Sebelum 365 Hari (End)

By thedreamwriter13

37.3K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... More

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
22. PUNYA GEBETAN
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
35. RUMAH BARU
36. LIBRARY DATE
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
41. DANCING IN THE RAIN
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
46. BERDAMAI
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI
50. KITA SELAMANYA

28. ROOFTOP SEKOLAH

563 41 159
By thedreamwriter13

Selamat membaca kisah milik Galang Reynandika dan Calithea Zevanya Aurora di "Sebelum 365 Hari."

Don't forget to tap the star and comment 🌟

Tandai kalau ada typo ya, love!

Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Happy Reading, enjoy love 💗

Sabtu, 24 Juni 2023

28. ROOFTOP SEKOLAH

🌻🌻🌻

"Ini makanan nya sayang-sayang ku." Toya datang dengan nampan berisi beberapa mangkuk bakso.

Toya tak sendiri, tentu saja dengan Galang dan Xavi, tak lupa dengan tiga gadis cantik yang tak lain adalah Thea, Ilona, dan Shira. Mereka berenam kini akan menikmati makan di jam istirahat nya.

"Makasih Toya."

Mangkuk berisi bakso itu sudah berada di depan mereka masing-masing. Suasana kantin saat ini memang cukup ramai.

"Aw, panas," eluh Thea.

"Pelan-pelan, Thenyu. Bel nya masih lama kok," ucap Galang. Lelaki itu mengambilkan sebuah tisu dan memberikannya pada Thea.

"Seragam lo basah noh, lap dulu," kata Galang.

"Makasih, Lang."

Galang kini malah memperhatikan Thea yang tengah membersihkan seragamnya dari kuah bakso tadi, ya, meski hanya sedikit saja yang tumpah.

Xavi dan Toya saling melirik, menatap Galang dengan wajah meledek. Lelaki itu sangat fokus pada Thea, sampai-sampai semangkuk bakso dihadapannya di biarkan.

"Ekhm, keburu dingin kali tuh bakso nya," sindir Toya.

Galang yang mendengarnya, menjadi kik kuk sendiri. Lelaki itu kini melanjutkan makan, begitu juga dengan Thea yang sudah selesai dengan seragam nya tadi.

"Kalian udah baikan kah?" tanya Xavi yang membuat Galang dan Thea menatapnya heran.

"Baikan?" tanya Galang.

"Iya. Kan dari kemarin-kemarin Thea kayak lagi ngejauhin lo gitu."

Galang dan Thea saling menatap.

"Ah, nggak. Siapa yang marahan? Gue sama Thea baik-baik aja kok. Iya kan?"

"Iya. Gak ada apa-apa."

Thea dan Galang memang tak memberitahukan masalah mereka kemarin pada siapapun. Dan kini mereka juga tak ingin menganggap masalah itu ada, biarkan menjadi angin lalu saja.

Karena, Thea memutuskan untuk percaya pada apa yang Galang jelaskan.

Mereka semua melanjutkan makannya masing-masing. Sampai tak lama, makanan tersebut habis.

"Bentar dulu dong, masih kenyang banget nih," kata Xavi saat Shira buru-buru mengajak mereka pergi.

"Tau nih Neng Shira, sabar dulu. Babang Toya masih kekenyangan juga."

Mereka berbincang-bincang lebih dulu sembari menunggu makanannya di cerna. Sesekali tertawa dan terlihat sangat asik sekali.

Thea, gadis itu tersenyum senang. Rasanya kehadiran mereka, melengkapi separuhnya yang tak pernah ada. Thea tak pernah merasakan punya teman sebanyak ini, sebaik dan juga seseru ini.

Namun, banyak yang di sayangkan. Thea kini sulit mengingat wajah mereka. Kecuali, Galang.

Gue harap, kalian gak merubah penampilan kalian ya. Ilona tetap dengan rambut ikal dan mata sinis nya, Shira tetap dengan tubuh kecil dan pipi chubby nya, Xavi tetap dengan alis tebal dan sikap konyolnya, dan Toya juga tetap dengan tubuh gemuk dan kacamata nya yang lucu itu. Gue mau untuk terus berteman sama kalian, batin Thea.

Thea melihat kearah Galang yang kini sedang tertawa karena candaan Toya. Dan, gue harap, gue gak akan pernah lupa sama wajah lo juga, Lang.

"Kayaknya seru deh kalau kita bikin geng," ucap Toya.

Galang menyahuti ucapannya. "Wah boleh tuh. Setuju gue. Tapi, kita harus punya nama geng nih."

"Bener juga. Apa ya namanya?"

"Berarti gue, Thea, dan Shira harus gabung juga gitu sama geng lo bertiga?"

"Ya terserah lo sih, Na. Kalau gak mau ya gak apa-apa. Tapi Thea sama Neng Shira tetep jadi bagian dari kita bertiga," sahut Toya.

Plak!

"Aduh, nabok-nabok aja lo, Xav."

"Lagian lo ngomong kayak gitu sama Princess Ilona gue."

"Ya princess lo duluan tuh nanya kayak gitu. Gue kan cuma gak mau maksa aja."

"Kalau gue gak ikut, Thea sama Shira udah pasti gak ikut juga. Lagian kita bertiga juga udah punya geng, udah ada namanya juga lagi," ucap Ilona pada Toya.

"Hah, lo bertiga udah punya geng? Apaan namanya?" tanya Galang penasaran.

Ilona melirik kedua gadis di sebelahnya itu. Ketiganya tersenyum.

"Wacana," ucap ketiga gadis ini bersamaan.

"Wacana apaan?" tanya Galang.

"Wanita cantik mempesona," ucap Ilona yang diiringi tawa kecil dari Thea dan Shira.

"Pffttt, hahahaha," tawa Toya dan Galang bersamaan.

"Nih bagusan nama geng buatan gue, bukan singkatan tapi memiliki arti," ucap Toya dramatis.

"Apaan?" tanya Thea.

"Namanya adalah, The gado-gado."

"HAH?" kata kelima temannya.

"Iya, gado-gado itu kan di campur. Kayak kita gini campuran juga. Ada yang ganteng kayak gue, ada yang jelek kayak Galang. Ada yang pacaran, ada juga yang jomblo kayak gue, Galang, Thea, dan Shira. Ada yang kelebihan baking soda, ada yang kekurangan juga. Saling melengkapi maksudnya," jelas Toya pada kelima temannya.

"Saling melengkapi sih iya. Tapi apa maksud lo bilang gue jelek?" ucap Galang tak terima.

"Pengibaratan doang kali, Lang," kata Toya dengan bibirnya yang mengerucut.

"Kenapa harus gue? Kenapa gak Xavi aja? Gue kempesin juga lo lama-lama!"

"Yeeu, bawa-bawa gue lagi."

Xavi menepuk pundak Galang. "Santai Lang, kan yang penting kagak kebanyakan baking soda."

"Kalau kebanyakan emang kayak apa?" tanya Galang tengil.

"Tuh." Xavi melirik keberadaan Toya.

"Heh, sekate-kate aje lo."

"Loh bener nggak tapi?"

Toya menatap Xavi dan Galang sinis, lalu terkekeh pelan. "Ya bener sih. Jadi nya gini."

"Apa?"

"Ngembang, yhaaaa," ucap Toya dengan candaan di akhir. Gelak tawa pun kembali keluar dari keenamnya.

Bercandaan yang seperti ini memang sudah biasa terjadi diantara mereka. Karena memang ketiga lelaki ini sudah dekat sejak pertama kali sekolah di SMAKASA. Ya seperti itu persahabatan, tak ada lagi canggung dan sakit hati. Mereka sudah saling menganggap keluarga satu sama lain.

"Lagipula sebentar lagi gue sama Thea gak jomblo kok," kata Galang yang kini melirik kearah Thea.

"Ah? Nggak. Nggak kok. Apaan sih, Lang? Orang gue lagi gak deket sama siapa-siapa. Gimana bisa bentar lagi gak jomblo?"

Ucapan Thea tadi membuat Galang mendelikkan matanya. Buset, jadi selama ini lo nganggep kita gimana? Kurang deket apalagi, Thea? batin Galang.

Lagi-lagi, Xavi dan Toya saling melirik dan menahan tawanya.

"Ohh, yakin The lagi gak deket sama siapa-siapa?" tanya Toya meledek.

"Iya. Iya kan, Na, Shi?"

Ilona dan Shira juga hanya tersenyum.

"Oh, kalau lo kan emang sebentar lagi gak jomblo. Lo pasti udah mau nembak cewek yang waktu itu lo mau kasih tau ke gue itu kan?" ucap Thea pada Galang.

"Hah?" Galang tak henti-hentinya melongo dengan perkataan Thea. Gadis ini kurang istirahat atau bagaimana?

Galang cape, Galang lelah, Galang malu, Galang mau hilang saja rasanya dari sini.

Gemes banget pengen cium jadi nya, batin Galang agak kesal.

Galang menghela nafasnya dalam, lalu tersenyum paksa pada kedua teman lelakinya itu.

Aduh, gue kenapa malah ngomongin cewek itu di sini ya? Sebenarnya sedih juga sih karena ternyata Galang udah ada gadis pilihannya itu. Sedekat-dekat nya kita, mungkin cewek itu lebih dekat sama Galang. Apalagi mungkin selama ini Galang baik ke gue ya sebatas itu aja. Kan di awal kita emang cuma mau temenan, batin Thea.

"Em, gue ke kelas duluan ya." Thea langsung berdiri dan berjalan meninggalkan kantin tanpa menunggu teman-teman nya ini.

"Thea, tungguin dong!" Ilona dan Shira ikut bangkit dari duduknya.

"Lang, tembak dong. Thea nungguin lo tuh sebenarnya," kata Ilona geram.

"Thea suka sama lo, gue berani jamin," lanjut Shira. Kedua gadis itu kini berjalan untuk mengejar kepergian Thea.

Xavi dan Toya tertawa melihat ekspresi bingung Galang saat ini. Lelaki itu terlihat mengacak-acak rambutnya, seperti frustasi sendiri.

"Ngapain lo berdua ketawa?" marah Galang.

"Thea lucu ya, bisa-bisanya ngomong gitu. Ternyata dia gak nganggep lo berdua deket, Lang," ucap Xavi dengan tengilnya.

"Huh, cape Xav, Ya! Gila gue lama-lama," frustasi Galang.

"Thea gak peka nya akut banget ya," kata Galang.

"Apa bedanya sama lo?" ledek Toya.

"Loh, gue peka."

"Hilih, kalau peka, lo tau perasaan Thea ke lo gimana harusnya."

"Nih ya, Lang. Cewek kalau udah nunjukin perhatian lebih ke lo, itu udah tanda-tanda ada rasa. Terus, cewek kalau udah di kodein terus tapi selalu nganggep lo bercanda, dia cuma denial aja, Lang. Kayak Thea tuh, gue yakin kalau lo serius aja dikit ngomong nya, beuh, jadi dah," kata Xavi.

"Masa? Thea beneran gak suka kali ya sama gue, makannya gak peka-peka."

"Bang Galang ganteng, lo tuh cowok ya. Yang biasanya ngodein tuh cewek. Tugas lo, ya nyatain lah. Lo mau kodein dia sebanyak apapun, yang namanya cewek gak akan nyatain duluan, mau sesuka apapun dia ke lo," ucap Toya kesal.

"Shira bilang, dia jamin kalau Thea itu suka sama lo. Cewek biasanya kalau suka sama cowok bakalan cerita ke sahabatnya, Thea pasti udah cerita sama Shira. Makannya Shira berani ngomong kayak gitu," lanjut Toya lagi.

🌻🌻🌻

"Ada apa?"

"Mau jalan bareng gue nggak, The?"

Thea mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba Alvi ini mengajaknya pergi?

"Berdua?"

"Iya."

"Em kayaknya gak bisa deh."

Alvi meraih tangan Thea. "Ayolah, The. Sebentar aja kok!"

Thea menepis pegangan tangan Alvi, gadis ini merasa tak nyaman.

"Maaf."

"Sekali aja, gue cuma mau ngajak jalan-jalan aja," kata Alvi memaksa.

"Mau ya? Lagian gue udah izin kok ke Theo buat ngajak lo pergi."

Thea menghela nafasnya. Thea malas untuk ribut, apalagi kalimat paksaan Alvi ini. "Oke, mau kapan?"

"Pulang sekolah bisa?"

"Iya."

"Kalau gitu gue tunggu lo pulang sekolah ya. Gue ke kelas duluan." Alvi pergi mendahului Thea yang masih terdiam di sini.

Setelah kepergian Alvi, Thea berbalik arah. Dilihatnya kini Galang tengah duduk di pinggir lapangan sekolah dengan lamunan nya.

"Galang kenapa ya?"

"Samperin deh."

Thea berjalan untuk mendekati Galang, saat beberapa langkah lagi akan tiba, Thea memelankan langkahnya. Dan—

"Aduh siapa sih nutup-nutup mata gue segala?" oceh Galang.

Thea hanya tersenyum. Ya, Thea bersimpuh di belakang Galang sambil menutup kedua mata lelaki itu dengan telapak tangannya.

"Awas aja ya, gue bakal—"

"Bakal ngapain?"

Galang menoleh kearah kanannya. Wajah kesalnya kini berubah jadi cengiran. "Eh, ada Thea."

"Kirain siapa," kata Galang.

Thea kini ikut duduk di sebelah Galang. Memandangi sekeliling lapangan sekolah yang tampak sepi hari ini.

Guru-guru semuanya rapat, Thea tadi mengembalikan buku pinjamannya ke perpustakaan seorang diri dan tak sengaja bertemu dengan Alvi di perjalanan menuju kelas, dan ya, kini bertemu dengan Galang.

"Lo kenapa?" tanya Thea.

"Kenapa apa nya?"

"Lagi ada masalah ya? Soalnya kan ini lagi jam pelajaran, tapi lo malah diem aja di sini."

Galang menggeleng pelan.

"Lo gak mau cerita ke gue?" tawar Thea pada Galang.

"Nggak ada apa-apa kok, The."

"Bohong."

"Kenapa bisa bilang gue bohong?"

"Karena lo gak berani natap gue," cetus Thea dengan cepat.

"Gue tau kapan lo jujur dan kapan lo bohong. Lo selalu berani natap mata gue saat lo bicara, tapi lo gak natap gue saat gue tanya lo kenapa?"

Galang menghela nafasnya. "Maaf, The. Tapi gue gak bisa cerita kayaknya."

"Kenapa? Terlalu privasi?"

"Nggak mau aja. Takut bikin lo malah gak suka ke gue," jujur Galang setelahnya.

Thea menatap Galang sinis. "Oh gitu? Ya udah kalau gak mau cerita. Berarti emang lo gak percaya sama gue."

Galang mendelik dan spontan menahan tangan Thea saat gadis itu sudah berdiri. "Thea, Thea, gak gitu maksud gue."

Galang ikut bangkit dari duduknya. Thea masih membuang pandang nya dengan wajah jutek nya itu.

"Bukan gitu Thea. Gue percaya kok sama lo."

"Terus kenapa? Apa alasan lo bisa langsung bilang kayak gitu? Itu artinya sama aja dong kalau lo gak percaya ke gue," kata Thea dengan ketus.

Galang tersenyum miring. "Lo marah?"

"Nggak."

"Marah kan?"

"Nggak. Apaan sih?"

"Gue tau lo marah."

"Lo kalau lagi marah-marah kayak gini tambah manis soalnya," gombal Galang.

Thea melirik Galang sekilas dengan senyuman yang tertahan. Thea hanya bisa menyembunyikan senyuman nya, kata-kata Galang membuatnya salah tingkah sendiri.

"Jangan marah dong. Gue minta maaf," rayu Galang.

"Iya, nggak marah."

"Nggak marah?"

Thea mengangguk.

"Yes! Gitu dong. Gue paling gak bisa deh kalau lo ngambek kayak gitu. Soalnya lo makin ngerepotin hati gue."

"Ish, bercanda mulu," omel Thea dengan memukul lengan Galang pelan.

"Gak mau jawab pertanyaan gue yang tadi?" tanya Thea lagi.

Galang meraih tangan Thea. "Gue cerita, tapi nggak di sini ya. Kita ngobrol di rooftop sekolah aja gimana?"

"Boleh."

🌻🌻🌻

"Gimana? Thea mau nggak?"

"Mau dong."

"Tapi lo gak maksa dia kan?"

"Nggak, Yo. Dia juga oke-oke aja gue ajak jalan."

Alvi tersenyum penuh kemenangan karena tadi berhasil untuk mengajak Thea jalan berdua pulang sekolah ini.

"Bagus deh kalau gitu."

"Kalau lo emang serius sama dia, jaga adek gue baik-baik."

"Emangnya tujuan lo jalan sama dia apa? Gak mungkin kan kalau langsung nembak? Lo butuh pendekatan dulu. Gue kenal banget Thea gimana, dia gak gampang luluh, apalagi sama cowok yang baru dia kenal. Apalagi keliatannya lo udah punya rekam jejak jelek di dia," jelas Theo.

Alvi tertawa kecil mendengarnya. "Gue main kalem kali, Yo. Santai aja."

Sejak tadi, Xavi mendengarkan pembicaraan kedua lelaki itu. Kondisi kelas memang lumayan ramai, tapi karena posisi duduk mereka yang lumayan dekat, Xavi dapat mendengar nya.

Jadi si Alvi ngajakin Thea jalan? Waduh, kudu ngasih tau Galang nih. Bisa-bisa kalah cepet dia, batin Xavi.

"Tapi nanti jangan malam-malam ya pulangnya. Lo kudu nganterin Thea sampai rumah. Awas lo!" kata Theo memastikan.

"Iya calon kakak ipar, tenang aja."

"Yeu, yakin banget lo."

"Kok lo gitu sih?" kesal Alvi.

"Bercanda bro. Udah sih, buktiin dulu aja Thea mau gak sama lo," kata Theo mengakhiri kalimatnya.

Alvi tersenyum miring. Gue akan dapetin Thea hari ini juga. Thea akan jadi milik gue.

🌻🌻🌻

"Jadi itu masalahnya?" tanya Thea.

"Iya."

"Maaf, hutang nya banyak?"

"Dibilang banyak banget sih nggak. Sekitar delapan jutaan. Tapi tetep aja nominal segitu gak mudah buat gue dapetin, apalagi cuma dalam waktu tiga bulan," ucap Galang.

Thea dapat melihat raut wajah sedih bercampur bingung pada Galang. Jika berada di posisinya pun, mungkin Thea juga agak kalut. Apalagi setelah mendengar semua cerita Galang mengenai kondisi keluarganya.

Tapi Thea salut, Galang berani bertanggung jawab atas apa yang menimpa ibu nya. Lelaki yang patut di acungi jempol. Thea kagum bagaimana Galang bisa menyikapi semua masalah yang ada padanya selama ini. Galang sekuat itu.

Thea juga tak akan membiarkan Galang di habisi oleh orang-orang itu jika sampai tiga bulan ke depan, hutang nya tak lunas juga. Thea tak ingin lelaki ini terluka.

"Gue boleh bantu lo?"

"Ah? Bantu? Gak usah, The. Gue gak mau bawa lo ikut dalam masalah gue."

"Gue paling gak bisa ngeliat orang lain kesusahan. Apalagi orang nya lo," ucap Thea.

"Gue mau bantu lo, Lang."

Galang melihat kearah Thea. "Gimana caranya? Lo mau bayarin uang itu dulu? Atau—"

"Gak cuma-cuma kok. Dan gak pakai cara itu. Gue tau kalau dengan cara seperti itu, lo bakalan nolak."

Thea tersenyum. "Secepatnya gue kabarin lo. Lo tenang aja."

"Gue gak ngerepotin kan tapi? Ini salah satu alasan kenapa gue gak mau cerita."

"Nggak, Lang. Lo lebih ngerepotin kalau gak cerita," sewot Thea.

"Makasih banyak ya," ucap Galang.

"Iya."

Thea kini menatap kearah depan. Dimana rumah-rumah serta beberapa bangunan terlihat dari atas sini.

"Terus apa alasan lo bilang kalau gue bakalan gak suka sama lo setelah dengar ini?"

"Ya gue takut aja. Karena keluarga gue kan gak kayak keluarga lo. Mungkin lo bakalan malu kalau temenan sama gue. Atau— ya," ucap Galang dengan nada pasrah diakhir.

Thea tersenyum miris. "Keluarga gue gak seindah yang lo pikir juga kok."

Dengan pelan, Galang memutar arah pandang nya pada Thea. Lelaki itu diam tanpa suara, membiarkan Thea bercerita dengan bahasa apapun yang gadis itu inginkan.

"Mungkin orang-orang mikir keluarga gue sebaik itu, seindah itu, selengkap itu. Orang-orang mungkin mikir kalau jadi gue itu sempurna. Gue punya ayah dan bunda yang lengkap, gue punya abang yang sayang banget sama gue, meski itu memang bagian terindah nya hidup yang selalu gue syukuri selama ini, Lang."

"Apalagi orang-orang selalu bilang, enak ya jadi Thea, punya orang tua yang kaya raya, punya rumah besar, punya keluarga yang utuh, dan selalu bisa dapatin apa yang dia mau. Jadi Thea itu sempurna, Thea gak pantes untuk sedih. Gue selalu cuma bisa senyum setiap ada yang bilang kalimat itu ke gue."

"Padahal selama ini, mereka cuma liat gue dari luar aja. Mereka gak tau apa yang gue rasain."

"Bahkan, keluarga gue juga gak tau. Kalau gue se kesepian itu. Mereka terlalu sibuk."

"Semuanya kerasa lebih lengkap lagi kok setelah kecelakaan itu. Setelah keluarga gue pindah kesini. Ayah sama bunda gak se harmonis dulu, ayah sekarang juga jarang dirumah, bunda juga sering emosian, mereka sibuk sama kerjaannya. Theo, juga marah-marah terus, jadi kasar. Ayah juga udah jarang punya waktu buat gue. Dulu, gue sama ayah dekat banget. Tapi, Bang Ali masih selalu punya waktu. Cuma Bang Ali yang selalu ngertiin gue, Lang."

"Rumah besar yang mereka liat bagus itu, sepi rasanya buat gue. Gue lebih memilih punya yang sederhana namun hangat."

Thea menarik nafasnya dan tersenyum kecil. Gadis itu menatap Galang. "Maaf ya, Lang. Gue jadi curhat. Bukan mau adu nasib kok, sorry banget."

"It's okay, Thenyu. Gak masalah kok. Gue seneng denger lo cerita."

"Yang tadi gak usah dipikirin ya. Anggap aja gue lagi ngarang. Sekarang yang terpenting urusan lo dulu. Nanti kalau gue ada kabar lagi, gue kabarin lo soal bantuan itu."

Thea kini menghadapkan tubuhnya pada Galang, begitu juga dengan lelaki itu. Thea memegang kedua lengan tangan Galang dan tersenyum untuknya.

"Sekarang lo tenang aja, gak usah terlalu di buat beban. Gue bakal bantuin lo, ya? Janji sama gue lo gak akan larut sama masalah ini," ucap Thea yang kini mengulurkan jari kelingkingnya pada Galang.

"Iya, Thenyu. Lo juga janji untuk selalu bahagia," balas Galang yang kini menautkan kelingking keduanya.

Dengan cepat, Thea menghamburkan pelukan pada Galang. Lelaki itu sempat terdiam sejenak, dan membalas pelukannya.

Kebiasaan, suka gak pake aba-aba. Bikin deg-deg an aja, batin Galang.

"Gue bahagia kita ketemu, Thea," lirih Galang di sela pelukan keduanya.

Tuhan, buat gadis ini selalu bahagia ya.

Tuhan, bantu Galang untuk melewati semua kesulitannya.

Galang dan Thea membatin di saat yang bersamaan.

🌻🌻🌻

"Ilona kebiasaan, paling males kalau di suruh nemenin ke toilet. Padahal kan seru bisa jalan-jalan," gerutu Shira sembari membereskan seragam sekolah nya.

Shira baru saja selesai dari toilet dan kini akan kembali ke kelas nya.

"Hai, Shira. Udah lama gak ketemu."

Shira terdiam, kakinya mundur perlahan karena melihat sosok lelaki di hadapannya.

Lelaki itu tersenyum. Senyum yang menyeramkan di mata Shira. "Apa kabar?"

"B—baik."

"Makin cantik aja."

"Gue duluan ya," kata Shira yang kini berjalan.

Tangan lelaki itu menahan lengan Shira dan membuat langkahnya terhenti. "Buru-buru banget. Gak mau ngobrol dulu sama gue?"

Lelaki itu melihat sekelilingnya, tempat ini cukup sepi. Ditariknya lengan Shira hingga tubuh gadis itu terpentok dengan dinding bangunan.

"Kita gak ada urusan apa-apa lagi ya. Belum cukup sama apa yang lo lakuin ke gue?" kata Shira, gadis itu mencoba berani untuk menatap manusia di hadapannya.

Lelaki itu hanya tersenyum, dan terus tersenyum. Matanya kini menatap Shira tajam. "Sebenarnya belum. Tapi karena lo udah menepati ucapan lo itu, fine, selesai untuk sekarang."

Lelaki itu membelai pipi kiri Shira, membuat Shira menepisnya karena tak nyaman. "Lo makin cantik, Shira. Gue juga bingung kenapa Theo masih nolak lo terus. Padahal dia belum tau kalau—"

"Cukup!" tegas Shira.

Lelaki itu menjauhi tubuhnya dari Shira. Dan berjalan meninggalkannya. Shira menatap kepergiannya lebih dulu, memastikan bahwa sudah benar-benar menjauh.

Shira terduduk dilantai sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Gadis itu menangis pelan.

"Kenapa dia malah jebak gue di posisi yang serba salah kayak gini? Gue takut," lirih Shira.

"Gue gak tau mau bilang sama mereka kayak gimana. Gue malu."

To Be Continued ....

🌻🌻🌻

Hallo gimana bab 28 nya?

Semoga selalu suka ya, Love ❤️

Bab-bab setelah ini bakalan banyak yang bikin heboh dan yaa kasih lah yg bikin cenat-cenut kalo kata Galang mah.

Yang pasti tetep stay di sini sampai akhir yaa ayang-ayang ku.

Ayo bisa yu vote nya, bintang nya tinggal pencet aja kok gak bayar, gratis, biar mood nulis ku nambah.

Yang kemarin request mau bab banyak, boleh kali sebelum tamat bisa 1k vote? Hihihi. Gak janji, tapi kalau sebelum tamat bisa 1k vote nanti ada hadiah 😋

Terimakasih untuk gak pernah bosan baca tulisanku, semoga selalu menghibur 💕

Jangan lupa pencet bintang nya ya!

NIH ❗Semakin rame vote dan comment nya, kata di setiap bab nya akan aku banyakin biar kalian puas.

See you hari Selasa!

Tunggu aku up bab selanjutnya!

Follow:

Wattpad : @thedreamwriter13

Instagram : @thedreamwriter13

Twitter : @worldofjingga13

Tiktok: @blueskyitsyouu

Makasih love 💗

Continue Reading

You'll Also Like

3M 250K 54
𝙏𝙪𝙣𝙚 𝙠𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖 , 𝙈𝙖𝙧 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙢𝙞𝙩 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙃𝙤 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞...... ♡ 𝙏𝙀𝙍𝙄 𝘿𝙀𝙀𝙒𝘼𝙉𝙄 ♡ Shashwat Rajva...
111K 2.3K 29
kaneki a 2nd year student friend of issei who has power to grow stronger with each fight Kaneki - is this I am going to die but I don't want to die...
Lucent By ads ❀

Teen Fiction

335K 7.7K 27
book 1 of the windows of the soul duology ✿ ✿ ✿ lucent: softly bright or radiant ✿ ✿ ✿ My brother's hand traces the cut on my right cheek for so...