GAVIANO [hiatus]

By LalapanFlashback

62.2K 3.3K 2.8K

Tidak terlintas dibenak Gavi,jika ia akan tinggal satu rumah bersama seorang gadis. Banyak cara yang Gavi lak... More

-00:Tyhrgang
-01:Inti Tyhrgang
-02:Hukuman
-03:Pembalasan
-04:Siapa dia?
-05:Cinta itu?
-06:Sadvibes
-07:Presentasi Versi Tyhrgang
-08:Boncel darimana?
-10:Ditinggalkan
-11:Rencana Gavi
-12:Penculikan
-13:Berpura-pura?
-14:Mencari dan Hilang?
-15:First Time
-16:Surat Izin untuk Alna
-17:Hanya berpura-pura?
-18:Drunk and Kiss
-19: Begitu cepat?
-20:IPC dari Rifan
-21:Algaza
-22:Maling Mangga
-23: Mengetahui dan Cerai?
-24: Rasa Bersalah Gavi
-25: Ujian 🔞
-26: Kembali
-27: Gengsi Berarti Kurang Percaya Diri!
-28:Algaza Berulah
-29: Barbeque'an

-09:Cewek Nyusahin?

1.6K 104 56
By LalapanFlashback

Hii-!! Call me Lala-!!

Apa kabar kalian semua para pembaca?

Jangan lupa follow akun Lala ya! Buat tau info² tentang GAVIANO yaw!

Udah siap buat baca kelanjutan cerita GAVIANO? Udah penasaran? Langsung baca aja ya-!!

“Dan pada akhirnya dia hanya menjadikanmu serana untuk menghilangkan kesepian bukan untuk melengkapi”~Virzha.

Satu lagi, komennya tuh jan next doang dong biasain komen disetiap paragraf gaiss! (ga maksa tapi kalo boleh sih iya hehe:)

Happy reading temen-temen-!! Enjoy ya,bacanya-!!

-09:Cewek Nyusahin?
.
.
Pernah berada di fase terpaksa dan ikhlas? Itulah yang harus dirasakan oleh seorang ketua Tyhrgang sekarang. Antara terpaksa, dan ikhlas, Gavi harus menerima sosok orang baru yang tinggal dirumahnya.

Gadis pendek yang baru sejak kemarin datang bersama kedua orangtuanya. Seperti mimpi buruk bagi seorang Gavi jika ia akan, tinggal satu atap bersama seorang gadis.

Gavi tidak suka itu, entah apa yang membuatnya tidak suka, yang pasti ia tidak suka jika ada seorang gadis dirumahnya. Namun, ini sudah menjadi keputusan sang bunda, Gavi tidak bisa membantah omongan bundanya, Gavi selalu nurut dengan sang bunda.

Mungkin mulai hari ini kehidupannya akan berubah, mulai dari berangkat kesekolah. Seperti saat ini Gavi harus mengantar gadis pendek itu ke sekolahnya.

Sekolah yang sama dengan dirinya, sekolah SMA Sastradala. Sampai disekolahnya, Gavi membiarkan gadis itu sendirian dia tidak mengurusnya. Padahal, tadi bundanya menyuruh Gavi agar mengantar gadis itu.

Seperti yang kalian tau, yang namanya Gavi dia tidak akan mau mengantar seorang gadis karena menurut Gavi, itu sangat merepotkan dirinya. Lebih baik ia pergi menghampiri teman-temannya daripada mengantar gadis yang saat ini tinggal satu rumah dengan dirinya.

Saat ini, kelima inti Tyhrgang sedang berada di kantin. Bel istirahat sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu. Duduk disalah satu meja pojok, diatas meja bundar yang mereka duduki sekarang belum ada satupun makanan dikarenakan, mereka malas untuk berdesakan. Melihat banyak sekali orang-orang yang berada disana mengantri makanan yang belum selesai dibuat.

"Cewek yang lo ajak kesekolah tadi siapa, Gav?" Tanya Lingga yang memang melihat Gavi bersama seorang gadis tadi pagi.

Gavi menoleh kearah Lingga, mengingat itu membuat Gavi berdecak kesal. Mengingat, ada seorang perempuan selain bundanya dan salah satu pembantu dirumahnya. "Gatau, kemarin bunda ngajak dia kerumah."

"Ngapain kerumah lo?" Tanya Rafin kepo.

"Katanya bakalan tinggal dirumah gue, nggak ikhlas gue ada cewek dirumah gue anjir!" Jawab Gavi berdecak mengingat itu.

"Emang siapa si? Gue kepo, cantik nggak tuh cewek?" Tanya Kenzo.

"Nggak!" Jawab Gavi cepat.

"Anjir?!?" Pekik Rifan, matanya terlihat menatap kesatu arah.

"Kenapa sih lo, Fan?"

"Itu cewek, kok tumben keliatan dia siapa? Mana cantik banget anjir!" Seru Rifan membuat mereka semua menoleh.

Saat itu juga Gavi melototkan matanya melihat siapa yang dimaksud oleh Rifan. Ya, gadis yang tinggal satu atap bersamanya sejak kemarin.

"Verry good, verry well, dia cantik banget tapi sayang bukan punya gue well!" Celetuk Kenzo terkesima melihat kecantikan gadis yang dimaksud oleh Rifan.

Terlintas ide dibenak Gavi, sudut bibirnya naik mengukir senyuman miring diwajahnya.

"WOI ALNA!!"

Teriakan itu mengundang banyak pasang mata menatap kearah Gavi, mereka bingung siapa yang cowok itu panggil.

Gadis yang bernama Alna itu tampak kebingungan mencari siapa yang memanggil namanya. Hingga matanya melihat Gavi yang sedang melambaikan tangannya, menyuruh dia agar menghampiri cowok itu.

Begitu sampai didepan Gavi, Alna mengernyit bingung tampak lucu dimata mereka. "Kenapa, kak?"

Tatapan dingin, dan muka datar Gavi perlihatkan kepada gadis pendek didepannya itu. "Pesenin gue bakso lima sama es teh lima!"

Gadis itu melotot kaget, apa-apaan ini? Ia disuruh-suruh begini. "Lohh? Kenapa nyuruh aku? Pesen sendiri dong!"

"Oke, lo pulang sendiri nanti gausah ikut sama gue!" Ancam Gavi sambil berdiri.

Ancaman itu mampu membuat gadis itu memekik tertahan, bagaimana nasibnya jika ia pulang sendirian? Bahkan ia belum tau jalan kearah rumah bunda Sherly.

"Ehh? Yaudah, aku pesenin!" Final Alna lalu berakhir pergi dari sana, memesan apa yang dibilang Gavi tadi.

Sedari tadi Lingga, Rifan, Rafin, dan juga Kenzo tak melepas pandangannya dari kedua remaja berbeda jenis kelamin yang tak lain adalah, Gavi dan juga Alna.

"Jadi, cewek yang lo maksud dia, Gav?" Tanya Kenzo terbengong-bengong.

Gavi mengangguk singkat, cowok itu melipat kedua tangannya didepan dada. Menyandarkan punggungnya dikursi yang ia duduki.

"Gila aja lo, Gav masa cantik-cantik gitu lo jadiin babu," Protes Rafin tidak terima jika cewek itu disuruh-suruh.

"Suka-suka gue!"

"Eh anjir seriusan cantik bener tuh cewek anjir! Pendek-pendek gitu body-nya aduhay!" Ujar Kenzo heboh, diangguki oleh sikembar.

"Namanya siapa tadi, Gav?" Tanya Lingga.

"Alna." Jawab Gavi singkat.

Iya, nama gadis itu Alna, lebih tepatnya Alnaya Kirana Victorian gadis berumur tujuh belas tahun yang kini tinggal bersama Gavi, karena kedua orangtuanya yang kini sedang berada dinegara lain yaitu, Thailand. Kedua orangtuanya sedang mengurus beberapa perusahaan yang akan dibangun disana.

Karena membutuhkan waktu yang cukup lama, jadilah Alna dititipkan kepada kedua orangtua Gavi, yang notabenenya adalah teman dekat kedua orangtua Alna.

Jika kalian bertanya kenapa Gavi tau nama gadis itu? Jawabannya, Gavi sudah sempat berkenalan dengan Alna kemarin malam, dan dengan ogah-ogahan ia bersalaman dengan gadis itu, dan itupun karena paksaan kedua orangtuanya. Benar-benar menyebalkan baginya.

"Gila sih, kalo gue jadi lo, gue udah ajak tidur bareng," celetuk Kenzo yang dihadiahi jitakan maut oleh Gavi.

"Enak aja lo kalo ngomong! Dikira gue cowo apaan? Main ngajak tidur anak gadis punya orang." Jawab Gavi kesal.

"Otak lo bener-bener diluar jangkauan, Ken!" Ucap Lingga menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Udah jauh banget pemikirannya padahal masih muda, kasian banget gue liat lo begitu, Ken!" Rifan menatap Kenzo dengan wajah seolah-olah kasian dengan cowok itu.

"Bawa ke psikiater gih! Gue takutnya ntar dia nggak bisa gue ajak beli cilok horor lagi!" Saran Gavi.

"Lo pade? Dikira gue gila apa, anjing?!" Sahut Kenzo tak terima.

⭒⭒⭒⭒

"Nih, kak!"

Suara lembut itu membuat mereka menoleh kearah seseorang yang baru saja meletakkan nampan berisi lima bakso dan juga es teh, dia adalah Alna.

"Bagus! Sekalian lo bayarin ya!" Suruh Gavi tanpa beban.

"Ihh? Apaan? Kok aku yang bayarin, sih? Kan bukan aku yang makan?" Alna protes, ia tidak terima.

"Berani ngebantah? Lo pulang sen-"

"Yaudah iya!" Pasrah Alna memotong ucapan Gavi, lalu ingin pergi dari sana.

"Eh biar gue aja yang bayar deh!" Celetuk Rafin berbaik hati ingin membayar makanan mereka.

Gavi menatap Rafin dengan tajam, seolah tidak mengizinkan cowok itu untuk melakukannya. "Biarin dia yang bayar!"

Perkataan dingin itu membuat mereka semua kicep, tidak ada yang berani membantah. Karena itu juga Alna pergi membayar makanan yang tadi ia pesan.

"Masa aku yang bayar, sih? Aaa mommy anakmu bangkrut nggak bisa beli susu milo!" Gerutu Alna sambil terus berjalan.

"Lo kenapa sih, Gav? Masa Alna juga yang lo suruh bayar? Emang dia bawa duit? Lo nyuruh-hyuruh dia seolah-olah dia itu babu lo,"

Gavi tersenyum miring mendengar itu. "Rencana sih emang mau gue jadiin babu."

"Peri gut, peri well, cewek itu diratukan bukan dibabukan well!" Pekik Rifan mengikuti gaya bicara Kenzo tadi.

"Whatever!" Gavi menaikkan bahunya acuh.

"Brengshake!"

⭒⭒⭒

"Kak anterin aku ke Indomaret dulu ya?" Pinta Alna kepada Gavi yang kini berada didepannya.

Mereka sedang berada diparkiran, sedari tadi Gavi sudah menunggu gadis itu yang lama sekali menghampiri dirinya padahal, bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Gue gaada waktu buat lo!" Sahut Gavi tak bernada, pandangannya dingin.

"Aaa kak please!" Mohon gadis itu dengan mata menatap Gavi penuh harap.

"Nggak!"

"Aku aduian bunda ya? Aku telpon nih!" Alna mengambil ponselnya, bersiap untuk menelpon bunda Sherly.

"Yaudah iya, bangsat! Gausah cepu lo, anjing!" Umpat Gavi kesal sambil menaiki motornya.

"Naik, cepet!" Titah Gavi dengan tegas.

Alna tersenyum penuh kemenangan, ia segera naik keatas motor besar milik Gavi. Tapi, gadis itu kesusahan menaikinya, karena motor Gavi yang sangat tingga menurutnya yang berbadan pendek dan mungil

"Bantuin dong, kak! Susah naik ini!" Titah Alna menjulurkan tangannya.

"Ck, ngerepotin banget, sih lo!" Gavi berdecak kesal belum sampai seminggu gadis itu sudah merepotkan dirinya. Benar-benar menyebalkan.

Gavi membantu Alna naik keatas motornya, dengan bantuan tangannya. Tak lama dari itu motor Gavi melaju kencang membelah jalanan Jakarta yang cukup ramai oleh kendaraan.

Tak membutuhkan waktu lama, motor milik Gavi menyebrangi jalan lalu parkir didepan Indomaret yang akan Alna kunjungi. Gadis itu turun dari motor Gavi.

Melihat Alna yang tak kunjung melangkahkan kakinya masuk kedalam membuat Gavi berdecak, cowok itu membuka helm yang ia gunakan.

"Ngapain masih disini? Cepetan masuk mau beli apa lo, Cel?" Tanya Gavi berdecak kesal.

Alna mengedipkan matanya, mendongak menatap Gavi yang menjulang tinggi didepannya. Tinggi badan Alna hanya sebatas dada Gavi, hingga membuat gadis itu harus mendongak agar dapat melihat wajah Gavi.

"Anterin, kak! Kan aku nggak tau apa-apa!" Pinta Alna dengan wajah polosnya.

Gavi berdecak kesal, demi apapun gadis pendek ini sangat merepotkan dirinya. "Ck, buruan bangsat! Nyusahin banget lo jadi cewek!"

Alna melihat Gavi yang sudah berjalan mendahuluinya, hal itu membuat Alna harus berlari kecil mengejar langkah cowok itu sambil menggerutu kesal.

"Tungguin, kak!" Seru gadis itu, sambil berlari kecil.

"Cepetan, cel!"

"Apaan Cel? Nama aku, 'kan Alna bukan Cel," ujar Alna.

Mereka berdua masuk kedalam Indomaret, Gavi mengikuti langkah Alna yang menuju kulkas berisi banyak sekali susu milo.

"Gue panggil lo boncel, soalnya lo kayak bocah SD pake seragam SMA, pendeknya ngalahin anak SMP!" Sahut Gavi memberitahu.

Hal yang membuat Alna melotot sambil berdecak kesal. Dengan kasar gadis itu mengambil banyak sekali susu milo, karena tangannya yang muat membawa hanya beberapa saja, ia meminta bantuan kepada Gavi agar membantu membawakannya.

"Kak bantuin bawa ya, tangan aku cuma dua jadi gabisa buat megang banyak," Pinta gadis itu, menatap Gavi sambil mengedipkan matanya menunggu reaksi cowok itu.

Lagi, lagi, dan lagi Gavi berdecak kesal mendengar penuturan polos gadis itu. Cowok itu merebut susu milo yang berada dipelukan Alna dengan kasar, hampir saja jatuh jika Alna tidak sigap menangkapnya.

"Hati-hati dong, kak! Selow aja jangan kasar-kasar sama cewek!" Ngegas Alna, tidak terima susu milo kesukaanya sampai jatuh.

"Banyak bacot lo, buruan! Gue tinggal tau rasa!" Gavi meninggalkan Alna yang masih menggerutu kesal sambil mengambil susu milo lagi.

"Ihh tunggu dong, kak! Aku bilangin bunda Sherly nih ya!" Pekik Alna sambil berlari kecil dengan susu milo yang berada dipelukannya.

"Wahh cantik banget ya pacarnya, mas!" Celetuk seorang penjaga kasir, saat mereka berdua meletakkan susu milo yang tak terhintung berapa banyak jumlahnya, karena Alna langsung mengambilnya tanpa berpikir sebanyak apapun itu.

"Dia? Lo bilang ini pacar gue?" Tanya Gavi dengan muka datar sambil menunjuk Alna, tangannya berada tepat didepan wajah gadis itu.

"Apaansih, kak!" Alna berdecak kesal tangan mungilnya menepis tangan kekar milik Gavi.

"Dia bukan pacar gue, dia itu babu gue!" Jawab Gavi sambil berdecak kesal, apa tadi? Pacarnya? Tidak, jangan sampai itu terjadi.

"Apaan? Bukan, Mbak! Aku bukan babunya dia!" Tangan mungil Alna menunjuk Gavi dengan wajah kesal.

"Haha lucu banget ya kalian, masa nggak pacaran, sih? Kalian cocok loh!" Sang penjaga kasir tertawa sambil memberikan plastik belanjaan yang berisi susu milo milik Alna.

"Amit-amit gue, jangan sampai deh Mbak! Mending saya sama Mbak daripada sama boncel itu." Balas Gavi melirik Alna dari ekor matanya.

Mbak kasir itu hanya tersenyum mendengar penuturan Gavi, untung saja ia sudah memiliki suami kalau tidak mungkin sudah ia embat. Lagipula siapa yang mampu menolak Gavi? Seorang cowok tampan yang di idam-idamkan para kaum hawa, lihat saja gadis-gadis yang berlalu-lalang saja menatap Gavi tanpa henti, untung saja gadis-gadis itu tidak menabrak seseorang karena saking asiknya menatap Gavi.

"Dih, ngeselin!" Seru Alna kesal, belum genap sehari gadis itu sudah dibuat kesal oleh sikap Gavi.

"Totalnya dua ratus dua puluh lima ribu ya, dek!" Ucap penjaga kasir memberitahu.

Alna menyondorkan dua uang berwarna pink, dan juga satu uang berwarna biru." Kembaliannya ambil aja, mbak!"

"Sok kaya lo!" Sindir Gavi lalu berlalu meninggalkan Alna.

"Apaan? Orang mau berbuat baik dibilang sok kaya,"

"Kamu kenapa, sih? Ngeselin banget jadi manusia?" Alna menggerutu sambil membawa plastik belanjaannya, membuat orang-orang yang berlalu-lalang tersenyum geli melihat wajah gadis itu yang terlihat lucu.

"Buruan, boncel! Lo mau gue tinggal, hah?" Gavi sedikit berteriak, cowok itu sudah nangkring diatas motornya.

"Astaga, manusia apa itu? Sabar dong, kak!"

"Lo kalo jalan cepetan dikit ngapa? Kek kura-kura jalan lo, lambat banget!" Gerutu Gavi sangat kesal dengan gadis itu.

"Udah nyusahin, ngerepotin, pendek, jalannya lambat, ck! Anjing lama-lama mati gue!"

"Buruan, cel! Lo gue tinggal tau rasa woi! Anjir malah diperlambat jalannya!"

"Ihh sabar dong, kak!"

—tbc—

2143 word!

Reviewnya gaiss!! Tentang part ini! Bisa kalian ss and tag instagram Lala atau tyhrgang yaw! Nanti di repost kok tenang!!

Hi guys!

Apa kabar?

Udah makan? Sehat, 'kan?

Spam komen buat next yaw!

Votenya jangan lupa!

Udah panjang ini, masih mau dipanjangin lagi kah? Partnya?

Lala pernah denger "lebih cepat lebih baik" tapi, kalo cerita ini enggak, kalo cepet² ntar jadinya nggak seru so, mending selow aja yaw! Mikir alurnya biar santay jadinya nambah seru sama idenya terkumpul biar ngikut trend wekawekaweka.

Cewek yangg Gavi bilang boncel!

Pict by: Pin!
So,jangan kaitkan kehidupannya yg direal life,ini cuma buat ngehidupin tokohnya aja yaw!

See you next part yaw!

Papayy!

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 299K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.2M 33.4K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.6M 38K 29
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
594K 25.5K 40
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...