I Did [VMin]

By WinAshaa

6.1K 828 304

Ada yang tahu arti kebetulan? Berapa kebetulan yang pernah terjadi dalam hidupmu? Apakah kebetulan itu beraki... More

Prolog 00
Chapter 1 - Nama
Chapter 2 - Pertama
Chapter 3 - Nomor
Chapter 4 - Tak Tidur
Chapter 5 - Bait kata
Chapter 6 - Canggung
Chapter 7 - Ingatan
Chapter 8 - Roti Isi
Chapter 9 - Aku cantik?
Chapter 10 - Hangat
Chapter 11 - Pintu
Chapter 12 - Api Unggun
Chapter 13 - Saingan
Chapter 14 - Kuyup
Chapter 15 - Aksi
Chapter 16 - Kakak datang!
Chapter 17 - Kembali
Chapter 18 - Pulang Bareng.
Chapter 19 - Kangen
Chapter 20 - Peduli
Chapter 21 - Jenguk
Chapter 22 - Pulang
Chapter 23 - Diikuti
Chapter 24 - Sibuk
Chapter 25 - Kembali
Chapter 26 - Makan Siang
Chapter 27 - Latu
Chapter 28 - Dia siapa?
Chapter 29 - Puzzle bertambah
Chapter 30 - Bercak Merah
Chapter 31 - Menyelamatkan
Chapter 32 - Dua orang aneh
Chapter 33 - Rahasia mulai terungkap
Chapter 34 - Jati diri
Chapter 35 - Penculikan
Chapter 36 - Barter
Chapter 37 - Terluka
Chapter 38 - Lengah
Chapter 39 - Titah
Chapter 40 - Nekat
Chapter 41 - Disekap
Chapter 42 - Tertangkap
Chapter 43 - Pertarungan
Chapter 44 - Dalang
Chapter 45 - Pembalasan
Chapter 46 - Kemarahan
Chapter 48 - Rumah
Chapter 49 - Awal yang baru
Chapter 50 - Epilog

Chapter 47 - Ganjaran

70 11 0
By WinAshaa

#Day47

#Clue : Couveuse

POV NORMAL

Tanah basah, hujan suri dan reruntuhan rumah besar itu menjadi saksi bagaimana orang-orang yang tidak tahu menahu akan dendam serta sakit hati Xavier, meregang nyawa juga terluka parah akibat perselisihan ini bukanlah tujuan mereka. Memang benar jika orang akan berubah ketika mereka merasakan jatuh cinta dan itu alasan Xavier menjadi buta dan membenci semua kaum Alstro. Dendam bisa sangat mengerikan memang.

Sejak penolakan Viana ia bertekad untuk mencari tahu asal usul dari rivalnya, butuh waktu bertahun-tshun untuk mengetahui tentang Alstro, sebuah rencana muncul yang akhirnya membuat dirinya mempelajari ilmu hitam dan menghasut banyak orang dengan iming-iming kesuksesan, dan yang paling mustahil adalah membawa kembali jiwa orang terkasih dari manusia yang di tinggal mati. 

Tujuan itu diketahui Almeta, dengan yakin Xavier bergabung dan mengemban tujuan khusus. Hal terakhir menjadi pilihan yang menggiurkan bagi beberapa orang. Xavier memang pandai mencari pasar, ia mampu mengambil kesempatan dan dalam beberapa tahun ia menjadi petinggi Almeta, menghidupkan kembali orang yang sudah mati memang mustahil tapi entah kenapa orang-orang itu begitu percaya pada mulut manis Xavier yang sebenarnya memang berdusta, hanya untuk menjadikan orang-orang itu sebagai kaki tangannya, menggapai apa yang dia inginkan. 

Xavier memang berhasil membuat sang rival menjadi seorang pesakitan tapi Xavier masih belum puas, meskipun telah mendapatkan kembali orang yang dicintainya rasa tamak membuatnya buta jika semua yang ia lakukan memang sudah melewati batas. Bahkan ia tak peduli jika orang-orang yang setia padanya mati begitu saja. Dia mengorbankan semua demi tujuannya sendiri hingga ia memegang Almeta di tangannya. 

Ambisinya semakin menjadi dan berubah saat tahu seperti apa negeri Alstro, ia tak lagi memikirkan cinta, tak lagi peduli pada orang tercinta yang kini sudah di sampingnya. Topeng telah melekat pada jiwanya hingga ia bisa menipu siapa saja termasuk Viana dan Axcel. 

Saat ia mengetahui tentang Axcel, tujuannya hanya satu, menguasai Alstro, demi keabadian yang sebagai manusia ia seharusnya sadar bahwa keabadian bagai pedang bermata dua, bisa menjadi anugerah tapi bisa juga menjadi kutukan. Kini sadar pun sudah terlambat, takdir sudah di gariskan, manusia hanya bisa menjalani.

Tanah yang menjadi pijakan Aruna perlahan turun dan membawa pemuda itu ke hadapan satu-satunya gadis di kelompok mereka. Tangis tak bisa ia sembunyikan melihat bagaimana sahabatnya terkulai lemas dengan luka di perutnya yang masih mengalir darah. Tangannya perlahan menyentuh perut gadis itu, merapalkan mantra dan perlahan  dengan ajaibnya luka itu tertutup sedikit demi sedikit. Meski begitu Feyra masih memejamkan mata dengan wajah yang masih  terlihat pucat. 

"Dia harus istirahat lebih banyak untuk memulihkan dirinya," suara Arkan memberitahu Aruna agar tidak terlalu khawatir dengan keadaan Feyra. Arkan dengan cepat sadar dari keterkejutannya melihat apa yang bisa Aruna lakukan pada luka itu. 

Aruna menggendong sahabatnya itu dan membawanya menjauh dari reruntuhan, dengan sekali ucap beberapa ranting membentuk sebuah sarang burung besar, bulat seperti mangkuk dan terlihat rapi serta nyaman, dirasa aman ia baringkan Feyra di sana. 

Tidak ada kata ataupun suara yang keluar dari mulut Aruna ketika melihat kehancuran di hadapannya, mata beningnya kembali berkaca-kaca, memori buruk dan indah yang sebelumnya hadir dalam benaknya membuat Aruna tidak tahu harus berbuat apa. Hingga pada akhirnya kutukan itu keluar dari mulutnya untuk memberikan pelajaran pada manusia serakah seperti Xavier.

Axcel dengan langkah tertatih pelan menghampiri Aruna yang masih berdiri tertegun melihat kekacauan yang mereka perbuat. Ia merengkuhnya dan membiarkan kekasihnya itu menangis di pelukannya, berharap Aruna tak lagi menyalahkan dirinya sendiri dengan apa yang terjadi hari ini. 

"Menyalahkan diri sendiri juga bukan pilihan yang baik, kamu juga tau jika segala sesuatu yang diperbuat ada konsekuensinya, kita mungkin hanya perantara untuk menghukum mereka Aruna."

Dengan lembut Axcel mengusap kepala Aruna, mencoba menenangkan pikiran kacaunya. Aruna merenggangkan pelukannya lalu menatap Axcel, setelah menyeka air mata di pipinya. 

"Kamu gak marah aku berkata kasar bahkan mengutuk suami Ibumu?" tanya Aruna dengan mimik lucu khasnya. 

"Mungkin jika tidak ada kamu, aku yang sudah membunuhnya, tapi aku rasa hukuman terberat bukanlah kematian melainkan justru tidak bisanya mengakhiri hidup," jawab Axcel terkekeh karena pertanyaan itu. 

Aruna kembali memeluk Axcel, dia ingat bagaimana tadi pria yang ia dekap itu tiba-tiba tergeletak begitu saja setelah mengeluarkan kekuatan sebesar itu. Pikirannya kalut saat itu dan membuatnya tidak bisa berpikir, siapa sangka kejadian itu membuat semua memori dari Alstro memperburuk hadir dan merubah situasi.

"Bagaimana caranya memperbaiki kekacauan ini?" mendengar pertanyaan Aruna, Axcel melepaskan pelukannya. 

Ikut menatap kekacauan yang ia buat dan beberapa orang yang masih bernapas tergeletak di mana-mana. Tak banyak sebenarnya orang yang tewas di tempat itu, hanya saja jika mereka dibiarkan begitu saja, maka orang-orang itu juga pasti akan mati. 

"Kamu memaafkan mereka?" 

"Mereka gak bersalah di sini Axcel, mereka hanya salah karena mereka berharap pada manusia tamak dan rakus seperti Xavier." 

Axcel terdiam, ucapan Aruna memang ada benarnya. Namun melihat bagaimana mereka begitu setia pada pria tua itu, membuat Axcel sedikit mengeraskan hatinya, hingga berpikir untuk membiarkan mereka semua mati begitu saja. Lalu mengubur mereka semua dengan sejarah kelam di desa ini. 

"Kamu benar. Kita bawa dulu Feyra dan obati Arkan, setelah itu kita pikirkan lagi caranya, mungkin Arkan punya saran."

Setelah diskusi kecil itu, Aruna menghampiri Arkan untuk menyembuhkan luka dan juga mengeluarkan racun di dalam tubuhnya. Sedangkan Axcel mengevakuasi para korban kejadian ini dengan sedikit kekuatannya yang kembali berangsur pulih. 

Aruna bahkan dengan baik hati juga mengobati luka-luka para pengikut Xavier dan dengan bantuan orang-orang yang tersisa, mereka akhirnya bisa mengevakuasi tempat itu. 

o0o

Setelah perdebatan panjang diambilah sebuah keputusan yang di rasa baik untuk semua. Aruna akan memakai kekuatan untuk menghilangkan ingatan mereka tentang kejadian hari ini, memberi mereka kesempatan kedua untuk memulai kembali kehidupan mereka.

Salah satu pengikut  Almeta yang memegang tanggung jawab desa itu diajak untuk mengadakan perjanjian. Bahwa Aruna sanggup untuk membawa mereka agar di proses hukum jika mereka masih mengusik Alstro, namun jika mereka mundur maka Aruna akan menganggap ini semua salah paham saja. 

Mendengar itu, jelas tawaran yang menggiurkan. Sebagaimana kita tahu mereka yang menjadi pengikut Almeta kebanyakan adalah orang biasa, yang salah memilih jalan karena bertemu dengan Xavier. Kata sepakat akhirnya terucap, Almeta akan mengambil alih mayat-mayat yang tersisa dan menguburkan dengan layak. Lalu yang selamat akan di hilangkan  ingatannya agar tidak ada yang membahas kejadian hari ini dan membocorkan identitas Aruna kepada khalayak ramai. 

Kerusuhan kembali tenang, kata sepakat memberi jalan tengah untuk keduanya bisa hidup berdampingan. Setelahnya Axcel dan Aruna kembali untuk melihat keadaan Feyra. 

"Dia harus diobati di Alstro biar bisa lebih cepat sembuh karena sampe sekarang dia belum juga sadar Cel." 

"Tapi tenaga gue juga belum cukup untuk buka portal," sambung Arkan. 

"Kamu mau pergi lagi?" kali ini Darrel yang bertanya saat ia mendengar ucapan Arkan. 

"Demi kesembuhan Feyra? Iya aku harus pulang. Feyra butuh Alstro untuk sembuh Rel," ucap Arkan yakin. Ia sebenarnya tahu kenapa Darrel menanyakan itu. 

"Biar aku aja yang buka portal." 

oOo

Malam sudah larut, tapi hutan tepian sungai dekat rumah Aruna sedikit ramai, di sana ada Axcel dan Aruna yang masih saja berdebat. Aruna meminta Axcel untuk pulang juga ke Alstro, tapi Axcel belum merasa siap.

Arkan tidak bisa membantu banyak dalam perdebatan itu, dia sendiri tengah menggenggam Darrel untuk menenangkan kekasihnya. 

"Yakin bakal balik lagi ke sini?" 

"Apa aku pernah boong sama kamu? 

Darrel menggeleng. Bagaimanapun ia harus merelakan kepergian Arkan dan Aruna, tugas mereka membawa Feyra kembali pulang ke Alstro. 

"Ayolah Axcel, apa kamu ga penasaran sama tempat asalmu sendiri?" 

Bujukan Aruna yang gigih akhirnya membuat Axcel menyetujuinya. Mau sekarang atau nanti toh ia memang harus pulang ke negeri Alstro. 

Aruna bersiap, menarik napas panjang berkonsentrasi pada titik tertntu di hadapannya. Tangannya terulur ke arah depan tepat terlihat ada pusaran angin yang makin membesar di hadapannya. 

Lubang hijau bercampur warna-warni membentuk bola raksasa, bagian tengah tampak berwarna hitam dan abu-abu pekat.

"Arkan bawa Feyra, jangan sampai terlambat." 

Patuh pada ucapan Aruna Arkan bergegas, kecupan ringan di kening Darrel mengantar kepergian kekasihnya untuk pulang. Entah kenapa ia takut jika Arkan tak kembali ke sisinya, seketika ketakutannya membesar seiring pikirannya yang makin kalut. Namun bibirnya tak bisa berkata tidak. 

"Ayo, sekarang giliran kita Axcel," ucap Aruna setelah ia berpelukan pada kakak tercintanya. 

"Kakak tenang aja, kami pasti kembali." 

oOo

Teriakan histeris memenuhi rumah sakit, teriakan itu membahana terdengar hingga keruangan lainnya. 

Tak lama terdengar suara tawa yang sama kerasnya, sepertinya dari orang yang sama. Para perawat terdiri dari pria dan wanita berusaha membuatnya tenang. 

"Tidak, kau bukan ibuku, pergi! Kembalikan ibuku!" rancau si wanita itu dengan tangan yang menunjuk sudut ruangan yang kosong. 

Ternyata kejadian itu telah berlangsung beberapa waktu. Hingga pihak rumah sakit terpaksa mengisolasi wanita itu, memindahkannya ke ruangan khusus agar tidak menganggu pasien lain, terutama ruangan cuoveuse yang masih satu lantai dengan si wanita. 

Ruangan inkubator jelas harus sangat tenang, ada beberapa cuoveuse yang terisi bayi-bayi kecil yang tengah tertidur dengan nyamannya. Itu bukan rumah sakit mewah yang mempunyai ruangan berdinding tebal, jelas teriakan si wanita cukup membuat keributan. 

"Dia tak bisa di sini, dia harus di pindahkan ke Rumah Sakit Jiwa di kota X untuk penanganan lebih lanjut, nona Brianna terdiagnosa gangguan mental," ucap salah satu dokter kepada peraeat yang menangani Brianna beberapa hari terakhir. 

"Kasian dia, masih muda dan cantik. Tapi nasibnya sangat tragis, Ibunya telah lebih dulu meninggalkan  dia dokter, entah apa yang terjadi tapi sejak dia di bawa ke sini, nona Brianna terus saja memanggil Ibunya, dan seperti tengah marah pada seseorang," jelas suster. 

"Ya, semoga dia mendapat penanganan yang tepat," ucap dokter sebelum akhirnya ia meninggalkan Brianna yang mulai tertidur karena pemberian obat bius sebelumnya.

oOo

Hari berlalu dengan tenang, bumi berjalan seperti biasa, hanya Darrel yang masih sibuk mencari pekerjaan. Orang tuanya mengetahui tentang kepergian Aruna ke negeri Alstro dan tak bisa berbuat apa-apa selain merelakannya, meski Aruna berjanji akan kembali tapi mereka harus bersiap dengan kemungkinan terburuk. 

Terutama Darrel, setiap Arkan pergi ia tak bisa menghubungi Arkan dan hanya bisa pasrah, ini sudah seminggu dan belum ada kabar dari Arkan bahkan Aruna adiknya. Darrel mulai menjalani harinya, enggan diam dan memikirkan semua, ia saat ini tengah di perjalanan ke kota, mengikuti interview kerja untuk yang pertama kalinya. 

Tak jauh dari  Darrel yang mencoba bangkit, Felix kembali muncul di kampus seolah tak pernah terjadi apapun. Ia sudah mengamati jika Axcel, Aruna dan Brianna tidak ada di kampus lagi. 

Ia sempat mendengar kabar Brianna,namun ia tak ada niat menjenguk. Baginya Brianna sudah mati, Felix masih ingat bagaimana gadis itu menghajarnya dan mengambil alih Aruna begitu saja. Dan keadaan Brianna menjadi bahan tertawaan dalam hari Felix. Sungguh perbuatan yang tak patut ditiru, Felix tak menjadi orang yang lebih baik. 

Dengan dada membusung ia kembali ke kampus dan menyapa orang-orang yang ia kenal, membual jika ia baru pulang dari liburan serta berbagai hal lain yang sengaja ia lebih-lebihkan demi terlihat natural. 

Triknya berhasil, tidak ada yang tahu apa yang ia lakukan selama ini, menjadi populer adalah impiannya. Senyum lebar selalu ia tampilkan menutupi sifat egois dan culasnya. 

Kelas hampir selesai saat Felix mendapat pesan di ponselnya dari grup page kampus. Sebuah video terunggah beberapa menit lalu, merasa familiar dengan video tersebut Felix pun tanpa ragu memutarnya. 

Betapa terkejutnya dia saat dirinya melihat apa isi video itu, tentu saja familiar, karena dua sosok di video itu salah satunya adalah dia. Bukan hanya itu, video itu juga bukan video biasa, tapi menampilkan sosok Felix tengah berusaha memperkosa seorang gadis dengan brutalnya. Video berdurasi kurang dari dua menit itu dalam sekejap mendapat banyak viewers, kolom komentar di postingan bertambah dengan cepat, keringat dingin dan  tangan yang gemetar seketika menyerang Felix. 

"Eh itu dia Felix! Dia kan yang ada di video ini!" 

Tbc

Yeeey, 1.9K. Gpp lah ya agak panjang. Kalian kan demen yang panjang-panjang, eh!

Jangan lupa vote n koment kalian di tunggu di IG moonseed publisher yah. Pilih no 5. Vote n koment dari kalian di sana sangat berarti buat tim WTF guys. Emak share link votenya di wall yah. Tq  😍😍

Continue Reading

You'll Also Like

606K 26.2K 41
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
530K 2.2K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.7M 7.6K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.4M 132K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...