Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Olahraga Bersama?!

9.2K 95 3
By chihamusen

VOTE AND KOMENT!!

Ditunggu dari kalian ya All....

Semoga suka dan terhibur!!

Sedangkan Meera mulai mengigit jarinya penuh gelisah, mengingat perkataan tajam Rhea sungguh membuatnya ketakutan setengah mati. Ia juga sempat mendengar Adhery yang lebih serius ngomong sempat berbicara cukup lama pada seorang dokter terapis psikologi gangguan jiwa mengenai keadaan geng Rhea tadi cukup parah. Sungguh Meera pun tidak ingin dirinya juga ikutan diseret paksa oleh suruhan cowok itu yang tak menyukainya.

"Meera mulai sekarang Lo harus pindah!!" ujar Adhery menatap dingin seketika setelah dia menjauhkan sebentar ponselnya sambil menatap gadis itu sedikit tajam.

"Pi-pindah kemana?" rasanya Meera sempat tercekat sesaat begitu kaget mendengar penuturan cowok itu  sedikit tajam. Sekaligus bingung apa maksud Adhery.

"Lo jangan seenaknya Dhery! Sebentar lagi kita mau lulus. Masa Meera pindah kesana kemari sih nyari sekolah baru lagi gitu?" Enggar menolaknya. Ia tidak setuju.

Rivanca sempat terkejut juga saat Adhery bilang gadis itu harus pindah. Tapi kemana? Rivanca ingin bertanya namun Enggar yang lebih dulu menyelanya.

"Lebih baik Meera pindah ke hati gue aja! Jangan mau dengarin dia,," Adhery mendengus begitu Enggar kembali berkata sambil seakan sempat menggoda gadis itu sebentar.

"Bukan. Maksud gue Meera pindah tempat duduk yang lebih baik daripada mejanya yang dulu penuh tulisan kotor sakit mata gue ngeliatnya,," ujar Adhery kemudian membuang napasnya. Meera mulai sedikit bernafas lega. Ia pikir Adhery akan serius mengusirnya juga dari sekolah bergengsi ini.

"Iya benar Meera gue lebih setuju yang Adhery bilang tadi,," kini Enggar berubah seketika saat tadi sebelumnya sempat mendelik tajam pada cowok itu lalu menyengir lebar ke arah Meera meangguk setuju.

Adhery hanya memutar jengah matanya. Lalu Enggar mulai terlihat menggiring Meera untuk beralih segera pindah ke tempat duduk bagian mereka. Cowok berkacamata itu masih melirik ke arah meja tempat duduk gadis itu dulu saat ia begitu baru menyadarinya selama ini Meera juga tertekan. Dasar geng Rhea, dia pantas mendapatkan balasan setimpal harus keluar dari sekolahnya. Adhery sedari dulu sering terganggu oleh para cewek gila itu yang selalu berisik. Untungnya Meera tidak ikutan juga sama seperti geng cewek itu sebelumnya karena cukup dekat dengan mereka para geng cewek itu.

Mulai sekarang ketenangannya akan lebih terasa damai tanpa ada lagi pengganggu onar dikelasnya ini. Setidaknya telah berkurang bagi cowok itu yang sedari dulu sudah jenuh melihat tingkah geng Rhea yang seenaknya.

"Meera duduk di sini ya..." Enggar lantas menyediakan bangku lain untuk gadis itu duduk di meja barunya gabung bersama kelompok mereka.

"Lo lihat tuh Meera baru aja dapat kursi ratu spesial dari geng Bangs para cowok-cowok itu."

"Iya pengen iri sih tapi gue takut harus melayani juga,,"

"Sialan emang nasib buruk dia jadi cewek budak pemuas..."

Meera dapat sedikit mendengar sekilas omongan pedas para siswi lain di kelasnya menatapnya penuh keki hati sambil bersidekap dada dengan sinis. Tapi ia tak mau ambil pusing. Meera harus memikirkan dirinya lebih dulu, bagaimana caranya agar bisa terlepas dari bayangan rasa sakit yang barusan dialami oleh geng Rhea tadi. Ia juga masih bingung namun segera teralihkan saat Sevan mengajaknya berbicara sebentar.

"Panggil gue Tepan." Ujar Sevan tiba-tiba menyalami tangan gadis itu membuat Meera sontak kaget sejenak mendongak ke arahnya.

"Jangan ganggu dia!!" desis Enggar langsung menepis tangan Sevan yang sempat memegang tangan gadis itu.

"Gue cuma mau ngajakin dia kenalan secara resmi." Sevan mendengus pelan begitu tangannya terlepas.

"Udah sana Lo balik jauh-jauh!!" Enggar tak suka jika Sevan mulai ingin mengganggu gadis itu. Padahal Enggar lebih tahu kalau biasanya para cewek lah yang suka berdempetan dengan lelaki itu.

"Apaan gue duduknya disini bego!!" decak Sevan kasar sembari akan ribut dengan Enggar. Kaden hanya menggelengkan kepalanya tak heran.

Sedangkan Gaztra ia berbalik menghadap ke arah belakang dari tempat duduknya. Ia bertanya pada gadis itu sambil menyodorkan buku tugasnya pada Meera.

"Katanya Lo lumayan pintar kan Meera, nih coba dong kerjain punya gue juga,," pinta Gaztra sedikit menatap datar namun seketika sudut bibirnya sedikit terangkat.

"Bukannya Lo ranking dua Gaz? Meera kan cuma dibawah Lo tiga besar. Masa Lo tanya ke dia sih?!" heran Enggar sambil mengangkat tiga jarinya meski enggan mengakui kalau Gaztra juga orang yang cerdas setelah Adhery di kelasnya. Sevan hanya memutar jengah matanya. Lalu Rivanca cowok itu sudah memilih untuk tidur seperti biasanya daripada ia terus bosan menyaksikan perhatian mereka itu pada Meera sebagai teman barunya.

"Gue malas tanya ke Adhery dia kan saingan gue huh!!" celetuk Gaztra enteng mengendikan bahunya acuh.

"Emang dasarnya gila ya Lo Gaz mau ngerepotin Meera aja." malah Enggar yang protes tak terima dengan kelakuan malas temannya itu.

"Gak papa kok. Aku juga mau coba lebih banyak belajar lagi,," ucap Meera sambil terkekeh kecil untuk menghentikan mereka agar tetap tenang.

"Good babe." ujar Gaztra sambil mengerlingkan matanya dengan senyuman manis sekilas. Meera hanya mengigit bibirnya kaku. 

Adhery baru kembali duduk dan melanjutkan acara membacanya yang tertunda tadi selalu dia lakukan meski sekilas melirik kecil ke arah Meera yang mulai mengerjakan buku tadi. Meera memang tidak sepintar Adhery yang notabenenya juara satu umum disekolahnya dan Gaztra yang berada ditengah ranking ke dua bisa saja akan menggeser posisi Adhery suatu saat nanti jika dia lebih serius tapi pada dasarnya Gaztra memang pemalas. Lalu Meera yang hanya kebetulan saja cukup pintar setelah terus berjuang belajar berusaha agar bisa menjadi yang terbaik. Ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk mendapatkan tiga besar secara tak sengaja dia harapkan.

"Untung lo pinter juga. Kalau enggak Gaztra bakalan nyusahin Lo lebih dari ini!!" cibir Sevan sedikit berbisik seakan memperingatkan gadis itu agar Meera tahu tentang temannnya.

Meera hanya bisa terdiam meanggukkan kepalanya pelan. Dan baru lah terdengar suara bel berbunyi untuk mendatangkan guru yang akan siap masuk mengajarkannya.

***

Meera mencoba lebih memberanikan dirinya untuk masuk ke markas geng Bangs yang diketuai oleh Rivanca meski beberapa hari sebelumnya ia sangat takut dan enggan untuk bertemu dengan Rivanca lagi secara langsung, tapi mau bagaimana Meera harus siap jika ingin selamat dari kecanduan obat seperti rokok yang dialami oleh geng Rhea sebelumnya pernah Meera hirup tak sengaja waktu itu di atap sekolahnya. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana dulu rasanya sangat pusing dan mabuk berat hingga membuat Meera bermimpi lebih buruk terus merasakan dihantui oleh bayangan samar setiap malamnya jika sewaktu-waktu ia tak sadarkan diri, seakan seseorang telah datang untuknya diam-diam. Tapi Meera tidak tahu apa yang terjadi menimpa padanya. Ia hanya mengingat terakhir kali dirinya pingsan di atas atap gudang sekolah lalu menuju berusaha menuju kelasnya.

Andai saja Meera tahu kalau Rivanca menambahkan beberapa butir obat ke dalam mulut Meera dengan mencengkukannya paksa saat ingin bermain lebih lama di tempat tidur gadis itu begitu dia sempat mengantarkannya pulang dengan selamat, Meera setelahnya tak bisa lagi mengingat hal apapun selain bingung sendiri ketika sudah terbangun di pagi dipenuhi oleh bekas gigitan aneh di beberapa bagian tubuhnya.

"Ada apa Meera Lo tumben ke sini lagi nyari kita eh?" Enggar seakan menyambut gadis itu datang kemari ini kedua kalinya Meera menginjakkan kakinya disini.

"A-aku s-sebenarya mau minta tolong pada kalian...." gugup Meera pelan.

"Jangan sungkan kalau mau ngomong sesuatu yang penting, bilang aja sama gue pasti bakalan bantu Lo kok." Enggar tersenyum hangat mengajukan diri pada gadis itu.

"Gi-gimana caranya biar aku bisa terlepas dari ketergantungan rokok seperti geng Rhea. Aku nggak mau sakit sampai mati,," ucap Meera seakan memohon saat tahu nyawanya juga dalam bahaya setiap kali teringat ancaman Rhea yang tertawa sadis menunggu kedatangan dirinya dimana tempat dia sudah berada.

"O-oh itu ya... Rivanca lebih tahu sih caranya gimana bikin Lo bisa lepas dari ketergantungan hal itu,," bingung Enggar sebentar.

"Makanya jangan ceroboh." Adhery menimpalinya sebentar meski tatapannya tetap tak beralih ke arah buku yang tengah dia baca. Meera menelan ludahnya sukar.

Gaztra hanya mengendikan bahunya. Sevan kemudian memanggil Rivanca sebentar sambil membawa cowok itu kemari ke hadapan gadis itu. "Tuh dia mau Lo bebasin dia dari kecanduan rokok yang Lo simpan itu,," Sevan sempat mendorong Rivanca sebentar sampai didepan Meera.

"Ck! Kirain apaan, gampang tinggal olahraga yang rajin udah bikin Lo makin sehat,," dengus Rivanca sedikit kesal saat dia terganggu sibuk dengan barbelnya. Ia pun mendesis tajam balas pada Sevan yang hanya terlihat cuek.

"Ohh jadi begitu caranya. Jadi aku harus mulai dari mana dulu?" Meera terlihat lebih serius. Rivanca hanya menatap sejenak gadis itu. Meski sebelumnya Meera enggan untuk bertatap muka melihatnya namun akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk bertanya langsung padanya.

"Biar gue aja yang ngajarin!!" Enggar pun dengan cepat mengambil alih. Ia kini sudah berdiri di depan gadis itu menghalangi Rivanca untuk menjawabnya "Caranya coba Lo lompat-lompat dulu. Biar rileks pemanasan." ujar Enggar.

Meera pun meanggukkan kepalanya dan mulai mengikuti sesuai instruksi dari lelaki itu tadi. "Kayak gini?" sembari melompat-lompat sedikit tinggi dengan dadanya yang agak membusung dan terlihat bergerak memantul turun-naik seakan bergantungan indah dari tubuh gadis itu.

"Iya Meera terusin lompatannya jangan berhenti dulu,," Sevan berdecak kagum sebentar, juga memberikan dukungan penuh semangat pada gadis itu, tanpa Meera sadari kalau sebenarnya para lelaki disana mulai sedikit lebih terfokus ke arah dadanya yang seakan menantang mata liar mereka untuk sesaat.

Enggar menganga menatapnya cukup lama. Sedang Rivanca sedikit melototkan matanya. Lalu Gaztra yang tadinya berjongkok sok sibuk dengan hewan anjing peliharaannya di dalam kandang itu, sempat tak peduli dengan gadis itu malah kini dia ikut berdiri menoleh juga dan sedikit tertarik untuk mendekatinya perlahan.

"Gue hitungin Meera Lo tetap lanjutkan aja,," Enggar mengerjap pelan, meski ia lupa tak tahu sudah yang keberapa kalinya gadis itu melompat.

Meera yang tak berhenti membuat mata Sevan semakin berbinar takjub tak menyangka. Rivanca pun sedikit menelan ludahnya pelan tak karuan. Gaztra juga terus menatapnya dengan senyuman samar.

"Dhery coba Lo lihat dulu pasti demen deh,," bisik Kaden menyenggol Adhery sebentar dengan sikutnya hingga membuat Adhery bergumam malas lalu seketika pun membuka lebar matanya sedikit tercangang di tempatnya. "Dia lagi ngapain sih? Kok lompatannya jadi aneh gitu?" Adhery tak bisa berkedip sesaat begitu matanya tertuju ke arah dada Meera yang begitu menggiurkan.

Kaden hanya bersiul nakal dengan burung beo yang ada di sebelah tangannya. "Boleh juga dia." kekehnya  pelan.

"Udah?" tanya Meera sedikit lelah lalu mulai berhenti melompat sebentar dengan napas tersengal-sengal. Hah hah!

"Sekali lagi coba." ujar Enggar sedikit menyengir kecil.

Mau tidak mau Meera harus melompat kembali setelah diam sejenak menatapnya sedikit bingung.

"Anak pinter." puji Enggar kemudian sambil menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Meera dengan lembut seperti anak kecil yang penurut.

Sevan terus berdecak kagum selama menatapnya dan bertepuk tangan tak menyangka akan gadis itu. "Whoaa.... Lo jago juga ya lompat. Lumayan lumayan."

"Tunggu. Kayaknya seragam Lo juga harus dibuka sedikit biar keringatnya keluar semua,," Gaztra benar-benar mendekatinya sambil menahan gadis sebentar, sebelum Meera sempat tak bisa mundur darinya saat begitu terkejut dengan lelaki itu tiba-tiba sudah semakin maju lebih dekat dihadapannya seakan ingin memeluknya.

"Ke-kenapa....?!"

"Diem bentar.... Lo mau 'kan lebih sehat saat selama masih berolahraga? Percaya sama gue Lo bakalan tetap aman kok." ujar Gaztra menahan senyumannya. "racun ditubuh Lo juga akan ikut keluar bersama keringatan nantinya,," imbuhnya lagi.

Perkataan cowok itu seakan cukup menghipnotisnya sebentar membuat Meera jadi tak ragu. Ia baru ingat kembali, ketika Gaztra menyadarkannya akan tujuan utama Meera datang ke sini agar dia bisa sembuh total dari penyakit yang diderita oleh geng Rhea. Ia tak mau tertular lebih parah jika belum terbebas dari ketergantungan rokok itu sebelumnya. Meera mulai sekarang harus merubah gaya hidup sehatnya mulai saat ini dibantu oleh para teman cowoknya itu.

Ia pun menggelengkan kepalanya. "I-iya kamu benar. Aku nggak mau  sakitan lagi entar."

Entah apa yang ada dipikiran Gaztra saat itu tengah menatap lama Meera dengan sedikit membayangkannya di dalam otaknya tentang gadis itu. Ia hanya penasaran saja sebentar.

Gaztra kemudian balas tersenyum tipis.  Lalu tangan laki-laki itu sudah mulai mengikatkan kedua ujung seragam dari bawah Meera seakan menaikkannya ke atas perut ramping gadis itu ke depan hingga terlihat membuatnya dengan menjadi baju kekecilan sengaja seperti crop yang telah terikat pendek sebatas dadanya yang melekat juga nampak lebih menekan besar dengan bentuk indahnya yang tertampang jelas itu. Serta perut Meera juga ikut menggodanya.

"Sialan si Gaztra! Lo jangan buat ikutan mancing gue juga deh!!" decih Sevan sedikit tak tahan melihatnya. Gaztra terkekeh sebentar.

Adhery pun langsung pura-pura kembali lanjut membaca dan berusaha mengalihkan pandangannya cepat sambil menutupi wajahnya dengan buku yang dia pegang. Ia tidak mau matanya malah betah.

"Gue yang latih Meera. Lo gak usah!!" sahut Gaztra santai. Sevan langsung berdecih sinis.

"Enak aja! Gue mau ngajarin dia yang bener enggak kayak lo!!" Sevan malah nyolot.

"Kita sama aja! Maksudnya kita sama-sama bisa belajar olahraga bareng gitu sama Meera, ya kan sayang...." Enggar sedikit ambigu sambil terkekeh pelan. Ia mendadak gugup begitu melihat penuh dada padat Meera. Lalu kembali menyengir lagi pada gadis itu. Jangan sampai Enggar lepas kendali duluan sebelum Sevan yang pada dasarnya lebih maniak si pencinta wanita seksi itu akan mulai beraksi.

"Maksud Lo? Wah sialan si Enggar nih yang paling enggak benar jalan pikirannya jorok banget!!" decak Gaztra yang sedikit terkejut saat cowok itu tadi seolah mengatakan dirinya juga sama seperti mereka mudah sekali terpancing nafsu. Padahal sih memang benar adanya! Tapi.... Jangan sampai niat terselubungnya jadi sampai ketahuan gara-gara mulut ember Enggar. Gaztra sempat melotot tajam sebentar ke arah Enggar yang baru mengerti. Sevan sedikit menggigit bibirnya seakan sedang menahan sesuatu dari dalam dirinya yang terasa menggebu-gebu tak tenang.

"Lo bikin kacau aja Gaz!!" Kaden terkekeh geli saat menemani Adhery juga yang sok sibuk membaca bukunya itu agar tak terlihat memperhatikan lebih lama pada gadis itu.

"Itu cara yang benar. Masa tubuh dia kalau keluar keringat jadi nyerap bukan ke bajunya, tapi malah balik lagi ke kulitnya 'kan sia-sia racun ditubuh dia bikin Meera tambah sakit pengap gak ada udara bebas! Jadi sedikit terbuka itu juga gak masalah buat kesehatan pentingnya. Tapi sih akan lebih bagus lagi kalau bisa telanjang juga..." ucap Gaztra terdengar cukup masuk akal. Meera berpikir begitu dan pun meangguk-angguk setuju, namun seketika langsung membulatkan mata begitu saat perkataan terakhir Gaztra sungguh membuatnya terperangah kaget.

"Shit! Lebih gila dari gue kayaknya,,," umpat Sevan juga tak habis pikir. Gaztra sedikit menyengir saat mereka ikut tercengang tak percaya.

"Hah? Waduh biar gue buka baju dulu!!" Enggar malah mengikuti omongan Gaztra sebentar.

"Ohiya betul banget! Lo emang benar-benar ya Gaz. Paling ngerti soal begituan deh,," Lega Enggar kemudian saat gerahnya terasa berkurang tak memakai bajunya. Sevan ikut mengacungkan jempolnya. Good job brother! Meera meneguk ludahnya sebentar begitu melihat tubuh bagus Enggar.

"Yang benar olahraganya Meera! Jangan ikutan bercanda sama mereka." Rivanca menegurnya. Cowok itu mendengus kasar sambil memutar matanya jengah.

"Orang juga Meera serius kok, tenang aja Lo gak usah sok khawatir,," jawab Gaztra seketika membuat Rivanca cukup terdiam sejenak.

"Tahu Lo gak usah ngiri deh ngeliat kita juga,," Enggar sedikit mengejeknya masih teringat pada Rivanca yang pernah mengganggunya saat dalam mobil ingin mengajak jalan gadis itu namun Rivanca telah mengacaukannya dengan mudah. Merusak mood Enggar waktu itu ia agak ingin dendam pada Rivanca.

Rivanca pun merasa kesal sendiri. Ia tak bisa begitu melarang teman-temannya apalagi gadis itu yang selalu menolaknya lebih berkali-kali dibelakang mereka tanpa ada yang tahu. Rivanca tak bisa berbuat banyak. Padahal gadis itu sebenarnya sudah bisa terlepas dari kecanduan rokok, tapi Meera nya saja yang terlalu takut masih dibayangi oleh akan perkataan aneh geng Rhea yang benar-benar sulit bisa terlepas karena dua cewek itu adalah pengguna aktif yang sejak sudah lama sulit untuk diobati.

Sejak Rivanca memberikan obat vitamin yang pernah dia kasih pada gadis itu juga sebenarnya bisa membuat Meera lebih nyaman. Walau sebenarnya itu juga obat over dosis yang bercampur dengan perangsang. Rivanca sendiri tak sengaja malah salah menyerahkannya. Tapi tak apa-apa Meera akan baik-baik saja. Pikirnya begitu.

Mereka akan curiga pada Rivanca nanti jika dia tidak membolehkan Meera bersama ketiga para temannya itu. Walau Rivanca cukup cemburu dibuatnya namun ia segera sadar bahwa gadis itu bukan kekasihnya meski dia ingin sekali mengakuinya. Rivanca terpaksa membiarkan ketiga para temannya yang laknat itu ikut andil dalam bekerja sama mengurus Meera terlihat akan bersenang-senang. Sialan! Umpat Rivanca menggeram pelan.

"Tapi aku gak apa-apa kan kalau kayak gini?" tanya Meera resah dengan sedikit memerah antara menahan malunya. Saat Enggar bergerak merentangkan tangan gadis itu agar kembali terbuka yang sempat menutupi dadanya.

"Enggak usah pikirin soal malu. Gue juga gak napsu lihatnya!!" ucap Gaztra seketika langsung menatap datar, membuat Meera meneguk ludahnya pelan dan sedikit tersenyum kaku. Lalu cowok itu lantas beranjak sebentar untuk mencarinya mengobrak-abrik alat olahraga milik Rivanca ingin dia berikan pada gadis itu agar segera memulai tahapan selanjutnya.

"Cih munafuck lo!!" decih Sevan sinis padahal dia sempat melihat dengan tajam ke arah jakun Gaztra yang sedikit bergerak pelan sebelum cowok itu akan menjauh.

"Diem deh! Sev entar Meera jadi ogah lagi latihan sama kita,," bisik Enggar membekap mulut cowok itu sebentar dengan cepat.

Gaztra kembali lalu terkekeh samar. "Pelan-pelan, kita olahraganya akan sedikit lebih lama. Jadi Lo harus kuat bisa bertahan jangan pingsan duluan sebelum berakhir." kata cowok itu.

"Waduh keras banget kayaknya latihan kita hari ini, bisa-bisanya nih juga berdiri tegak hanya cuma memandanginya doang,," gumam Enggar tanpa sadar otaknya mulai kesana kemari sembari menutupi bagian tengah celananya dengan sedikit gelisah.

"Diem deh goblok!!" sengit Sevan kini gantian mengapit bibir Enggar dengan jari tangannya.

Rivanca berlalu sudah pergi ke toilet sembari bersembunyi dibalik disana. Ia tak bisa menahan dirinya lebih lama jika Meera terlihat begitu menggairahkan berkat tangan Gaztra yang bisa merubahnya tampak sangat seksi menawannya.

"Jangan salahkan gue coli begini saat membayangkan wajah Lo Meer...  Permainan bibir Lo masih bisa gue rasain sampai disini sekarang gue terus selalu mengingatnya. Gue udah gak sabar lagi pengen masukin tempat yang sudah seharusnya buat gue taklukkan." gumam Rivanca sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam celananya yang sudah begitu mengeras, lalu mulai memainkannya dengan bantuan tangan sendiri.

TBC...




30 Jun 23

Continue Reading

You'll Also Like

164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
824K 87.2K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
56.5K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...