B3 : Ethereal

By grailinzyotch

296 51 58

« " Penyihir jadi-jadian! Kita 𝗗𝗲𝗺𝗶𝗴𝗼𝗱 ikutan jadi tumbal Death Eathers gara-gara lo doang, berak! " »... More

• προτροπή ⁰
• Πρώτα ¹
• τρίτος ³

• δεύτερο ²

70 14 8
By grailinzyotch

"Anjay, tumben eneng gak telat. Gak molor lagi tah?" 



Namanya Blaze, suka mengusik hidup orang. Terlebih teman-teman yang sangat dia kenal. Seperti saat ini, laki-laki bernama tengah 'Tengil' itu tengah menggoda temannya dari kelas sebelah, Ice



"Eneng-eneng pala lu gue jitak ya lama-lama." 



Blaze meringis, "Galak amat neng, PMS ya?" 




Duagh




"Lo manggil gue eneng sekali lagi gue getokin, serius." 



Yang dipukul mengelus kepalanya, sakit uy. Jitakan Ice gak main-main rupanya. "Aduh, sakit ege lu main pukul aja!"



Ice memutar bola matanya malas. Capek ngeladenin Blaze dia tuh. Ada yang mau nampung? 



"Eh tapi gue juga serius, tumben banget lo gak molor?" Blaze menyusul langkah Ice yang terlihat lebih jauh darinya. 



"Dibangunin Mr. Kai—"



"Hah? Mister siapa?"



Ice terbelalak dibalik tudung jaketnya, matanya mengedar ke segala arah menghindari kontak mata dengan temannya. Blaze memberikan tatapan intimidasi padanya.



"Mister Tukul? Keren bener dibangunin pelawak, kok lo gak pernah bilang sih kalo lo tajir?"



Lah, diluar dugaan. Kirain mau mengintimidasi dirinya, ternyata eh ternyata Blaze malah menebar kebodohan. Dibalik itu Ice mendesah lega, selamat deh ketutupan sama kelakuan Blaze.




Fiuh~




Blaze melepas rangkulan yang barusan ia pasang di bahu lebar Ice. Merasa curiga, "Lo abis kentut ya?"



"Fitnah anjing!"



"Lah, terus tadi bunyi angin apaan?"



"Ya mana gue tau, jangan main fitnah aja lo! Gue gak ngentut sembarangan, emangnya lo?"



"Idih, sok tau lo! Emang lo punya bukti gue pernah kentut sembarangan?!"



Pemuda bertudung itu memutar bola mata, meninggalkan Blaze yang sedang mengamuk gak jelas. Malas sekali meladeni orang sepertinya.



"WOY KUTUB URUSAN KITA BELOM SELESAI YA!"



Murid-murid sekolah memandang mereka yang berjalan beda arah hanya bisa bersabar, mengelus dada. Keblangsakan Blaze sudah menjadi tontonan yang lumrah bagi mereka semua. Ckckck, tak patut, tak patut.














※ ※ ※















Kembali pada pemuda bertudung ini. Sampai di kelas, bukannya piket malah tidur. Padahal jadwal piket dirinya terlampir hari ini. Ice menenggelamkan wajah di meja dengan tas sebagai bantal. Netra aquamarine itu terpejam mengabaikan kebisingan yang ada.



'Ice.'



Perlahan kesadaran pemuda itu kembali. Sebuah suara yang sering mengganggunya muncul.




'Ice.'




Memanggil namanya.





"Ice!"





"HAH, MAAF MIS—ter.."




...





"Kamu tidur lagi ya di kelas saya sampai gak tau sekarang ada yang duduk di sebelah kamu, Ice?!"



Gawat, guru killer seantero sekolah. Mana dirinya pakai acara salah panggil lagi. Teman-teman kelasnya malah terkikik mentertawakannya. Ice sudah kenyang hukuman dari guru itu, segala doa dia rapalkan dalam hati agar tidak terkena hukuman.



"M-maaf Bu Zila! S-saya—"



"Diam! Kali ini saya maklumi karena ada anak baru. Jadi, hukuman saya tunda untuk nanti pulang sekolah."



Bahu Ice melemas, "B-baik bu."



Pemuda yang baru saja bangun dari tidurnya melirik ke samping kiri dimana anak baru itu duduk. Yang dilirik memandangnya balik, lalu menyodorkan tangannya.



"Hai, Ice! Gue Taufan, anak baru disini. Semoga kita bisa berteman baik!"



Ice membalas jabat tangan itu dan tersenyum hangat. Lembut, ketika tangan mereka bersentuhan. Rasanya aneh dan keduanya tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Mimik wajah pemuda bertudung itu berganti menjadi curiga. "Kayak kenal,"



"Oh iya, lo dingin ya?"



Taufan menyeletuk membuat Ice tergelak, "Hah?"



"Hehe, soalnya nama lo Ice, hehehe."



Krik krik krik



"Eh... ehm.... garing ya? Hehe, sorry. Gue cuman mau bangun suasana."



Ice menaikkan kedua alisnya, mengangguk sebagai jawaban. Ternyata ada yang lebih aneh dari Blaze.



Tatapan menyelidik Ice ternyata disadari oleh Taufan. Karena sang empu merinding, Taufan bertanya.



"K-kenapa Ice?"



"Lo manusia kan?" Tanya Ice to the poin. Duh, Ice. Kalau kamu tanya keawalan ya cerita ini bakal abis duluan :(



Taufan tertawa kecil, kirain apa. "Ya lo bisa liat sendiri kan gue napak?"



Ice jadi malu, diam aja tuh selanjutnya.



Kring!




Bell berbunyi menandai jam istirahat tiba. Bu Zila menghentikan pelajaran dan mempersilahkan murid-muridnya untuk keluar. Tak lupa dengan Taufan dan Ice yang baru berkenalan. Saat Taufan ingin keluar dari kelas, ia memanggil Ice yang masih duduk.



"Eh, Ice! Boleh minta tolong gak?"



"Apa?"



Kedua bola mata taufan mengerling nampak menimang sesuatu, "Itu, anterin gue ke Gempa kelas MIPA 1."



Lelaki bermata aquamarine itu menaikkan satu alisnya, "Lo kenal Gempa?"



Taufan mengangguk mengiyakan. Ice tidak mau curiga lagi, mungkin si anak baru itu mau tanya-tanya tentang apa saja di sekolah ini. Toh, Gempa Ketua OSIS. Dirinya langsung mengantarkan Taufan ke kelas MIPA Satu.



"Gue duluan ya, Tau."



"Iya, makasih Ice!"



Anak baru itu berlari menuju Gempa dan berbincang-bincang. Ice menepis segala kecurigaan terhadap teman barunya itu. Tapi, satu pertanyaan terbesit dipikirannya. Kenapa Taufan membawa tongkat sihir?




























see ya next chap jiakhakahkah afaantuch coba :>

bersiaplah utk gebrakan slanjutnya kwan [heheheh]

Continue Reading

You'll Also Like

11.1K 550 5
[Boboiboy & Ejen Ali fanfiction] ✎On Going. . . Terlepas dari kehidupan seorang pahlawan superhero yang disenangi banyak orang, ketika semua orang be...
1.2M 12.3K 33
Jatuh cinta dengan keponakan sendiri? Darren William jatuh cinta dengan Aura Wilson yang sebagai keponakan saat pertama kali bertemu. Aura Wilson ju...
2.9K 130 11
menceritakan tentang anak yang hidup nya hancur setelah difitnah membunuh minjem karakter pls
2.4M 170K 49
Ketika Athena meregang nyawa. Tuhan sedang berbaik hati dengan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki masa lalunya. Athena bertekad akan memperb...