Annora Untuk Ravindra [End]

By LiaAmelia19_

3K 326 73

"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yak... More

Prolog
Bagian 01.
Bagian 02.
Bagian 03.
Bagian 04.
Bagian 05.
Bagian 06.
Bagian 07.
Bagian 08.
Bagian 09.
Bagian 10.
Bagian 11.
Bagian 12.
Bagian 14.
Bagian 15.
Bagian 16.
Bagian 17.
Bagian 18.
Bagian 19.
Bagian 20.
Bagian 21.
Bagian 22.
Bagian 23.
Bagian 24.
Bagian 25.
Bagian 26.
Epilog.

Bagian 13.

74 13 1
By LiaAmelia19_

"Goresan yang pedih kita jadikan pembelajaran, goresan terindah kita pertahankan, goresan buruk kita tinggalkan dan goresan baik kita kembangkan."
.
.
.
.
.

Setelah bersiap menggunakan abaya dan khimar, juga sedikit bedak yang membuat Annora tampil elegan. Zahra mencubit sedikit pipi Annora seraya tersenyum. Annora menunduk malu karena hal itu.

"Maa syaa Allah, kamu cantik sayang," ucap Zahra.

"Sayang ga tuh," celetuk Annora terkekeh geli.

"Udah ayo temui tamunya, kira-kira siapa, ya," goda Zahra.

Seketika wajah Ravindra terlintas di benak Annora, tanpa disengaja Annora mengukir seulas senyum yang sangat tulus juga ikhlas dari hati kecilnya.

"Pasti keingat Ravin-"

"Ssst," potong Annora yang tersipu malu.

Zahra pun hanya tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat wajah lucu Annora ketika mengingat Ravindra.

Mereka berjalan keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu, langkah demi langkah mereka lalui hingga tibalah mereka di hadapan seorang pemuda yang sedang duduk bersama kedua orangtuanya juga ada Khadijah di sana.

Zahra terpaku melihat pemuda itu, seketika waktu berhenti dan badannya terasa sangat kaku. Lain halnya dengan Annora, dia hanya diam dan beralih menatap Zahra.

"Ayo nak duduk, Ustadz Abdan sudah menunggu sedari tadi," ucap Khadijah.

Mendengar untaian itu, Abdan beralih menatap Annora sedangkan Annora menatap Zahra yang terpaku menatap Abdan. Ada yang terluka di sini, tapi luka yang tidak meninggalkan jejak darah, hanya saja tersayat di hati Zahra.

Zahra semaksimal mungkin tidak menumpahkan air matanya, dia menahannya, tapi ini sangat sulit untuk ditahan karena teramatlah pedih di hati.

Zahra pun berlari menuju kamar tanpa menoleh ke arah Annora sedikit pun. Annora yang ingin mengejarnya namun dicegat oleh Khadijah.

"Nanti kamu urus Zahra, ya," ucap Khadijah seraya mengelus bahu Annora. Sebenarnya Khadijah sudah mendengarkan percakapan Zahra dan Annora di kamar tadi, tapi Khadijah yakin Zahra anaknya sudah cukup dewasa, dan dia akan baik-baik saja.

Annora pun mengangguk dan duduk di sofa dekat Khadijah. Abdan melihat ke arah Annora, sepersekian detik pandangan mereka bertemu seraya mengulas senyum satu sama lain. Hanya saja, Abdan tersenyum tulus dengan tatapan penuh cinta, namun Annora hanya biasa saja.

"Kamu apa kabar, Annora?" Tanya Abdan.

"Alhamdulillah, baik, Ustadz," balas Annora yang menundukkan pandangannya. Ini adalah posisi yang sangat berat bagi Annora. Annora sangat bingung saat ini, di benak nya hanya memikirkan Zahra saat ini, apakah Zahra baik-baik saja di kamarnya?

Annora meremas abayanya, memejamkan matanya, dan mengatur nafasnya, dia tidak boleh terlalu panik.

"Abdan langsung saja, boleh, Tante?" Tanya Abdan kepada Khadijah.

"Boleh," jawab Khadijah dengan seulas senyum. Kedua orang tua Abdan juga mengulas senyum mendengarnya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Annora, kamu pasti bingung dengan kedatangan saya kemari, tapi kedatangan saya sekarang adalah keseriusan saya Annora. Saya Abdan Arizky, tidak mau berlama-lama memendam perasaan saya, saya dengan sepenuh hati, setulus jiwa dan karena Allah, saya ingin memgkhitbah mu, Annora." Ucap Abdan dengan lantang.

Ucapan itu membuat Annora semakin meremas Abayanya. Tanpa Abdan tau, air mata mengucur deras dari pelupuk mata orang yang sangat mencintainya di balik tembok kamar itu. Ucapan Abdan sangatlah melukai hati Zahra, ini lebih menyakitkan dari Abdan membuang makanan pemberiannya, ini juga lebih menyakitkan dari apapun itu.

Sedangkan Annora, jantungnya berdegup kencang, dia sangatlah panik, bagaimana ini? Bagiamana dia menjawab khitbah Abdan? Bagiamana dia harus menerima khitbah dari orang yang sama sekali tidak ada di dalam hatinya.

Ya Allah, bantu hamba menolak pemuda yang sangat mulia ini, Ya Allah. Sungguh, maafkan hamba, hamba tidak dapat menerimanya. Bismillah, hamba akan menjawab sesuai kata hati hamba, semoga ini adalah jawaban terbaik, Ya Allah, tutur Annora di dalam hatinya.

"Bagiamana nak?" Tanya Khadijah yang memegang bahu Annora. Annora melirik ke arah Khadijah beberapa saat. Kemudian, Annora melihat ke arah Abdan, sebelum dia menjawab khitbah Abdan, Annora memberikan seulas senyum kepada kedua orang tua Abdan lalu kepada Abdan.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya Annora Aliesha Catriona mengucapkan terimakasih kepada Ustadz Abdan karena telah mengutarakan niat baik dan mulianya. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena saya tidak bisa menerima khitbah ini Tadz," ucap Annora seraya memejamkan matanya, dia yakin ini yang terbaik, semoga apa yang dia utarakan ini atas izin dari Allah.

Deg!

Ucapan itu mampu membuat Abdan kecewa dan meneteskan air matanya. Begitu sakit ketika ditolak oleh orang yang benar-benar dia sayang dan cintai. Tapi dia harus kuat, dia tidak boleh lemah di sini. Abdan pun menyeka air matanya seraya mengangguk kecil.

"Saya minta maaf, karena saya belum siap untuk menikah di usia muda ini. Masih banyak mimpi yang harus saya kejar, karir, pendidikan dan mimpi lainnya. Saya mengucapkan terima kepada Om dan Tante telah mendukung ustadz Abdan dalam hal ini, tapi saya meminta maaf sebesar-besarnya karena tidak bisa menerimanya, maaf telah membuat kalian kecewa," tutur Annora yang juga merasa tak enak di hatinya.

"Tak apa nak, kami telah memakluminya. Menikah juga bukan sembarang mengucapkan kata qobiltu. Tapi menikah juga butuh kesiapan yang matang, butuh kemantapan hati, dan hal itu harus di kedua belah pihak. Tante paham dengan kamu, jadi jangan minta maaf, ya, sayang." Tutur Ibundanya Abdan.

"Iya benar nak, Om juga hanya mendukung di sini. Untuk semua keputusan juga, berada di tangan kalian," sahut Ayahnya Abdan.

"Terimakasih Om, Tante, sudah memakluminya."

Annora melihat ke arah Abdan yang tercetak jelas kekecewaan di wajahnya dan kesedihan di matanya. Annora juga merasa bersalah, tapi apa boleh buat, dia juga tidak bisa memaksakan diri.

"Ustadz?" Lirih Annora.

Abdan mengangguk dengan seulas senyum, "iya Annora, jangan merasa khawatir, saya menerima sepenuh hati jawaban kamu, saya juga memakluminya. Saya yakin, jika nanti memang takdir berpihak kepada kita, maka kita akan dipersatukan di titik terbaik. Jika tidak, saya Ikhlas menerimanya. Jaga diri kamu baik-baik, ya."

"Iya Ustadz, jazakallah."

***

Semua keluarga Abdan pun telah meninggalkan rumah Annora. Annora masih berada di sofa dengan terpaku, diam, dan menatap kosong. Khadijah mengelus pundak Annora yang membuat lamunannya terbuyar.

"Sudah, tak perlu merasa bersalah. Bunda paham nak,"

"Annora ga salah kan, Bunda?"

"Ga sayang, kamu bisa menolak jika memang belum siap. Keputusan kamu benar, itu juga dari hati kecil mu, Bunda tahu itu. Tak perlu merasa khawatir, Abdan itu orang yang baik dan juga kuat, dia juga sudah lebih dewasa, Bunda yakin, dia bisa menerima kenyataannya."

Annora pun mengangguk paham. Seketika, Annora menyadari bahwa masih ada Zahra di rumah ini. Dengan secapat kilat, Annora beranjak dari duduknya dan berlari menuju kamarnya.

Setibanya dia di kamar. Zahra tengah duduk di atas kursi dan menatap dirinya di pantulan cermin dengan tatapan kosong, terlihat banyak duka di matanya. Annora berjalan perlahan menghampiri Zahra, saat tiba di dekatnya, Annora memegang bahu Zahra. Zahra menyadarinya dan mengulas sebuah senyuman.

"Ma-maaf," ucap Annora.

"Untuk apa?" Tanya Zahra.

"Ustadz Ab-"

"Ssst, ga perlu minta maaf," potong Zahra.

"Tapi..."

Zahra pun berdiri dari duduknya dan berhadapan dengan Annora. Zahra tersenyum seraya mencubit pipi Annora sekilas.

"Kamu ga salah. Ustadz Abdan juga ga salah. Cinta aku ke Ustadz Abdan juga ga salah dan Cinta Ustadz Abdan ke kamu juga ga salah. Ini prihal takdir, dan semua sudah Tuhan atur. Jadi, kita harus menerimanya," tutur Zahra yang membuat Annora mendekap Zahra.

"Kamu kuat, Za. Kamu adalah wanita terkuat yang aku temui. Kamu masih bisa memdewasa atas semua masalah yang kamu hadapi. Aku beruntung mengenal kamu," ucap Annora.

"Kamu juga hebat, Annora."

"Mari, setelah ini kita mengukir cerita indah di masing-masing lembaran kita, ya. Dan semoga tidak ada luka lagi yang menyelimuti," ucap Annora. Zahra mengangguk, dan mereka pun melepaskan pelukan mereka.

"Aku belajar kuat, belajar dewasa juga dari kamu, Annora. Selama ini kamu yang selalu menjadi pendengar terbaik dan yang memberikan nasehat terbaik. Jadi kamu ga usah minta maaf, karena kamu pernah bilang...segala sesuatu sudah Allah tetapkan, dan kita ga perlu khawatir. Goresan yang pedih kita jadikan pembelajaran, goresan terindah kita pertahankan, goresan buruk kita tinggalkan dan goresan baik kita kembangkan. Itu kata-kata kamu, bukan?" Tutur Zahra.

Annora tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Bulir air itu seketika saja mengalir dari sudut matanya. Entah, dia tidak bisa berkata-kata lagi saat ini.

To be continued

Alhamdulillah akhirnya aku update lagi nih setelah sekian banyak kesibukan hehe

Maaf ya karena memang baru sempat untuk update

Hmm setelah ini bagiamana dengan kisah mereka?

Jangan lupa ikuti terus alur ceritanya, ya

Jangan lupa vote okey!!

Syukron♡





Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 391 28
Roman - Pendidikan . . . Ray Archie Al-Ghaisan, dia berprofesi sebagai seorang dosen. Dia dikenal sebagai pribadi yang tegas dan jujur. Hingga suatu...
39.6K 2.8K 36
Putri Aira Narendra seorang gadis 21 tahun muslim berprofesi sebagai Dokter yang taat sekali beragama namun dibalik itu semua dia menyimpan dendam ke...
26.7K 2.1K 17
Zaheera Yasmine, seorang mahasiswi yang memutuskan untuk menghabiskan liburan semesternya di daerah perbatasan Indonesia-Sarawak(Malaysia). Ia ingin...
353K 16.6K 31
[FOLLOW SEBELUM DI BACA!!!] WARNING! CERITA INI MURNI DARI PIKIRAN AUTHOR SENDIRI JADI JANGAN BAWA BAWA CERITA LAIN DALAM CERITA INI. SEKIAN. __ Ara...