I Did [VMin]

By WinAshaa

6.8K 840 304

Ada yang tahu arti kebetulan? Berapa kebetulan yang pernah terjadi dalam hidupmu? Apakah kebetulan itu beraki... More

Prolog 00
Chapter 1 - Nama
Chapter 2 - Pertama
Chapter 3 - Nomor
Chapter 4 - Tak Tidur
Chapter 5 - Bait kata
Chapter 6 - Canggung
Chapter 7 - Ingatan
Chapter 8 - Roti Isi
Chapter 9 - Aku cantik?
Chapter 10 - Hangat
Chapter 11 - Pintu
Chapter 12 - Api Unggun
Chapter 13 - Saingan
Chapter 14 - Kuyup
Chapter 15 - Aksi
Chapter 16 - Kakak datang!
Chapter 17 - Kembali
Chapter 18 - Pulang Bareng.
Chapter 19 - Kangen
Chapter 20 - Peduli
Chapter 21 - Jenguk
Chapter 22 - Pulang
Chapter 23 - Diikuti
Chapter 24 - Sibuk
Chapter 25 - Kembali
Chapter 26 - Makan Siang
Chapter 27 - Latu
Chapter 28 - Dia siapa?
Chapter 29 - Puzzle bertambah
Chapter 30 - Bercak Merah
Chapter 31 - Menyelamatkan
Chapter 32 - Dua orang aneh
Chapter 33 - Rahasia mulai terungkap
Chapter 34 - Jati diri
Chapter 35 - Penculikan
Chapter 36 - Barter
Chapter 37 - Terluka
Chapter 38 - Lengah
Chapter 39 - Titah
Chapter 40 - Nekat
Chapter 41 - Disekap
Chapter 42 - Tertangkap
Chapter 43 - Pertarungan
Chapter 44 - Dalang
Chapter 45 - Pembalasan
Chapter 47 - Ganjaran
Chapter 48 - Rumah
Chapter 49 - Awal yang baru
Chapter 50 - Epilog

Chapter 46 - Kemarahan

68 8 2
By WinAshaa

#Day46
#Clue Galiung

POV NORMAL

Getaran di bawah kakinya terasa semakin kencang, Arkan mendongak melihat Feyra masih berjuang meskipun beberapa bagian tubuh tergores benda tajam yang juga telah dilumuri racun. Arkan tahu saat ini akan tiba, tapi dia tak berharap kejadian ini terjadi disaat musuhnya sebenarnya memang ingin memancing kekuatan besar dari penerus Alstro. Arkan memutuskan untuk menerobos belasan orang di hadapannya, dalam hati ia meminta maaf pada Feyra jika mungkin ia tak bisa kembali untuk menyelamatkan gadis itu.

Feyra sendiri hanya mengangguk menyetujui tujuan Arkan, dia tahu jika mungkin saat ini sang pangeran telah kehilangan kendalinya dan mungkin sebentar lagi permainan ini akan semakin seru baginya. Dia sudah siap mempertaruhkan nyawa dipertarungan kali ini.

Tepat ketika Arkan yang sudah membuat pelindung untuk Aruna dan dirinya, Axcel entah dengan kekuatan apa merobohkan rumah itu dan beberapa orang yang terluka juga merintih semakin kesakitan ketika tubuhnya terhimpit reruntuhan tembok, ada juga yang meregang nyawa saat itu juga. Diantara semua itu hanya ada satu yang masih terlihat kokoh, dinding dengan lukisan besar sebuah galiung yang terpajang apik di belakang Xavier. Namun ternyata tak bertahan lama juga, lukisan galiung itu jatuh meskipun tembok yang menjadi sandaranya masih berdiri tegak. Xavier sempat menghindarinya dan menyisih ke tempat yang di rasa lebih aman, ia tak jua pergi dari sana seolah menunggu sesuatu. Pilar-pilar rumah mulai runtuh, bahaya itu dia abaikan seperti yakin bahwa dia akan baik-baik saja.

Arkan menatap semuanya tanpa bisa berbuat apa-apa, Arkan juga melihat perlahan warna rambut Axcel yang memutih dan tatapan tajam Axcel pada pria di hadapannya yang sedang tersenyum ramah, namun Arkan tak bisa mendengar apa yang orang itu katakan, yang Arkan tahu hal itu memancing kemarahan Axcel menjadi lebih besar.

Feyra, gadis itu sudah berdiri tak jauh dari Axcel. Dia tak melakukan apapun, hanya menatap sang pangeran sambil sesekali meringis sakit akibat lukanya.

"Sebenarnya aku gak butuh Aruna buat pergi ke dunia kalian, tapi setelah mendengar tentang dongeng ramalan tentang seseorang yang akan mengembalikan keseimbangan dunia itu, aku terus mencarinya," pria itu menjeda ucapannya.

"Aku hanya harus melenyapkan Aruna untuk bisa kembali menghancurkan dunia kalian kan? Tapi sepertinya itu tidak akan ku lakukan, jika dia sangat berguna untuk kalian, maka dia juga pasti akan berguna untukku. Dengan mengorbankan nyawanya, aku bisa menjadi abadi seperti kalian. Menurutmu bukankah itu rencana yang brilian?"

Kekehan pria itu memancing amarah Feyra yang semakin geram dengan ucapannya. Ia hendak mendekat, tapi tiba-tiba saja dirinya tertahan di antara bebatuan yang mengelilinginya.

"Tidak perlu mengotori tanganmu untuk cecunguk ini Cel, biar aku yang menghabisinya," Feyra akan melompati bebatuan setinggi dadanya, tapi suara berat Axcel menghentikannya.

"Diam! Ini urusanku."

Feyra patuh pada sentakan Axcel, gadis itu urung melakukan sesuatu yang mungkin mengancam nyawanya tapi bukan karena takut melainkan karena Axcel yang melarangnya. Karena bagaimanapun penduduk Alstro mungkin makhluk abadi, tapi mereka masih bisa dibunuh dan mati jika terluka. Sebab mereka hanya bentuk lain dari makhluk indah Sang Pencipta.

Guratan hitam menghiasi sebagian tubuh Axcel, tatap tajamnya seolah menusuk lawan di depannya. Namun tidak ada rasa takut sama sekali terlihat di wajah sedikit keriput itu. Axcel bagai tak mengenali lagi pria di depannya itu. Sosok yang ia anggap ayah ternyata adalah orang yang paling ingin membinasakannya. Kemarahan dan kekecewaan membuat Axcel tak bisa mengedalikan perasaannya, rasa dikhianati menjadikan amarah Axcel perlahan tapi pasti bagai bola api yang membesar.

Axcel memejamkan matanya ketika mulutnya mulai merapalkan sesuatu dan Arkan terbelalak melihat kalung yang ada pada musuhnya juga ternyata mengeluarkan cahaya. Pria itu tersenyum melihat Axcel yang mengerahkan kekuatan seolah dia memang sedang menunggu moment ini, kemudian dia merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebuah batu berwarna hitam.

"Cel berhenti!" teriak Arkan ketika ia juga melihat pria itu dengan mulut komat-kamit mengarahkan batu itu pada Axcel yang tak memperdulikan sekitarnya sekarang. Arkan merasakan ada bahaya dari kejadian saat ini.

"Fey cegah Axcel!" teriak Arkan pada Feyra yang masih tertegun.

Gadis itu tak pernah melihat cahaya menakjubkan seperti itu keluar dari tubuh seseorang, kini dia percaya jika memang kekuatan Aeris itu nyata kebenarannya. Bersama cahaya yang memancar kehijauan Aruna terbangun dari pingsannya secara tiba-tiba.

"Akkhh!" Feyra terpental dan merasakan sesuatu yang basah di perutnya ketika ia mencoba untuk mendekati Axcel.

"Fey!" teriak Arkan ketika melihat gadis itu terpental dengan perutnya yang ditembus dahan pohon yang keluar dari tangan musuhnya.

Lelaki itu menyeringai menatap tangan kirinya yang bisa ia gunakan untuk melawan Feyra. Tak ia sangka dirinya bisa mengendalikan kekuatan itu setelah ia menyerap hanya sedikit kekuatan Axcel. Ambisinya membuahkan hasil, ia terkekeh senang dengan apa yang baru saja terjadi.

Aruna yang baru membuka matanya terbelalak ketika melihat sahabatnya berlumuran darah dan napasnya mulai tersengal-sengal.

"Gak! Jangan Feyra!" histeris Aruna, dengan langkah sempoyongan dia mendekati Feyra yang masih bisa berdiri, padahal dirinya sedang terluka.

Namun saat Aruna semakin dekat, gadis itu telah roboh dengan mata terpejam rapat. Seketika itu juga Aruna melihat Axcel yang melayang rendah di depannya, bersama seorang laki-laki yang ia ketahui adalah ayah tiri Axcel. Bingung hanya itu yang Aruna rasakan. Semua yang ada di hadapannya terasa tak nyata, tapi saat ia melihat darah Feyra di tangannya, ia bagai tertampar kenyataan pahit. Sahabatnya tak bergerak di pangkuannya.

Belum selesai keterkejutan mereka tentang Feyra yang tumbang dan Axcel yang kehilangan kendalinya, kini sebuah lubang hitam terlihat. Lubang itu muncul ketika Xavier selesai mengucapkan kalimat aneh dan hanya dia yang bisa mengerti.

Yang mulanya kecil kini terlihat semakin membesar. Arkan tak tinggal diam, dia tahu itu apa. Merasa sudah diberikan amanat untuk menjaga Axcel juga portal Alstro ia segera mencegahnya dengan kekuatannya yang tersisa. Inilah saatnya ia mempertaruhkan hidup dan matinya untuk Alstro, negeri yang ia cintai.

Tak perlu waktu lama perang sengit Arkan dan pria itu tak terlewatkan dari pandangan Aruna yang membatu di tempatnya. Aruna shock atas apa yang terjadi, potongan-potongan kejadian tumpang tindih, dia bahkan tak bisa membedakan mana mimpi mana kenyataan. Telinganya berdengung, kepalanya seperti berputar, rasa kesal, marah, kecewa tapi juga ada bahagia ia rasakan bersamaan saat di pikirannya berjalan bagai film tentang sebuah negeri yang hijau penuh keindahan dan bunga Alstroemeria, senyum bahagia dari semua orang ikut membuatnya senang tapi entah kenapa air matanya justru bagai aliran sungai yang tak bisa berhenti. Hatinya terenyuh sakit karena tiba-tiba semua warna indah itu terbang menjadi debu hitam pekat, Aruna mencoba berteriak memanggil tapi ia juga tak tahu harus memanggil siapa, tubuhnya terasa sangat nyata ada di sana tapi tak bisa menyentuh apapun.

Tepat saat itu tubuh Axcel terjatuh dengan rambutnya yang kembali menghitam dan wajah yang memucat. Aruna yang tiba-tiba tersadar bersama lenyapnya semua bayangan itu tak berbekas sama sekali, menyisakan Aruna yang berteriak histeris.

"Hentikan!"

Suara teriakkan Aruna terdengar membahana, getaran bangunan yang mulai runtuh, juga kekacauan di depannya seperti waktu yang berhenti. Tak ada pergerakan sama sekali, Aruna masih frustasi dan tertekan hingga ia tak menyadari jika musuhnya sama sekali tidak bergerak. Aruna yang mulai menyadari keanehan itu perlahan menghampiri Axcel untuk membangunkannya, tapi tidak ada pergerakan sama sekali. Tapi akhirnya ia sedikit bernapas lega ketika mendengar detak jantung Axcel juga deru napasnya yang melambat.

Semuanya terdiam kecuali Aruna dan Arkan yang tercenung sambil memegangi tubuhnya yang terluka, dia segera menghampiri lawannya dan mengambil kembali Aeris untuk ia kalungkan kembali pada Axcel.

Aruna yang kini berada di dekat Axcel tanpa sadar menangis dan air matanya jatuh tepat di wajah Axcel. Semua belum berakhir ketika Axcel membuka matanya dan pemandangan yang Axcel lihat saat ia membuka matanya adalah Aruna yang telah berdiri kokoh mencekik leher suami ibunya hanya dengan satu tangan.

Sebenarnya perbedaan tinggi badan mereka sangat kontras, tapi entah kenapa Axcel seperti melihat jika Aruna mencekik pria itu hingga tubuh tegapnya melayang. Namun setelah mendapatkan penglihatan yang jelas, kini Axcel tahu jika Aruna tidak melayang di udara kakinya tetap menapaki tanah, tapi tanah yang menjadi pijakannya semakin meninggi hingga membuat pria itu semakin tercekik dengan kaki yang terus menendang gusar.

"Rasa benci dalam dirimu tidak seharusnya ditanggung banyak orang, kamu dengan segala ketamakan dan kemarahan seharusnya juga menyadari, jika di dunia ini tidak ada yang kekal! Semua pasti akan musnah!"

Suara Aruna terdengar aneh, kata-kata yang keluar dari mulut Aruna seperti diucapkan oleh dua orang dan samar terdengar seperti suara seorang wanita. Tangan Aruna yang bebas terangkat, ia menoleh ke arah lubang hitam yang masih terlihat meski ukurannya tidak sebesar tadi. Namun kini lubang itu lenyap dan Aruna melempar Xavier menjauh darinya setelah meremukkan sumber kekuatan pria itu yang bertengger manis di jemarinya.

"Aku akan mengabulkan permintaanmu wahai manusia. Kamu akan hidup abadi sesuai kemauanmu, tapi kau harus hidup dengan rasa penyesalan yang sangat menyakitkan sampai kau sendiri yang meminta pada sang Pencipta untuk mencabut nyawamu."

Bersamaan dengan itu guntur dan kilat tiba-tiba terjadi, hujan tidak deras sejak awal tapi bunyi langit yang bersahut-sahutan seolah merestui ucapan Aruna. Gelegar petir menyambar tepat saat Aruna melayangkan sumpahnya.

"Terimalah takdirmu."

Tbc

Yuhuu chapter 46. Akhirnya up juga. Jangan lupa ke IG moonseed publiser dan tap tap no 5 ya, tim WTF menunggu jempol2 kaleannnn...

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 111K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
495K 38.8K 17
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...
393K 43.4K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
306K 30K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...