Come on, Ga!

By sisind_

98.8K 7.8K 1.1K

"Hal bodoh yang terulang kembali, berharap mendapat validasi bahwa kamu pencium yang handal?" Sedari dulu pe... More

P r o l o g
1 - Masih Awal, loh
2 - Officially Kating
4 - Wellcome, Chie!
9 - Peringatan Dini
10 - Hidup Sengit
11 - Beda Kuasa
12 - Melepas Kalut
13 - Sibuk Sendiri
14 - Berusaha, Emang Bisa?
16 - Keberanian Si Bocil
17 - Lega nan Kecewa
OPEN PO

6 - Malam Versi Terbaruku

5.9K 596 119
By sisind_

Saling beradu pandang dalam jarak yang terbilang tak terlalu jauh, menyunggingkan senyum tipis sebelum kembali menatap lurus, menyambut high five dari Sadam---sang pencetus komunitas tersebut, lalu mempersilakan keduanya untuk bergabung dengan para anggota yang lain.

"Santai, bro. Anggap semua orang yang berada di sini adalah saudara lo!"

Dirga belum terbiasa dengan orang asing yang menganggap bahwa mereka adalah saudara yang bertemu saat dewasa. Begitu wellcome bukan berarti membuat dirinya langsung beradaptasi. Berbeda dengan Yasmine yang nampak friendly kepada siapapun, termasuk Zony yang baru saja mendapat lambaian tangan dari gadis itu.

"Bersulang untuk hadirnya anggota baru."

Segera menyambar gelas yang dibawa Zony, masih memperhatikan gadis itu tanpa menoleh ke arah lain.

Bukan terpesona ataupun terpikat, akan tetapi masih penasaran dengan kilat yang digunakan hingga sebagian dari mereka berbondong-bondong bergerumul. "Katanya sih, dia pengin belajar drift. Makanya gue ajak gabung," kata Zony, mengikuti arah pandang Dirga sebelum salah seorang laki-laki menuntun Yasmine masuk ke dalam mobil yang sama.

"Sadam mulai caper." Tersenyum miring, meneguk tequila di gelas yang ia bawa dalam sekali teguk, melirik Dirga, menyenggol lengan pemuda itu. "Setelah ini lo."

"Ngaco!"

"Nggak ada yang tahu kalau lo pernah sabet juara drift sebelum masuk kuliah, kan?"

"Itu dulu. Lagipula skill gue udah menurun. Ikut gabung komunitas ini pun karena lo paksa--"

"Yakin, Ga? Bukan karena ingin mengulang hal yang yang sama di masa lalu?"

Berdecak, tak ingin terlibat obrolan terlalu panjang dengan Zony dan memilih untuk ikut hanyut dalam setiap suasana gemuruh dari banyaknya orang yang bersuka ria atas aksi dari Sadam.

Dirga dan kecintaannya pada drift seakan bertepuk sebelah tangan karena tidak mendapat persetujuan dari orang tua. Lebih suka sang anak mengikuti kegiatan olahraga di sekolah daripada meluangkan waktu untuk melajukan mobil, atraksi, dan juga kepulan asap tak jelas. Ta-tapi itu skill yang jarang dimiliki orang lain.

Nekat mengikuti lomba, berhasil menyabet juara pertama, namun medali beserta piagam berhasil disita oleh sang papa. Hingga saat ini belum tahu keberadaan dari hasil kemenangannya tersebut. Ruang tamu bahkan didominasi oleh piala kemenangan berkat lomba futsal maupun sepak bola.

"Oh.. shit! Lo berhasil bikin gue pusing!" kesal Yasmine, keluar dari mobil milik Sadam, memegangi kepalanya yang terasa pening.

"Sorry, Yasmine. Wajar kalau lo merasa pusing, karena ini masih awal. Lama-lama bakal terbiasa, kok." Mencoba untuk memberikan ketenangan sebelum memberi peluang anggota lain untuk memulai aksinya di arena, sedangkan Yasmine memilih untuk berjalan pelan ... sempoyongan.

Mengernyit, segera memasukkan ponselnya ke dalam saku ketika sadar ada yang janggal atas langkah yang mengarah padanya. Kedua tangannya bahkan begitu cekatan menahan tubuh lain yang hendak terjatuh.

Tatapan sendu yang saling bertemu dalam jarak dekat mampu membuat salah satunya tak mampu berkedip. "Bisa berdiri?" tanya pemuda di hadapannya sebelum disadarkan dan segera memberi ruang untuk menjauh beberapa jengkal.

"B-bisa, Kak."

Bohong. Yasmine belum sepenuhnya terbiasa dengan hal baru hingga menomor duakan rasa pusing di kepalanya. Duduk di atas kap mobil milik Sadam, menerima uluran satu gelas wine dari cowok itu, lalu meminumnya dalam satu kali teguk.

Senyumnya nampak tercetak miring di sudut bibir, masih tetap memperhatikan gadis yang tengah berusaha bertahan agar tidak limbung sembari menganggukkan kepalanya. "Seminggu ke depan, gue bakal jamin lo akan bisa beradaptasi."

"Hmm.. gue nggak yakin."

"Kenapa enggak, bukannya ada sesuatu yang bikin lo memaksakan diri untuk gabung di komunitas gue?"

***

Belum sepenuhnya terima dengan ajakan Zony yang lebih dulu menyeretnya ke dalam sebuah markas besar. Dengan memiliki keanggotaan cukup banyak, Sadam sengaja membuat sebuah bangunan besar demi seluruh anggota yang tergabung dalam komunitasnya merasa nyaman tanpa berniat untuk angkat kaki.

Kembali dengan dentuman musik yang memekakkan telinga, nampaknya Dirga mulai terbawa suasana berkat ajakan Zony menghadiri after party.

"Keluar dari zona nyaman emang susah, Ga. Tapi kalau lo udah masuk ke dalam dunia anak muda, bisa dipastikan lo nggak pengin balik badan."

Berdecih, tersenyum miring sebelum menerima gelas dari pemuda itu. Menikmati semilir angin malam disertai cipratan kecil dari kolam renang lantaran beberapa orang mulai menceburkan diri. 

"Nggak melulu sama pacar buat bikin lo merasa damai, kepuasan satu teguk tequila pun setara dengan satu jam ciuman sama Agatha---"

"Bacot," potong Dirga, meninggalkan Zony yang nampaknya mulai meracau tak jelas.

Dirinya tak ingin mendengar nama Agatha dibawa pada suasana yang tidak semestinya ia pijak. Datang dan juga bergabung karena sebuah paksaan, tapi untuk pulang nampaknya menjadi kebebasan untuk cowok itu. Terlebih beberapa panggilan telepon dari sang mama, membuatnya segera melaju tanpa mampir ke pom bensin.

Biarkan mogok menjadi urusannya di tengah jalan.

"Lima menit lagi sampai," gumamnya, menutup sambungan telepon tersebut.

Segera turun setelah mobil terparkir di halaman rumah, bergegas masuk sembari merapikan pakaiannya, memasang raut sumringah menyambut lambaian tangan sang adik, memeluknya erat layaknya tak bertemu selama beberapa tahun terakhir.

"Kakak belum mandi?"

Sedikit merenggangkan pelukannya, mencium aroma menyengat yang tidak ia sadari. Menggaruk tengkuk, dan pamit kepada Savea---adik kecilnya, untuk beranjak terlebih dahulu.

Mumpung sang mama sedang sibuk di area dapur, Dirga memilih naik ke lantai dua. Tepatnya di kamar, guna membersihkan diri dan bersiap untuk mengambil makan malam.

Selama disibukkan oleh kegiatan di kampus, rumah seakan menjadi peristirahatan kedua setelah apartemen Agatha. Dirga bahkan mampu bertahan bersama sang kekasih dalam kurun waktu berhari-hari sekalipun ada orang lain yang acap kali datang guna menambah stok makanan.

Sering terlibat tatapan tajam dengan ajudan yang diperintahkan oleh orang tua Agatha, bahkan lebih parahnya hampir kena ciduk karena mesum di atas sofa.

Untung belum kejadian, jika iya.. mungkin saat ini Dirga telah menyandang status sebagai suami orang.

"Ingat jalan pulang ternyata?"

Sudah biasa mendengar sindiran seperti itu, sengaja tak ingin bergabung makan malam, memilih untuk menikmatinya di dalam kamar.

Satu hal yang terkadang membuatnya kurang betah berada di rumah sendiri. Selalu mendapat sindiran sarkas entah itu perihal kesibukannya di kampus, jarang pulang ke rumah, dan protes terakhir sang Mama yang sempat menuding bahwa putranya lebih memilih sang kekasih daripada darahnya sendiri.

Peduli setan. Apakah Dirga akan menurut? Untuk kali ini nampaknya tidak, dirinya justru semakin bertingkah sekalipun sang papa akan turun tangan.

"Selesai makan." Menaruh piring di atas nakas, beralih pada layar laptop yang menunjukkan wajah sang gadis.

Agatha merebahkan diri di ranjang kamar tidurnya, baru saja selesai mengosongkan apartemen, dan sekarang waktu bagi gadis itu untuk memberikan kabar sekalipun beberapa jam lalu sudah bersua.

"Tadi sempat keluar, ya?"

"I-iya, print proposal di tukang fotokopi langganan."

Sebelum menginjak pagi hari, Dirga baru ingat jika dirinya mendapat tugas untuk mencetak beberapa dokumen serta lembar formulir yang nantinya akan disebar ke para mahasiswa baru sebagai data diri.

Tapi, bukan malam ini. Dirinya sengaja memberi alasan itu agar Agatha tak curiga dengan ajakan Zony yang terkesan buru-buru.

Satu notif yang muncul kala dirinya tengah berinteraksi dengan Agatha. Satu buah foto muka masam yang nampak menggemaskan membuat senyum miringnya terbit seraya menoleh ke arah jam weker di atas nakas.

Hampir tengah malam, pantas saja Agatha gencar mengganggunya. Ternyata jam malam yang seharusnya menjadi waktu bagi mereka bertemu pada satu titik ruangan yang sama, sekarang terpaksa terpisah walau sebelum beranjak dari apartemen Agatha sempat memberikan kesan tertinggal.

Mungkin itu saja tidak cukup, terlebih dua manusia yang memiliki tingkat hasrat tidak bisa tertahan tentu segera mencari posisi terbaik bagi laptopnya. "Turunin lagi, Tha," gumam Dirga setelah Agatha melepaskan pakaian minim pada bagian atas tubuhnya.

Memberikan sensasi yang tak bisa Dirga utarakan ketika jemari lentik yang sering menggerayai dada bidangnya beralih memberikan sensasi sensual yang membuat titik sensitif pada tubuhnya meradang. Meracau tidak jelas sembari menyeimbangkan ritme gerakan tangannya, menggigit bibir dalam seakan tengah menahan desahan, hingga tanpa sadar mulai terbuai dengan ekspresi sang kekasih.

Layar laptop seakan tak menjadi penghalang bagi keduanya untuk saling mendengarkan desahan masing-masing. Malam pun seolah ikut larut dengan aksi yang mereka ciptakan, tak segan untuk saling melibatkan senyum serta sebuah keinginan di hari mendatang. "Kita lanjut besok."

***


Continue Reading

You'll Also Like

439K 33.6K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
248K 11.4K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
673K 8.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
252K 15.3K 34
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...