familhee; kseung ft. &audition

By segitigasamasissy

8.8K 1K 567

welcome to our familhee! More

1 :: Heeseung dan Musim Kawin
2 :: Sudut Pameran
3 :: Secangkir Susu Jahe
4 :: Taki dan Maki
5 :: Love Language
6 :: Butterfly Kiss🔞
7 :: Ayah Fuma

8 :: Dia siapa?

612 66 27
By segitigasamasissy

Euijoo pengen confess aja deh.

Sebagian besar orang menyatakan perasaan ke sang gebetan bukannya pengen romantis menye-menye di malam minggu kok. Mereka hanya capek aja menanggung gelisah nggak jelas seharian, bingung harus gimana.

Mau kangen tapi sehari-hari memang minim interaksi. Mau cemburu tapi bukan siapa-siapa. Mau dekat terus tapi nggak punya kepentingan. Orang sinting mana yang doyan memilih buat naksir orang yang mustahil didekati?

"Manager Byun, wajahmu merah. Are you okay?"

Sialan. Euijoo kebanyakan tersipu malu nggak jelas mirip remaja jatuh cinta karena terpesona sendiri lihat outfit santai Nicholas yang mengalungkan kamera.

Nicholas itu sexy saat diam, hot saat serius, manis saat tersenyum, ganteng setiap saat. Euijoo bingung harus gimana. Cium aja kali?

"A-Ahh... S-Saya baik-baik aja. Sampai mana tadi?"

Sang lawan bicara mengerutkan dahinya sepersekian detik sebelum kembali melanjutkan area hutan tempat mereka survei lokasi untuk proyek selanjutnya. Mereka harus shoot video iklan produk skincare bertema serba nature. Jangan bayangin ada Jang Wonyoung terbang di air terjun bawa serum Innisfree.

"Memangnya kita mau betulan shoot produk di hutan?" celetuk Euijoo.

"Coba aja. Kita bawa sample satu atau dua besok. Temani saya ya? Nggak akan ribet, saya hanya butuh bantuan kamu untuk saya mintai pendapat soal tata letak properti tambahan. Bisa?"

Euijoo menahan nafasnya. Ini kali pertama Nicholas bicara kalimat panjang dengan bahasa begitu. EUIJOO NGGAK NT DONG????

"Oh iya, kita kan di luar kantor. Nggak usah formal begitu nggak apa-apa. Anggap kita ini rekan kerja sekaligus teman." Pria Taiwan itu menambahkan, "Kita jadi partner cukup lama tapi saya belum pernah hangout sama kamu. I feel bad."

Rekan kerja. Teman.

"B-Baik." Euijoo gugup lagi. "Besok saya akan temani kamu."

Demi alam semesta dan segala isinya, Euijoo pengen nari tor-tor di depan istana presiden karena senyum Nicholas barusan manis banget. Pria 27an tahun itu membidik apa saja unggas yang melintasi atas mereka. Langit sedikit mendung, Euijoo khawatir akan turun hujan.

Bjir. Hujan beneran.

Di sini lah mereka sekarang. Di sebuah gubuk entah milik siapa, berteduh berdua, lembab, dan dingin.

Kalo ini sinetron harusnya bulan depan dia hamil.

"U-Umm... Manager Wang nggak kebasahan?"

"Hm? Saya lebih takut kameranya yang basah." Nicholas melepas jaketnya untuk membungkus kamera itu. Tunggu kalian dewasa nanti, kalian akan merasakan ironisnya ketika urusan kerjaan lebih dilindungi ketimbang badan sendiri. "Saya belum sempat amankan data barusan soalnya."

"Tapi Manager Wang pakai celana pendek, nanti masuk angin."

"Lalu? Kamu pun nggak pake jaket meski celanamu panjang."

Iya juga.

Euijoo merasa tolol nggak bisa ngasih saran berguna. Keduanya hanya duduk di balok kayu gubuk itu. Diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka jarang ngobrol begini sebelumnya. Wajar canggung sesekali. Nggak bohong jika otak Nicholas dari tadi kosong (sesekali mikirin Gaku udah makan atau belum) sedangkan Euijoo nggak tau harus mikirin apa selain persentase keduanya akan bercinta karena udara dingin banget.

"Kamu kenapa akhir-akhir ini canggung tiap ngobrol sama saya sih?" Nicholas berucap tiba-tiba. "Saya mengintimidasi kamu atau gimana?"

"Ahh, nggak gitu. Saya emang pemalu." Euijoo menggaruk tengkuknya yang cuma dibales anggukan sama Nicholas.

"Gaku udah makan belum ya..."

Nicholas bergumam. Gaku dia titipin ke Heeseung biar main sama Taki dan Maki, lalu Taki dan Maki dan Gaku dititipin ke Fuma. Gitu aja siklusnya. Kasian Fuma.

Euijoo merasa ada topik. Kebetulan dia memang tertarik sama Gaku yang ceriwis dengan bahasa Inggris cas cis cus ngalahin HRD. Euijoo yakin Nicholas ngedidik anak itu beneran. Mana sopan lagi, beda banget sama Maki yang bisa nangis kejer ngagetin satu kantor minimal sekali seminggu.

Dagu Euijoo dia topang ngedengerin Nicholas cerita tentang Gaku panjang lebar. Ahh, Euijoo jadi pengen punya anak. Nanti setelah dia nikah sama Nicholas, lucu kali ya kalo Gaku panggil dia Papa? Papa Juju.

"... Aku suka sama kamu."

Hah?!

Euijoo nyaris keselek rayap gubuk.

"Eh gimana?"

"Iya, Gaku suka sama kamu."

Yah, salah denger. Udah baper juga.

Nicholas melanjutkan, "Dia sering bilang dia pengen have a lunch sama Paman Euijoo, tapi belum kesampaian karena kita memang jarang makan bareng. Next time sering-sering interaksi ya?"

"Eumm... Huum."

Sumpah, Euijoo ngerasa lagi dipermainkan sama semesta waktu Nicholas ngedeketin muka ke dia. Euijoo siap kok ciuman sekarang. Hehe.

Tapi ternyata realita nggak seindah itu.

"Mukamu merah lagi, Ju. Kenapa? Sakit?"

Sakit jiwa.

...

Heeseung pengen ngasih surprise ke suaminya. Dia diem-diem ke tempat kerja Kei. Tempat itu Kei lebih mirip galeri seni rupa murni yang bikin Heeseung serasa lagi liat exhibition tiap ke sini. Dia bawa makan siang yang dia masak sendiri. Dia put effort banget di kotak itu, sengaja dibentuk lucu-lucu isi mata, bunga, hidung, rambut, ginjal segala macem ala Tiktok.

Berhubung mobil Heeseung dibawa Fuma yang dia paksa ngajak main si kembar bareng Harua seperti biasanya, dia minta Euijoo nganterin sekalian nemenin. Sebenernya Heeseung mau pamer aja ke Euijoo betapa serunya berumah tangga. Biar Euijoo iri.

Langkah pantofel Heeseung terhenti di depan pintu ruangan Kei.

Anjay.

"Byun, menurutmu itu siapa?"

Ada orang di dalem ruangan Kei yang lagi ngobrol bareng Kei.

Euijoo mengintip ke dalem lalu menjawab dengan senyum sopan andalannya. "Saya kurang tau, Mr. Hee."

"Byun, menurutmu dia cantik nggak? Cantikan dia atau saya?"

Sial. Pertanyaan jebakan. Senyum Euijoo berubah jadi awkward.

"Jawab aja elah. Saya nggak akan ngamuk atau potong gaji kamu kok kalo kamu jujur."

Rusuk Euijoo dia sikut. "Jawab ih! Cantikan dia atau saya?"

"Cantikan saya, Mr. Hee." Euijoo tersenyum (seperti biasa).

Heeseung berdecih. Dia lanjut ngintipin ke dalem. Si cewek cantik itu masih ngobrol dengan Kei. Penampilannya rapi dengan kemeja pink pastel, celana bahan warna putih, dan jepit rambut kecil-kecil bentuk bunga di kepalanya. Rambutnya model mullet agak bergelombang dan dipotong pendek seleher. Overall sih mirip MC Inkigayo.

Dia bawa kertas-kertas entah apaan dan Kei fokus ngedengerin, sesekali bercuap-cuap entah ngomong apa. Mata Heeseung yang mirip rusa itu melotot waktu Kei bangun dari kursi kerjanya untuk bikinin kopi di mesin kopi di sudut ruangannya.

Mas Kei ada apa sama dia?!

"Sebaiknya Mr. Hee tanya langsung daripada berasumsi macam-macam."

Suara Euijoo membuyarkan lamunannya akan imajinasi dia nangisin perceraian di ruang kerja sambil ngerjain laporan.

Bener juga. Heeseung harus tanya langsung.

.

Heeseung meminta Euijoo untuk langsung balik begitu si cewek cantik tadi keluar dari ruangan Kei. Saatnya dia untuk masuk. Butuh privasi, katanya.

Setelah ngaca puluhan kali untuk memastikan mukanya nggak keliatan bete, Heeseung nyelonong masuk sambil bawa box bekal kebanggaannya itu.

"Mas Kei!" Dia merengek manja, ngebackhug Kei yang kembali fokus ke kertas-kertas berisi sketsa lukisan di mejanya.

"Apa, sayangku? Hm?" Kei menciuminya seperti biasa. "Kamu ngapain ke sini? Anak-anak mana?"

"Lagi jalan sama Fuma bareng Harua." Heeseung menunjukkan bekal yang dia bawa. Bangga banget. "Hee mau suapin Mas Kei sambil dipangku~!"

Muka excited Heeseung berubah waktu badannya ditahan Kei. "Emm jangan pangku ya, Hee. Duduk aja. Ambil kursi di sana tuh."

"Loh kenapa? Biasanya pangku..." Bahunya merosot sedih.

"Emm nanti tumpah. Lagipula makan lebih baik duduk kan?" Kei mengecup bibir Heeseung yang manyun ngambek. "Jangan cemberut dong ahh. Nanti Mas beliin parfum baru deh. Janji."

"Yeay! Oke!!"

Sebelum Heeseung lupa akan misinya, dia nanyain hal yang bikin dia overthink dari tadi.

Dia duduk manis di kursi yang Kei bilang, mengunboxing kotak bekalnya, lalu mengusahakan nadanya nggak terdengar intimidatif. "Oh iya, tadi Mas Kei baru ada tamu?"

"H-Hah? Enggak kok, bukan tamu itu."

Mata Heeseung mengerjap bingung. "Terus siapa dia?"

"Emm itu legal officer."

"Humm? Mas Kei mau ngapain?"

Kei mengacak rambut depan Heeseung. "Ada beberapa karya kami yang mau diimport ke luar, so yaa butuh dokumen. Gitu deh."

"Hah?" Sekarang matanya melebar lucu. "Karya Hayate ada?"

Kei mengangguk dengan senyumnya, dihadiahi pelukan erat dari Heeseung. Tiba-tiba badan cowok itu mencolot lucu, berhambur ke badan Kei. Heeseung mendusal lama sekali. Abai dengan bekal dia tadi.

"Kenapa, Hee cantikku? Hmm?" Kei mengusap sayang punggung suaminya. Tengkuk Heeseung dikecup sampai sang empunya menggeliat kesana-kemari.

"Kangen Mas Keiii!"

"Sini sini peluk yang lama. Cium dong akunya."

Cup!

"Masa cuma kening. Pipi kanan?"

Cup!

"Pipi kiri?"

Cup!

"Hidung?"

Cup!

"Bibir?"

"AKHH!"

Itu tadi suara jeritan Heeseung waktu Kei tiba-tiba mengangkatnya ke meja kerja, lalu melumat bibirnya tanpa ampun membalas kecupan singkat dari Heeseung.

Keputusan tepat menyuruh Euijoo balik kantor duluan. Urusan privat mereka betulan akan lama setelah ini.

.

"Heh asu!"

"Astaghfirullah... Minimal nyapa yang bener kek! Ini telpon lo gue load speaker Hee, biar anak-anak sama Mas Fuma denger. Cih lo malah misah-misuh!"

Heeseung cekikikan aja denger Hayate di seberang sana panik buru-buru matiin load speaker dan lari ngejauh denger sapaan dia. "Hehe sorry. Lo lagi sama Fuma? Kok bisa?"

Si bos itu udah balik lagi ke kantor usai nyelesaiin 'urusan privat' dia sama Kei barusan. Staff dia mah kelewat apal semua. Mr. Hee kalo habis keluar kantor di jam istirahat trus balik-balik senyum lebar pasti habis ngapel. Si bos menyilangkan kedua kakinya di kursi kantor, lanjut menyimak ocehan Hayate.

"Hooh. Harua ngajakin gue ikut ke taman juga tadi naik mobil lo. Rada kagak enak sih sama Mas Fuma, main gabung aja kan. Tapi si Rua ngancem bakal ngambek kalo gue kagak ikut."

Si Heeseung pasang muka ngeledek meski tau Hayate nggak akan bisa liat. "Cieee...."

"Dih apaan?"

"Cieee...."

"Lo nape anying?"

Suara decakan ia dengar dari seberang sana. Hayate bersuara lagi.

"Heh berug! Jadi lo kenapa nelpon gue siang-siang? Telponnya mau gue kasih ke Taki sama Maki apa gimana?"

"Kagak, kagak." Heeseung lagi pengen ngerasain jadi suami childfree. "Gue mau nodong ke lo nih. Kok lo kagak ngabarin gue kalo bakal jadi miliarder part sekian habis ini?! Biasanya aja lo sok-sokan ngepap gue lagi nyebat sambil pamer cincin Graff!"

"Hah? Maksud? Gue kagak habis punya sugar daddy tuh. Jadi miliarder kenapa?"

"Lah kata Mas Kei gambar lo ikut mau diimport?"

"Apaan? Maksud lo yang nude painting itu? Jadi aja belom."

"Ya gambar apa lah itu. Jadi itu galeri lo pada kagak lagi pengen ngimpor apa-apa?"

"Ada sih tapi udah dari minggu lalu. Sekarang mah lagi pada nyelesaiin pesenan aja buat sculpture painting sama pada bikin sketsa buat project yang di Katedral Milano. Kenapa?"

Heeseung meletakkan ponselnya begitu saja di meja kerjanya.

Kei bohong? Kenapa? Lalu orang tadi, dia siapa?














.


To be continue....

Continue Reading

You'll Also Like

110K 9.7K 22
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
391K 40K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
38.9K 3.6K 21
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
90.6K 11.1K 35
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...