Guanlin membuka pintu kamar mereka, ia mendapati Renjun yang tengah memainkan ponselnya sembari menyusui Mingrui. Sedangkan Ayden, bocah mungil itu sudah tertidur dengan nyenyaknya karena lelah berkegiatan seharian.
"Rui udah tidur?" Tanya Guanlin yang kemudian di angguki Renjun.
Guanlin berjalan mendekat, ia meletakan ponselnya di nakas dan naik ke ranjang mendudukan dirinya disamping Renjun.
"Masih marah?"
Renjun menoleh dan menggeleng. "Terus kenapa masih diem aja?" Lanjut Guanlin
Renjun menarik nafas dalam kemudian menyerahkan Mingrui ke Guanlin. "Tidurin dedek di box baby nya, tolong"
Guanlin mengangguk dan mengangkat Mingrui menuju box baby tempat Mingrui tidur biasanya.
"Maaf ya yang kalau ada kata kata gue yang nyakitin lo. Gue gak maksud bilang gitu tadi"
Renjun mengangguk ia kemudian memeluk Guanlin dari samping dan langsung dibalas pelukan oleh Guanlin.
"Sayang..."
Guanlin terdiam sejenak dan mengerjap. "Apa? Lo manggil apa?"
"Sayang.. Alin sayang"
"Ke—kenapa lo tiba tiba manggil gue sayang?"
Renjun menggeleng dan menenggelamkan wajahnya di dada Guanlin. "Gue sayang banget sama lo. Sayaanngggg banget lin.."
Guanlin terkekeh kemudian mengusap pelan kepala Renjun. "Lo gak perlu bilang gue udah tau kok yang"
Renjun mendongak. "Gue mau manggil lo sayang kayak lo ke gue, tapi aneh gak sih lin?"
Guanlin kembali terdiam kemudian tertawa. "Jujur iya jadi geli sendiri gue. Tapi seneng hehehe"
Renjun berdecak mendengar jawaban Guanlin.
"Lo pengen gue panggil nama biasa atau sayang?"
Guanlin berfikir sejenak. "apa aja senyaman lo pasti gue terima. Asal jangan panggil ha he ha he aja"
"Ya kali gue manggil lo gitu. Gak sopan"
"Tapi ya yang, pas awal awal dulu kita komitmen, gue tuh sempet mikir lo beneran sayang gue gak sih? Soalnya lo tuh kalo sama mantan mantan lo, lo clingy banget, sedangkan ke gue udah kayak anjing kucing. Tapi tiap gue inget inget pas lo mabuk gara gara cemburu, gue jadi yakin lo cinta sama gue. Soalnya orang mabuk tuh jujur"
Renjun berdecak sembari memukul pelan dada Guanlin. "Udah ah! Jangan ingetin itu, malu!"
Guanlin kembali terkekeh. "Eh lin, tapi beneran first time lo sama gue?"
Guanlin mengangguk pelan, "masih mau dibahas nih? Beneran?" Tanya Guanlin
Renjun menggeleng. "Enggak, gak mau"
"Lo dulu nakal banget sih? Heran banget gue sama lo"
Renjun memanyunkan bibirnya. "Namanya juga anak muda"
"Gue juga muda tapi gak gitu dulu"
"Lo cupu sih"
"Dih! Si anjir malah ngatain. Nih kalo gue balikin malah nangis lagi lo"
"Ishhh!! Jangan gitu.."
Guanlin kembali terkekeh, menarik pelan pipi suami yang tengah berada di dekapannya. "Sekarang jangan nakal lagi, nakalnya kalo sama gue aja"
Renjun mendongak. "Ya jelas! Emang mau nakal sama siapa lagi gue?"
"Ya makanya, gue cuma ngingetin. Ngomong ngomong, gue kemarin liat lo baru beli kostum baru tuh?"
Renjun seketika menegakan tubuhnya dengan mata melotot. "KOK LO TAU?!"
"Ya lo sendiri kenapa habis belanja gak langsung di bawa masuk? Gue kemarin mau nyuci mobil kaget ada itu di mobil"
"Ck! Jangan dibuka, gak sopan"
"Ya sama aja kan nanti juga lo pake di depan gue"
"Ah elah linnn"
"Mau cobain sekarang gak yang? Gue penasaran seseksi apa lo kalo pake itu"
Renjun berdecak sembari memukul lengan Guanlin pelan.
"Ayok.."
"Pwapaaa" panggil lirih Ayden
Guanlin menarik nafas dalam, "Ah elah bocil ganggu aja lu"
Plakk
Kembali Renjun memukul lengan Guanlin.
"Hiks.. pwapaa puk puk" ucap Ayden sembar menepuk pantatnya sendiri
"Anaknya minta pukpuk tuh pa" ucap Renjun
Guanlin mendekat ke sisi Ayden dan menepuk pelan pantat Ayden membuat Renjun terkekeh. "Anak gue beneran penyelamat banget deh" ucap Renjun membuat Guanlin semakin mendengus.
***
Renjun dan kedua anaknya kini tengah berada dikediaman Haechan, samping rumahnya. Renjun ingin mengobrol dengan Haechan karena mereka sudah lama tidak bergibah ria secara langsung karena Haechan yang mengungsi dikediaman orang tuanya semenjak anak keduanya lahir.
Renjun yang berada di rumah sahabatnya semenjak pukul 10 pagi itu kini membiarkan kedua anaknya tidur siang bersama kedua anak Haechan dan mereka kini tengah mengobrol di ruang keluarga milik Haechan.
"Ya lo bego anjir kenapa tanya begituan ke si tiang"
"Ya kan gue penasaran.."
"Ya tapi gak gitu, anjir. Itu mah namanya lo menggali luka masa lalu. Lo bayangin deh nih, lo suka Guanlin terus lo tau dia habis ngewe sama orang lain, gimana perasaan lo?"
"Yaa.. kesel?"
"Nah tuh tau. Terus lo masih bahas lagi"
"Iya iya gue salah, udah ahhh"
Renjun kembali membalikkan tubuhnya menatap layar televisi di depan mereka, hingga bunyi ketukan di belakang rumah mereka membuat mereka mengerutkan keningnya.
"Heh? Siapa tuh Chan?"
"Lah gak tau gue anjir. Lo disini, gak mungkin Nana udah balik kan?"
"Coba cek deh"
Renjun dan Haechan bangkit menuju pintu belakang rumah Haechan.
"Loh bibi? Kenapa bi?" Tanya Renjun ketika melihat yang mengetuk pintu rumah Haechan adalah bibi yang membantu membersihkan rumahnya.
"Itu mas, ada orang mau anter motor"
"Hah? Motor apa?"
"Motornya mas Guanlin"
Renjun mengerutkan keningnya kemudian mengangguk. "Oh udah datang ya?"
"Udah mas"
"Motor apaan njun?"
"Motornya Guanlin, niat gue mau ngasih surprise gitu. Sebelum gue lahiran sempet minta ijin beli motor tapi gak gue ijinin"
"Busettt!! Tumben amat lu romantis gini ke si tiang"
Renjun terkekeh. "Sekali kali. Nitip bocahan gue bentar ya Chan. Gue mau ngurusin motor dulu"
"Siap, tenang aja"
Setelah berpamitan dengan Haechan, Renjun kembali balik ke rumahnya dan bertemu dengan orang dari showroom motor untuk melakukan serah terima motor yang sudah sekitar satu minggu ia pesan.
"Tolong masukin ke garasi ya, mas. Soalnya saya gabisa"
"Iya siap pak. Untuk surat suratnya sudah lengkap ya pak"
"Iya"
Setelah motor terparkir di garasi rumah Renjun, Renjun menatap sembari tersenyum kepada motor yang akan ia berikan kepada suaminya itu.
Sore harinya, Guanlin pulang dengan keadaan bingung karena saat hendak memarkir mobilnya di garasi, ia mendapati motor yang bukan miliknya terparkir rapi disana.
"Lah? Motor siapa ini anjir?" Guanlin mengitari motor tersebut dan memperhatikan tiap sisinya.
"Masa laki gue bawa orang lain ke rumah?" Pikir Guanlin. "Eh anjir, mikir apaan gue" Guanlin buru buru menepis pikiran buruknya, ia segera masuk ke rumah.
"Ren? Renjun?"
Guanlin mencari Renjun ke seluruh penjuru lantai satu namun tidak menemukan suaminya itu. Ia pun berjalan naik menuju lantai dua rumahnya.
"Yanggg?? Renjun?? Papiii??"
"Di kamar mandi Paaa" teriak Renjun
Guanlin pun bergegas menuju kamar mandi kamar mereka dan mendapati Ayden yang tengah berendam di bathup dengan bebek bebekan kesayangannya, dan Renjun yang tengah memandikan Mingrui di bak mandi.
"Yang?!"
"Kenapa?" Tanya Renjun
"Motor siapa?"
"Apanya?"
"Di depan motor siapa?"
"Ohhhhh itu—"
"Motol akak!" Saut Ayden sembari mengangkat telunjuknya
"Naik sepeda aja masih roda empat, sok sokan naik motor gede, bocil!"
"Ih biyalin, Pwapi beyi buat akak kok! Ya kan Pwi?"
"Tapi itu kan motor yang Papa pengenin dari lama kak"
Renjun terkekeh, mulai deh berdebat dua bayinya itu. "Kuncinya di nakas, itu motor buat lo"
"Hah?! Gimana yang?"
Renjun berdecak. "Tolong ambilin handuknya adek dulu dong"
Guanlin menurut, ia mengambil handuk untuk Mingrui dan memberikannya pada Renjun. Renjun segera membalut tubuh Mingrui dengan handuk. "Mandi dulu sana, sekalian kakak mandiin"
"Loh? Yang? Jelasin dulu"
"Mandi dulu!!"
"Pwapaaa!! Yok main bekk"
Guanlin menoleh. "Bebek mulu,mandiii cill" saut Guanlin yang kemudian melepaskan pakaian yang masih melekat ditubuhnya dan ikut bergabung dengan Ayden.
Dua puluh menit berlalu, Renjun yang sudah selesai memakaikan Mingrui baju pun merasa bingung kala suami dan anak pertamanya itu tidak kunjung keluar kamar mandi.
"Pa? Kak? Astag—" Renjun menepuk keningnya kala melihat Guanlin dan Ayden asik bermain air, busa sabun dan bebek. "Gue nyuruh lo mandi sekalian mandiin kakak, Pa. Bukan malah ikutan main! Ayo cepetan, kakak juga udah lama main air nanti masuk angin!"
"Tuh kan kak! Dimarahin Papi tuh"
"Ish! Pwapa yang ajak akak main bek!!"
"Lima menit belum keluar, Papi nanti malam tidur berdua sama adek aja!" Ancam Renjun yang langsung membuat Guanlin dan Ayden buru buru keluar dadi bathup.
"Udah nih yang, udah ganteng nih kita berdua" ucap Guanlin menghampiri Renjun yang tengah menyusui Mingrui di ruang keluarga.
"Pwapiii, nih akak dah ganteng, bobo cama akak ya?" Ucap Ayden sembari memelaskan wajahnya menatap Renjun.
"Iya iyaaa" jawab Renjun. "Oh iya, Pa itu kunci di nakas sama surat suratnya"
"Jadi beneran itu motor buat gue yang?"
Renjun mengangguk. "Lo kan udah lama pengen itu, nah kebetulan tuh kemarin honor gue yang photoshoot tuh cair dan cukup lah buat nambahin beli motor lo. Ya meskipun hampir 70% gue bayarnya pake duit yang lo kasih"
Guanlin segera memeluk Renjun dengan erat. "Makasihhhh!!!"
"Akkhh!! Linn pelan pelan, anak lo kegencet!"
Guanlin langsung melepaskan pelukannya dan terkekeh. "Ayo liat motornya" ajaknya menggandeng Renjun dan Ayden.
"Wahhhh gilaa!! Beneran cakep yanggg!!"
"Motol akakkkk!!"
Renjun mendapat ciuman bertubi dari Guanlin menandakan bahwa suaminya itu sangat sangat menyukai hadiah yang diberikan Renjun.
"Ajakin kakak main ke indoapril depan tuh Pa, sekalian test drive"
"Ayooo Pwapaaaa!!! Doapiilll beyi esklimmm!!"
"Boleh yang?" Tanya Guanlin
"Boleh. Sekalian test drive tuh"
"Oke! Nanti malem gantian kita yang test drive"
"Hah gimana?"
Guanlin tidak menjawab, ia menarik Ayden dan mendudukannya di motor. "Yok kak beli es krim" ucapnya yang kemudian meninggalkan Renjun yang hanya menghela dan menggeleng pelan.
"Tuh dek, Papa kamu seneng banget sama hadiahnya" gumam Renjun sembari mengusap pelan pipi Mingrui yang tengah mengerjap menatapnya itu.
Tbc
*******
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ
~~~~~~~~~~~~
Aku lagi magang guys, jadi mungkin bakal jarang update huhu tapi tiap baca komen atau pesan pesan kalian yang tanya kapan update, aku jadi semangat huhuuu terima kasih udah setia baca papa papi sampai di chapter 64 ini 🥺💓💓