Come on, Ga!

By sisind_

98.8K 7.8K 1.1K

"Hal bodoh yang terulang kembali, berharap mendapat validasi bahwa kamu pencium yang handal?" Sedari dulu pe... More

P r o l o g
1 - Masih Awal, loh
2 - Officially Kating
4 - Wellcome, Chie!
6 - Malam Versi Terbaruku
10 - Hidup Sengit
11 - Beda Kuasa
12 - Melepas Kalut
13 - Sibuk Sendiri
14 - Berusaha, Emang Bisa?
16 - Keberanian Si Bocil
17 - Lega nan Kecewa
OPEN PO

9 - Peringatan Dini

5.1K 491 55
By sisind_

Tanpa sebuah sambutan, melenggang masuk ke dalam rumah tepat pada pukul sebelas malam. Segera mengunci pintu dari dalam, lalu berjalan ke arah dapur guna mengambil air minum.

"Baru nguli lo? Pulang-pulang lipstik meleber kemana-mana!"

Sahutan yang membuat Agatha hampir tersedak minumannya sendiri. Mengusap bibirnya, mencoba untuk menghilangkan bekas kemerahan yang diciptakan lipstiknya pada area bibir, walau Ochie sudah paten akan hal itu.

Mendesis berat, duduk di kursi yang tak jauh dari berdirinya Agatha sembari melipat tangannya di depan dada. "Bokap lo tadi telepon gue, katanya ponsel anaknya nggak bisa dihubungi." Pernyataan yang mampu membuat Agatha mendongak, mengingat kembali perihal beberapa jam yang lalu ketika dirinya masih berada di rumah Dirga.

Seakan menyibukkan diri dengan dunianya, hingga merelakan benda pipih yang menghantarkan suara dari seberang. Berniat untuk bertegur sapa tanpa tahu bahwa sang anak sibuk dengan rutinitasnya.

Bangkit dari duduknya, berdiri di sebelah gadis yang masih terdiam tanpa menjauh, lalu mendekat, mencoba mengenali aroma menyengat yang membuatnya menyibak rambut Agatha.

"Habis ngapain sama pacar lo?"

Hal yang paling Agatha takutkan ketika Ochie berada di satu rumah yang sama seperti dirinya. Tak bisa ia bohongi, mau sekuat apapun alasan yang Agatha berikan, gadis itu tetap akan kalah dengan pengalaman Ochie.

"Gue nggak bego untuk mengenali bau alkohol dan juga kiss mark di leher lo."

"..."

"Dia ngajak lo dugem, terus lanjut check-in?"

Mencoba menahan berat di kepalanya, sesekali memijat pelipisnya seorang diri sembari menutup kedua telinganya. "Enggak!" sungut Agatha, menatap Ochie dengan kedua mata yang memerah, lalu mendorong tubuh gadis itu untuk menyingkir, memberinya jalan.

"Mau dugem ataupun check-in sama cowok gue bukan urusan lo, Ochie! Kalau nantinya bunting juga jelas Bapaknya siapa!"

Naik ke lantai dua sembari menggeram, berjalan sempoyongan, mencoba untuk tidak terjatuh sebelum tiba di kamar, membuka pintu dan segera merebahkan diri di ranjang.

Bukan karena melipir terlebih dahulu untuk dugem, apalagi check-in. Dirga sengaja menyiapkan beberapa gelas wine untuk keduanya tenggak di dalam kamar. Entah sejak kapan pemuda itu diam-diam menyimpannya, tapi Agatha yakin jika kedua orangtua Dirga tidak mengetahui tentang stok alkohol anaknya.

Dalam tatapan kosong tanpa bergeming sedikitpun, Ochie dan juga rasa takutnya mulai khawatir dengan setiap pertemuan Agatha dan juga Dirga. Mula dari tempo hari yang tak sengaja melihat keduanya dalam balutan hasrat memuncak, menjadikannya menarik keseluruhan kalimat yang mengatakan bahwa ia meminta dikenalkan dengan pacar Agatha.

Ochie memang pecinta berondong, tapi jika kelakuan banyak minus seperti halnya Dirga, mungkin dirinya akan jauh-jauh walaupun sepupunya satu itu terlihat masuk ke dalam perangkap budak cinta.

"Wajar kalau gue harus tahu kemana dan sama siapa lo pergi. Om Sabara kasih amanat ke gue buat jaga anaknya---"

"Mending lo tidur aja, deh! Gue muak sama omongan tai lo!"

Meracau tak jelas, acap kali ingin menjangkau bantal untuk melemparnya ke arah Ochie agar gadis itu menjauh dari hadapannya. Agatha tak mau mendengar kajian di malam hari, biarkan dirinya tidur tanpa mengumpat karena sebuah kekesalan.

Menutup pintu kamar Agatha, segera beralih ke kamarnya guna menyambar ponsel yang tergeletak di atas ranjang.

Jemarinya mulai bergerak di atas layar ponsel, berniat untuk menelpon target utama yang harus ia beri hantaman perintah. "Berhenti kasih pengaruh buruk ke anak orang!"

***

Senyum yang tercetak tepat setelah salam perpisahan disambut baik oleh para mahasiswa yang begitu antusias dengan kehadirannya pada hari ini. Cukup lega, namun masih ada yang mengganjal kala fokusnya hampir terbelah.

Tatapannya masih pada satu orang pemuda yang tak begitu antusias seperti teman-temannya yang lain. Berdiam di bangku paling ujung, memainkan pena yang tengah ia bawa, tanpa mengarahkan tatapannya pada penjelasan dari presentasi yang tengah berlangsung.

"Kehadiran gue di kelas ganggu konsentrasi lo?"

Langkahnya terhenti atas pertanyaan tersebut, berbalik badan sebelum alisnya terangkat sebelah kala perempuan yang kini membawa laptop tersebut tengah memberikan tatapan tajam serta senyum miring.

Dirga menggeleng, dia masih ingat betul dengan perempuan yang masuk ke kamar Agatha tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Entah melihat aksi keduanya atau tidak, tapi Dirga yakin jika Ochie berbohong jika mengatakan tak tahu apa-apa.

"Gue menghargai setiap dosen pengajar sekalipun beliau adalah orang baru yang belum memiliki pengalaman di bidangnya."

Ochie tersenyum sinis, mendekat satu langkah ke arah cowok itu, membenarkan kerah kemejanya, lalu berbisik pelan tepat di telinga sang target. "Bentuk menghargai bukan hanya diterapkan di kampus, melainkan juga di rumah.."

"..."

"Beraksi layaknya berada di hotel bintang lima tanpa memikirkan dunia. Apalagi memikirkan orang lain yang bisa menjadi bumerang buat tingkah yang udah lo perbuat."

Tanpa berpikir selama lima menit, Dirga tahu maksud pembahasan Ochie. Dirinya tak bodoh untuk mengakui bahwa perempuan di depannya tak bisa dianggap remeh meskipun terlihat tidak sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kemarin malam gue harap menjadi yang terakhir, sekali lagi Agatha pulang ke rumah dalam keadaan kaya cewek habis diperkosa, gue pastiin kelulusan lo di kampus ini akan berjalan secara lambat. Bahkan bisa jadi lo tidak akan merasakan hal itu."

Ancaman berkat kepulangan Agatha kemarin malam, Dirga tahu jika keputusannya menyuruh Agatha untuk singgah lebih lama lagi akan membawa dampak buruk ke depannya. Memang bukan Sabara yang ikut campur atas segala urusan keduanya, melainkan orang baru yang tiba-tiba naik pada peringkat pertama dari daftar nama-nama orang yang ingin Dirga hindari.

Dari ucapan yang dilontarkan Ochie pun Dirga bisa menilai bahwa gadis itu akan berada di belakang Agatha, dalam segi apapun. Menjadikan sepupunya patuh atas perintah yang ia genggam, serta serangan kalimat horor yang mungkin akan Dirga dengar berkali-kali lipat daripada hari ini.

"Dirga!" Panggilan dari arah berlawanan yang kontan membuat si pemilik nama mendongak, mengangkat satu alisnya seraya berdecak, "apa?"

"Keputusan mutlak, dia rela kehilangan mobilnya demi sebuah eksistensi."

"Terus?"

"Ck! Lo rebut eksistensi itu sekaligus mobilnya, lah! Biar orang-orang tahu kalau lo bukan sekadar anak bawang yang cuma ikutan trend."

"..."

"Kapan lagi punya kesempatan rebut mobil orang di saat mobil yang lo pakai saat ini mau dijual sama Bokap lo."

Menghela napasnya panjang, masih berjalan bersisian dengan Zony sembari celingukan, seolah tengah mengecek keadaan sekitar bahwa obrolan keduanya tak didengar oleh orang lain.

"Semisal gue berhasil rebut mobil itu, gimana cara gue ngomong ke orangtua? Mereka nggak akan percaya gitu aja kalau gue bilang mobil itu hasil dari kerja sama lo, Zon."

"Santai aja kali, gue bakal ngasih tahu orangtua lo kalau mobil itu adalah reward dari perusahaan Bokap gue atas kinerja karyawan pilihan."

Entah apa yang ada di dalam benak Dirga saat ini, tapi dirinya tertarik dengan penawaran Zony. Melihat sekali lagi mobil yang terparkir di depannya sebelum sang papa menjual kendaraan beroda empat itu untuk modal usaha karena telah berhenti dari pekerjaan sebelumnya.

Sempat tidak rela, namun Dirga harus bagaimana lagi? Mobil itu masih milik sang papa, pria itu bahkan sangat berhak menjualnya kapanpun walau Dirga menggeleng sekuat tenaga untuk mempertahankannya.

"Gimana? Deal?"

Menoleh ke arah Zony, satu tangan cowok itu terulur tanpa sebab hingga tangan lain membalas uluran tangan tersebut. "Deal!" Pertanda bahwa dirinya siap merebut milik orang lain sekalipun dengan sebuah ajang ilegal yang mungkin akan menambah masalah di kemudian hari.

***


Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
5.4M 393K 55
โ—Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow โ— Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
822K 62K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
670K 8.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+