HWA GI-SSI (END)

By firma_afika

6.3K 1.4K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... More

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

49. Pergi Ke Penjara

69 23 1
By firma_afika

Clue #day49

#lilapsofobia




***

Hwa Gi sedang sibuk dengan ponselnya, dia sedang duduk di ruang tamu sendirian. Sudah seminggu dia tinggal di rumah Keluarga Go. Dia sangat serius menatap layar ponsel, membuka halaman web dan mencari tentang cara mengatasi trauma. Saat ini Hwa Gi merasa cemas karena besok dia akan berkunjung ke penjara untuk bertemu dengan ayahnya. 

Hwa Gi masih teringat perlakuan kasar sang ayah lima tahun lalu. Dia berusaha mencari informasi bagaimana cara mengatasi trauma karena kekerasan dan pelecehan. Saat mengetik di kolom pencarian, beberapa halaman keluar dengan judul
bermacam-macam. Hwa Gi mengklik halaman dengan judul lilapsofobia  dia membaca arti dari kata lilapsofobia itu dan mengangguk-angguk tanda mengerti, tapi lilapsofobia tidak ada hubungannya dengan trauma yang dia miliki. 

Hwa Gi kembali berpikir, sebenarnya dia hanya takut pada pelaku kekerasan yaitu ayahnya kalau untuk kekerasan dan pelecehan itu sendiri, bisa dikatakan Hwa Gi tidak trauma, buktinya dia bisa bekerja di Bloomsbury.

Sedang asyik melamun tiba-tiba Jae Han sudah duduk di dekat Hwa Gi. "Apa yang kau pikirkan hmm?"

Hwa Gi terkejut. "Jae Han, tidak bukan apa-apa!" jawabnya.

Jae Han mengenakan setelan jas rapi ala kantoran dan ini style yang sangat berbeda dari yang sering Hwa Gi lihat. Jae Han benar-benar sangat tampan. Setelah pulang dari Jepang seminggu yang lalu, Shin Woo dan Jae Han langsung disibukkan dengan pekerjaan di perusahaan, tapi untuk Jae Han dia memang datang dan pergi sesuka hati.

"Ini baru pukul 10.00, mengapa sudah pulang? tanya Hwa Gi.

Jae Han menyandarkan kepalanya di bahu Hwa Gi. "Aku merindukanmu."

Hwa Gi menanggapinya hanya dengan berdecak saja.

Jae Han menengok ponsel Hwa Gi. "Pasti ada sesuatu sampai-sampai kau tidak tahu aku datang." Jae Han membaca sekilas tulisan-tulisan yang ada di layar ponsel lalu mengerutkan dahi. "Apa kau setakut itu pada appamu?" 

Hwa Gi mendesah lelah, "Yah … sepertinya begitu, aku merasa cemas, padahal aku tahu appa tidak mungkin bisa menyakitiku lagi, tapi tetap saja aku gelisah."

"Jika kau takut, sebaik besok kita tidak perlu ke sana," usul Jae Han.

"Tapi aku ingin tetap ke sana, bagaimanapun dia adalah appaku." ucap Hwa Gi. "Kalau bisa dia juga bisa hadir di pernikahan kita minggu depan nanti." Dia kembali terdiam.

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Hwa Gi tiba-tiba.

"Belum, lagi pula ini baru jam 10 belum waktunya makan siang, eh tapi …  rasanya aku ingin makan sandwich buatanmu waktu sekolah dulu." Jae Han tampak merenung mengingat sandwich buatan Hwa Gi ketika saat sekolah dulu.

Dulu Jae Han sering mengancam Hwa Gi dengan buku harian miliknya supaya Hwa Gi mau membuatkan bekal sarapan untuknya. Teringat itu Jae Han tersenyum masam karena gara-gara buku harian itu Hwa Gi mendapat masalah besar.

"Baiklah, ayo kita buat." Hwa Gi segera beranjak ke dapur dan langsung membuka lemari pendingin untuk mencari bahan makanan. "Hmm … dapur orang kaya memang beda, semuanya lengkap," gumam Hwa Gi dan itu bisa didengar oleh Jae Han yang juga ikut ke dapur.

Hwa Gi mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sandwichnya sederhana miliknya, dari tomat, keju, kubis, beberapa lembar roti dan juga telur. "Jae Han apa kau ingin isian daging juga?" 

"Terserah kau saja, tapi yang sering kumakan dulu sandwich tanpa daging,"  sahut Jae Han.

Hwa Gi sedang mencuci semua bahan sayuran lalu lanjut mengiris tomat sambil berucap, "Dulu daging adalah makanan mahal bagiku, jika ingin daging aku harus berhemat, haha semiris itu dulu hidupku." 

Jae Han segera memeluk Hwa Gi dari belakang, menaruh dagunya di perpotongan leher Hwa Gi. "Mulai sekarang kau tak perlu berhemat lagi hanya untuk sekedar membeli daging. Akan kuberikan apapun yang kau mau, aku juga akan bekerja keras."

Hwa Gi meletakkan pisau lalu berbalik, mengalungkan tangan di leher Jae Han. "Ya, kau harus bekerja keras untukku!" Hwa Gi mengecup bibir Jae Han sekilas dan tersenyum lebar.

Jae Han mengangkat dan meletakkan bokong Hwa Gi di atas meja pantry dapur lalu melumat bibir kenyal itu lama. Ciuman panas pun tidak dapat dihindarkan lagi.

***

Keesokan harinya Hwa Gi dan Jae Han pergi ke penjara tempat ditahan Choi Haa Joon. Sedangkan Fumiko masih belum bersedia bertemu dengan mantan suaminya itu.

Haa Joon mendapat hukuman sepuluh tahun penjara karena kasus penganiayaan dan sekarang lima tahun sudah berlalu, Hwa Gi tidak bisa menebak bagaimana sikap ayahnya nanti ketika bertemu, apakah menyesal atau malah marah. Tapi Hwa Gi tidak terlalu peduli dengan reaksi ayahnya nanti, jika dia marah mungkin hari ini adalah hari pertama dan terakhir Hwa Gi menjenguk orang tuanya.

Jae Han dan Hwa Gi menunggu di ruang tunggu selagi sipir penjara menjemput ayahnya dari dalam tahanan. Tak lama berselang seorang pria berumur 46 tahun, bertubuh gempal dengan tangan diborgol datang dan dia terlihat terkejut. 

"Hwa Gi! anakku, maafkan Appa nak!" Ha Joon menangis sejadi-jadinya di depan Hwa Gi, berucap kata maaf puluhan kali bahwa dia sangat menyesal atas perbuatannya di masa lalu.

Hwa Gi juga sangat terkejut dengan reaksi ayahnya yang menangis histeris meminta maaf. Melihat itu Hwa Gi juga ikut menangis, Haa Joon ingin memeluk Hwa Gi tapi putranya masih terlihat takut padanya.

Pertemuan ini penuh haru, Haa Joon juga bertanya bagaimana kabar Fumiko dan Hwa Gi menceritakan segalanya pada Haa Joon tentang ibunya yang sakit, tapi sekarang sudah mulai membaik dan tak lupa tentang dia yang akan menikah minggu depan. 

Hwa Gi mengenalkan Jae Han pada ayahnya dan Haa Joon sama sekali tidak mengingat Jae Han karena dulu waktu pertama bertemu, Haa Joon sedang mabuk.

Waktu satu jam kunjungan sudah habis dan Hwa Gi pun berinisiatif memeluk ayahnya lebih dulu dan Haa Joon pun balas memeluk putranya erat, masih bergumam kata maaf berulang kali. Setelah Hwa Gi melepas pelukan, Haa Joon kembali dibawa masuk ke dalam tahanan dia menatap tak rela pada Hwa Gi, waktu satu jam benar-benar sangat singkat.

"Nanti aku ke sini lagi," seru Hwa Gi dan barulah Haa Joon bisa tersenyum. 

Setelah masuk ke mobil Jae Han masih bisa melihat senyum di wajah Hwa Gi. "Bagaimana perasaanmu?"

"Tentu saja aku sangat senang, ternyata appa tidak marah padaku, Jae Han terima kasih karena menemaniku," ucap Hwa Gi.

"Tentu saja, kemanapun yang kau mau aku akan temani." sahut Jae Han.

"Tapi apa bisa kita meminta izin agar appa ku bisa hadir di pernikahan kita nanti?" 

"Kalau itu nanti akan kuusahakan agar appamu bisa hadir. Sekarang kau mau kemana?" Jae Han menghidupkan mesin mobil.

"Bagaimana kalau kita ke gereja Angelic Cathedral, aku ingin melihat sudah berapa persen persiapan pernikahan kita."  

"Okey, baiklah."Jae Han langsung tancap gas.

Hwa Gi hanya sesekali datang dan melihat persiapan pernikahan yang akan diadakan hanya hitungan hari lagi. Semua urusan ditangani oleh Choon Hee dan Shin Woo sebagai penanggung jawab dana pernikahan juga tak ketinggalan Miki yang mendapat tugas membantu ibu Jae Han. 

Awalnya Hwa Gi berpikir pernikahan akan digelar sesederhana mungkin namun ternyata Go in Wook ingin mengundang beberapa kolega bisnisnya. Hwa Gi mengira calon ayah mertuanya itu tidak akan senang jika pernikahan ini terekspos, tapi yang terjadi malah sebaliknya bahkan Choon Hee mewujudkan keinginan terpendamnya tentang pernikahan dengan tema garden party dan Hwa Gi maupun Jae Han tak bisa menolak. 

Saat Jae Han dan Hwa Gi tiba, mereka melihat beberapa orang sedang memasang tiang-tiang untuk dekorasi, ada yang membawa berbagai macam bunga, menata meja dan hiasan pernak-pernik. 

"Jae Han apa menurutmu ini tidak berlebihan?" Hwa Gi menggamit tangan Jae Han.

"Biarkan saja kita cuma pasang badan dan mengucap janji suci." sahut Jae Han.

Hwa Gi berjalan mendahului Jae Han lalu berhenti di bawah patung bidadari setinggi dua meter yang berada di depan gereja. Pemandangan ini, Jae Han merasa dejavu. Dulu dia juga menatap Hwa Gi dari jarak seperti ini, saat itu Hwa Gi menatap patung bidadari bersayap dengan salju putih berterbangan dan sekarang peristiwa ini pun terulang lagi, tapi bedanya saat ini background saat Hwa Gi menatap patung adalah orang-orang yang sibuk mengatur dekorasi pernikahannya.

"Sangat cantik," gumam Jae Han

Jae Han merasa ini sebuah keajaiban, dulu benar-benar tidak menyangka akan ada pada titik ini. 

"Jae Han! Jae Han sini!" teriak Hwa Gi pada Jae Han yang kini sibuk dengan dunianya sendiri.

"Jae Han!" panggil Hwa Gi sekali lagi.

"Oh ya?" Jae Han tersadar lantas berlari memeluk Hwa Gi lalu mereka berjalan bersama menuju gereja.

Saat ini Miki dan Shin Woo membahas warna apa yang cocok untuk undangan pernikahan JaeHwa dia menyingkat nama Jae Han dan Hwa Gi seenak jidatnya dan untuk urusan warna undangan dia juga berdebat dengan Shin Woo. 

Miki ingin warna gold dan Shin Woo ingin warna silver cukup lama mereka bersitegang dan pada akhirnya Jae Han memilih warna maroon. Kedua orang yang berdebat langsung menatap sinis Jae Han.

"Apa? ini kan pernikahanku! kenapa kalian yang ribut? kalau tidak suka warna yang kupilih. Kalian saja yang menikah dan buat undangan kalian sendiri!" Jae Han mengomel pada keduanya.

"Daripada dengan dia, lebih baik aku menikah dengan Hwa Gi!" gerutu Miki.

"Apa kau Bilang?" tanya Jae Han.

"Aku ingin menikah dengan Hwa Gi, Hwa Gi-ssi aku mencintaimu, saranghaeyo!" Miki berteriak lalu mulutnya dibekap oleh Shin Woo.

Hwa Gi tertawa terbahak. "Ya, aku juga mencintaimu! Miki-chan." 







tbc













Continue Reading

You'll Also Like

15.8K 2.9K 25
❝𝑻𝒉𝒆 𝑭𝒂𝒕𝒆𝒔 π’˜π’Šπ’π’ π’‡π’Šπ’π’… 𝒂 π’˜π’‚π’š.❞ Orang bilang, semua akan indah pada waktunya. Entah kapan waktunya juga tidak tau. Pun, memang kata...
2.8K 558 7
"Senpai! Tungguin gue!" "Vihan, bisa ngga lo stop panggil gue senpai? Gue tuh malu!" .... "Udah! Ngga usah ngomong apa-apa!" "Katanya suka sama Jujut...
43.4K 7.9K 10
Rapunzel tidak mengenal dunia di luar jendela menara tinggi tempatnya tinggal. Ia tidak juga ingin mengenal dunia kejam dan jahat yang sering si Peny...
349K 36.7K 55
Renji dan Rei adalah pasangan Alpha dan Omega yang sudah menikah. Tapi pernikahan mereka tidak didasari oleh perasaan saling suka. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ...