The Heroes Bhayangkara

By WinLo05

7.5K 1.3K 313

Nusantara dalam bahaya. Saatnya para pemburu berjuang untuk menyelamatkan dunia. Kekuatan mitologi adalah kun... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
41
42

37

113 14 23
By WinLo05

"Sial! Sial! Sial! Kenapa harus gue? Kenapa di saat Airin sedang tertidur selama sebulan? Aren sialan! Kenapa kita harus menerima pesanan sekarang."

Seberapa keras dan frustasinya Sarina. Dia tetap tidak bisa menolak pergi menuju hutan di Kemaharajaan Kalimantan. Sambil duduk dengan wajah cemberut di peron 5/11 dia menatap lalu-lalang orang yang berdiri di hadapannya.

Di sisi lain, Yolai yang baru saja bertemu dengan Manusia Ahool lain mengganguk takzim dengan wajah puas dan buru-buru menyembunyikan sebuah kotak kayu dibalik pakaian yang ia kenakan. Lalu duduk di dekat Sarina dengan perasaan lega.

Keberadaan Yolai di sini, bukan tanpa sebab. Ya, dia pergi tanpa sepengetahuan Nawasena. Yolai berencana menuju Kemaharajaan Kalimantan dengan surat izin yang ia dapatkan dari kenalannya.

Yolai tidak ingin Nawasena tahu tentang ini. Lagipula, jika Nawasena tahu, dia akan menuntut untuk ikut.  Yolai yakin.  Kafin tidak ingin hal itu terjadi.

Mereka sama-sama ingin Nawasena tinggal di Jakarta dan Yolai percaya, David bisa menjaga Nawasena. Terlepas betapa mereka saling membenci. Nawasena tidak akan dibuat mati, selama perjanjian masih berjalan.

Senayan Express pun tiba. Penumpang dari dalam gerbong pun turun. Sarina dan Yolai pun serempak berjalan masuk ke dalam. Sialnya, kereta penuh sesak.

Sarina terpaksa berdiri sambil bergelantungan dengan Yolai yang berdiri di depannya. Inilah yang tidak disukai Sarina. Kadang kala, destinasi di luar pulau akan membuat gerbong penuh sesak. Kendati demikian, Sarina tidak lagi mengeluarkan suara hanya untuk mengeluh.

Sepanjang perjalanan, hening. Senayan Express melaju dari satu stasiun menuju stasiun lain. Di perhentian kedua, suasana gerbong semakin sesak. Sarina kesulitan untuk bergerak. Tanpa menyadari ada tangan jahil yang berusaha menyentuh bokongnya dari arah belakang.

Namun, dengan cepat. Yolai melingkarkan tangannya di pinggul Sarina dan menariknya mendekat.

"Istriku, mendekatlah," ujar Yolai. "Gue akan mematahkan tangan liar yang berusaha menyentuh lo."

Mata Sarina terbelalak. Dia melirik syok pada orang di belakangnya. Namun tangan Yolai sudah lebih dulu mematahkan pergelangan tangan tersebut. Sayang, kegaduhan ini tidak begitu menarik perhatian orang di sekitar mereka.

Mulut Sarina ingin terbuka dan dia siap dengan seribu kata untuk mengumpat pelaku pelecehan seksual dan juga tangan Yolai, sekalipun dia berhasil menyelamatkannya.

"Lepasin gue, orang gila! Jangan sok pahlawan," bisik Sarina tepat di depan wajah Yolai. Uniknya, mereka punya tinggi badan yang sama.

"Lo bisa mengutuk gue setelah gerbong mulai sepi. Tapi untuk sekarang, izinkan gue tetap seperti ini. Perjalanan ke luar Kemaharajaan terlalu beresiko bagi seorang wanita."

"Oh, ya?" balas Sarina tidak peduli. "Lepasin! Gue baik-baik saja."

"Kutuk gue sekarang dan lihat. Berapa tangan yang akan mencoba kembali meraba tubuh lo? Gue hanya mencoba menyentuh pinggang lo dan menegaskan pada para hidung belang untuk tidak menyentuh teritori orang lain."

Sarina tidak percaya. Dia tersenyum sinis sambil memutar bola mata malas. Sebisa mungkin, Sarina menghindari bersitatap dengan Yolai.

Menit demi menit berlalu. Perkataan Yolai benar, ketika gerbong mulai sepi. Rengkuhan di pinggang Sarina melonggar dan terbebas. Kursi di gerbong mulai bisa ditempati.

Sarina pun segera mengambil tempat untuk duduk dan Yolai mengekor di belakangnya. Berpikir bahwa Yolai akan duduk di samping Sarina, itu adalah hal yang salah. Pria Ahool itu justru berdiri dengan bergelantungan di depannya.

"Lo bisa kutuk gue sekarang. Ganjaran karena menyentuh lo tanpa izin."

Mata Sarina terbelalak. Dia tidak menduga, bahwa Yolai serius dengan ucapannya.

"Lo yakin?" Sarina memastikan dan Yolai mengganguk takzim.

"Sebagai seorang pria. Gue sangat memegang teguh pada apa yang gue ucapkan."

Jantung Sarina tersentak. Entah bagaimana itu bisa terjadi. Sarina tidak tahu. Dia masih menatap Yolai lamat-lamat. Jujur saja, Sarina tidak pernah bertemu pria sejujur ini.

"Lupakan dan terima kasih atas kejujuran lo," ucap Sarina tanpa langsung menatap ke mata Yolai. Dia tampak tidak nyaman dan merasa bersalah telah berpikiran buruk sebelumnya.

"Kutukannya?" Yolai masih menuntut. "Lo harus mengutuk gue."

"Apaan sih? Gue udah bilang terima kasih. Dan gue percaya sama lo."

"Lo serius?"

"Apa wajah gue sedang tertawa?"

"Aneh."

Alis Sarina bertaut. "Lo bilang gue aneh?"

"Ya, lo bilang mau mengutuk gue. Tapi, sekarang malah enggak."

"Ya, gue udah jelaskan tadi. Gue pikir lo sengaja. Maksud gue berpura-pura menjadi pria baik padahal bajingan."

Ujung bibir Yolai tertarik tipis dan senyum itu membuat jantung Sarina terasa tidak nyaman.

"Lo bisa minggir tidak? Gue enggak mau lihat wajah lo."

Yolai mengganguk. Lalu berjalan pergi ke kursi gerbong lain yang kosong. Sarina mengalihkan pandangan ke luar jendela. Tidak terlalu peduli pada keberadaan sesaat Yolai.

...

Lambat laut, kecepatan Senayan Express mulai melaju pelan. Dari balik jendela, Sarina bisa melihat pinggiran sungai yang penuh dengan rumah-rumah penduduk.

Senayan Express pun terus melaju memecah air sungai, karena letak stasiunnya berada di dermaga. Lebih tepatnya dermaga kereta. Alih-alih dermaga kapal.

Puluhan orang pun berjalan keluar dari tiap pintu gerbong yang terbuka. Kendati demikian, nuansa peron di tepi sungai Kaapuas ini tidak berbeda jauh dengan stasiun Bendungan Hilir.

Belum sempat Sarina menarik keluar surat izin kunjungan. Beberapa anak-anak berlarian sambil mengangkat daun pisang seperti selebaran kertas.

"Tragedi kembali terjadi! Langit Jakarta kembali bocor. Sekarang, selain Ahool yang keluar merusuh ke dunia Sudra. Muncul Orang Bati yang menculik anak-anak! Apakah ini tandanya Ahool dan Orang Bati beraliansi?"

Wajah Yolai pucat pasi. Dia buru-buru menyambar koran yang terbuat dari daun pisang tersebut. Mata Yolai membulat besar. Di daun tersebut, ada lukisan hitam putih yang bergerak dan menampilkan potret situasi dari Ahool dan Orang Bati yang menyerang para manusia di tengah jalan.

"M- Mustshil," lirih Yolai tidak percaya. "Ahool dari daerah mana ini? Gue tidak pernah menurunkan titah."

Sejauh ini, Yolai adalah Pejantan yang memimpin sebagian besar Ahool di Kemaharajaan Jawa. Memang, di sana tidak hanya satu perkampungan. Ada beberapa perkampungan Ahool lain. Akan tetapi, mereka biasanya bertindak dalam keputusan bersama.

Yolai bimbang. Dia harus melanjutkan mencari Kafin atau pulang melihat situasi. Saat ia menoleh ke belakang. Senayan Express telah melaju meninggalkan sungai Kaapuas.

"Sialan!" Yolai mengumpat frustasi. Tanpa Senayan Express, dia tidak bisa kembali ke Kemaharajaan Jawa.

"Hey!"

Yolai menoleh, mendapati Sarina sedang menatapnya tajam.

"Lo Manusia Ahool?"

Sarina ingin memastikan apa yang ia dengar dan dari genggaman tangan Yolai yang menguat pada koran daun pisang. Sarina sudah menyimpulkan jawabannya.

Ia pun melemparkan kerang laut berbentuk kalung ke leher Yolai dengan cepat sambil membisikkan sebuah mantra. "Anjana Anggasta Abimantrana."

Anjana Anggasta Abimantrana merupakan sihir yang diciptakan Sarina untuk mengikat seseorang agar patuh padanya. Ini merupakan sihir terlarang dan akan dijatuhi hukuman, jika diketahui oleh kemaharajaan.

"Apa- apaan ini?!" Yolai marah dan berusaha melepaskan kalung kerang yang terpasang di lehernya. Akan tetapi, kalung tersebut tidak bisa dilepaskan begitu saja.

"Jawab dengan jujur. Apa lo pemimpin kawanan Ahool Kemaharajaan Jawa?"

Tanpa bisa dicegah, kepala Yolai mengganguk patuh.

"Ck. Dasar makhluk sialan. Ikut gue!"

__//___/___
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

219K 11.3K 32
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...
91.8K 6.6K 22
Sebagai pembunuh selama 10 tahun Helen mencapai titik jengahnya. Tidak ada hal baru yang membuatnya memiliki nafsu untuk hidup. Pelariannya saat ini...
1.3M 125K 47
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
959K 65.4K 34
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."