Thea ada sama dia. Makannya sekarang saya mau pulang, pas liat kamu, gimana kalau saya anterin pulang?"

Ali masih kekeuh menawarkan Shira untuk diantar.

"Udah malam. Gak baik kamu sendirian, takut ada apa-apa."

"Ya udah, boleh deh, Bang. Makasih ya."

"Iya. Ya sudah naik aja!"

🌻🌻🌻

Thea terbangun dari tidurnya. Thea benar-benar tak bisa memejamkan mata ini sejak tadi. Bahkan saat ini Amira sudah lelap di sebelahnya.

Thea bangkit dari tidurnya, lalu duduk dan bersandar pada pinggiran kasur.

Rasa sesak masih membayangi perasaan Thea saat ini. Kekacauan dirumah tadi, benar-benar tak hilang dari pikirannya.

Seketika, gadis ini kembali menangis. Thea menekuk kedua kakinya, lalu membenamkan wajahnya disana, berusaha sebisa mungkin memendam suara tangis ini agar tak ada yang mendengarnya.

Amira sedikit terusik, wanita setengah baya itu membuka matanya yang tadi terpejam. Dengan pandangan yang masih kabur, ia melihat pada gadis yang tengah duduk disebelahnya.

"Thea," panggil Amira pelan.

Thea mengangkat wajahnya lalu mengusap kasar air mata itu. "Ibu?"

"Ibu, maaf. Thea berisik ya?"

"Kamu kenapa nangis?" Amira bangkit lalu mengelus kepala gadis itu.

Thea menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa, Bu."

"Kalau gak apa-apa, kamu gak mungkin kayak gini."

"Ada yang mau kamu ceritain sama ibu? Supaya abis ini bisa tidur nyenyak," ucap Amira.

"Kamu lagi ada masalah apa, sayang?"

Thea menunduk. Tak lama, kembali menatap Amira dengan mata yang sudah sangat berat oleh air. "Thea boleh peluk ibu?"

Amira mengangguk, lalu memeluk Thea lebih dulu. Gadis itu menangis terisak setelah Amira memeluknya. Amira hanya diam, dan terus mengelus punggung Thea.

"Ayah dan bunda Thea cerai, ibu. Ayah punya istri baru, dan ayah juga punya anak perempuan lagi selain Thea."

"Thea rindu ayah, Thea udah nunggu ayah pulang ke rumah sejak lama, tapi saat ayah pulang, ayah malah bawa istri dan anak nya yang lain, dan ayah bilang bahwa dia dan bunda sudah bercerai."

"Thea gak tau kenapa semuanya kayak gini? Thea gak tau kenapa ayah ninggalin bunda? Thea gak tau kenapa ayah memilih untuk membagi sayang nya untuk perempuan lain selain bunda, untuk anak lain selain Thea dan kakak-kakak Thea. Thea sedih, ibu."

Suara Thea terdengar getir dan memilukan. Hati Amira bahkan tak sanggup mendengar nya. Sekarang Amira tau, kenapa Thea sampai seperti ini? Semua anak bahkan akan sakit jika ini terjadi di keluarga nya.

Amira melepaskan pelukannya setelah Thea berhenti berbicara. Wanita ini menghapus air mata gadis di hadapan, dan tersenyum kecil.

"Thea, ibu mengerti. Ini alasan kamu gak mau pulang malam ini?"

"Iya."

"Ibu gak bisa bantu apapun. Hanya kamu yang mengerti perasaan kamu saat ini. Tapi pesan ibu, besok pulang ya? Temui bunda kamu. Dia butuh kamu, sayang. Ya?"

Thea menggeleng.

"Ibu tau kamu ngerasa sakit hati. Terus gimana sama bunda mu?"

Thea terdiam, mencoba meresapi kata-kata Amira. Benar, jika dirinya saja sesakit ini, bagaimana dengan bunda nya? Sudah pasti jauh lebih sakit, bukan?

Lalu, kenapa Thea meninggalkan Samara? Bukankah lebih baik mereka saling menguatkan?

"Kamu paham maksud ibu?"

"Iya. Thea gak seharusnya ninggalin bunda ya?"

"Kamu berhak untuk perasaan kamu. Tapi tolong mengerti orang lain, ya?"

"Biar ibu ambilin minum dulu."

"Gak usah ibu. Udah malam. Ibu pasti udah ngantuk."

Thea tersenyum manis. "Temenin Thea tidur aja ya?"

Gadis dihadapan Amira saat ini sangat lucu. Pantas Galang bisa luluh.

"Ya sudah. Kita tidur ya? Besok kamu harus sekolah."

Masalah memang belum selesai. Tapi setidaknya, Thea merasa lega karena sudah berbicara tadi. Setidaknya juga, Thea bisa terlelap sejenak malam ini.

To Be Continued ....

🌻🌻🌻

Hallo, gimana bab 35 nya?

I hope you like it, Love 💕

Seperti yang aku bilang, gak usah nebak-nebak dulu, ikutin aja alur nya. Cuma bilang, kisah mereka indah, aku sampe gak kuat nulisnya 😭

Aku punya clue buat baca cerita ini, yaitu: "Tenang aja. Santai."

Dah pokoknya tanemin itu setiap baca. Gak usah mikir kesana kemari. Semuanya udah aku atur dengan baik.

Wajarlah ada kesel-kesel nya dikit, namanya cerita pasti ada konflik, kalo lempeng' aja ya gak jalan, kan? So, nikmatin apa yang aku kasih.

Galang sayang sama Thea, dia udah ngomong berkali-kali, ntar kalo dia kesel berubah jadi serigala kan kacau wkwk 🤣🙏

Pokoknya stay di sini yaaa buat liat kelanjutan kisah mereka!

Jangan lupa vote dulu yaa abis baca!!

Makasih udah bertahan sejauh ini untuk baca tulisan ku.

See you hari Sabtu!

Tunggu aku up bab selanjutnya!

Follow:

Wattpad : @thedreamwriter13

Instagram : @thedreamwriter13

Twitter : @worldofjingga13

Tiktok: @blueskyitsyouu

Makasih love 💗

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

2.9M 180K 127
Throughout her life, Diana Greengrass was raised to hate all Muggles and Muggleborns, fear half-breeds such as werewolves, believe that Divination wa...
106K 3.3K 31
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
10.5K 1K 45
"I'm just no one. He is the famous student in this school meanwhile me, a new student that just a nerd and silent girl." - Kim Taeyeon ...
8.5K 752 13
How can they bring a girl in my absence and claim it as my wife. That is too underaged.... This thought made him take extreme action, the action of f...