Mixed Story S2

By Naya_Taf

4K 521 88

Season 2 dari Mixed... Seperti biasa cast utama wanita sudah pasti Im Nayeon... Bisa jadi remake atau cerita... More

Exile (1)
Exile (2)
Exile (3)
Puisi Sang Dewa (1)
Puisi Sang Dewa (2)
Scars (1)
Scars (2)
Aku, Kamu & Ayahku
(Remake) No One Knows
Missing You
Elang (1)
Elang (2)
Elang (3)
The Devils
The Devils (2)
Pak Dosen (1)
Pak Dosen (2)

Malam Badai

239 29 4
By Naya_Taf

.
.
.

Mata tajam berwarna coklat keemasan itu terlihat menatap tajam kearah hewan berbulu putih yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berada, serigala besar berwarna coklat itu bersembunyi dibalik sebuah semak belukar. Langkahnya mengendap-endap dengan perlahan keluar dari persembunyiannya.

Matanya tidak pernah lepas menatap kelinci putih yang kini menjadi salah satu mangsa buruannya. Jarak antara serigala dan kelinci tersebut semakin dekat, bahkan sang serigala terlihat sudah mengeluarkan cakarnya dan menampilkan gigi taringnya yang siap untuk menerkam kelinci kecil tersebut.

Saat jarak serigala dan kelinci tersebut kurang dari satu meter, tanpa diduga kelinci kecil tersebut berbalik dan menatap kearah serigala tersebut. Mata bulat kelinci tersebut mengerjap beberapa kali, begitupun dengan sang serigala. Kelinci yang sedang memegang sebuah bunga itu bukannya lari justru dengan tenangnya ia tersenyum dan menyatukan hidung kecilnya pada hidung besar sang serigala.

Membuat tubuh sang serigala mematung ditempatnya, sedangkan sang kelinci sudah berbalik dan kembali fokus dengan bunga-bunga miliknya. Serigala yang diketahui bernama Seungcheol itu seakan terhipnotis dengan kelinci tersebut, melupakan tujuan awalnya untuk memangsa sang kelinci, kini justru ia menatap buntelan kapas tersebut dengan lembut.

Itu lah awal mula Seungcheol, sang serigala besar jatuh cinta pada sang kelinci kecil bernama Nayeon.

.
.
.

Kebiasaan baru Seungcheol dihutan saat ini adalah menatap Nayeon bersama dengan kawanan kelincinya. Sesekali Seungcheol akan tersenyum saat melihat tingkah menggemaskan Nayeon. Sedangkan Jeonghan, teman sesama kawanan serigala hanya bisa menghela nafas melihat tingkah temannya tersebut.

"Bukankah aneh, kau yang seekor serigala justru jatuh cinta dengan seekor kelinci?" bingung Jeonghan, serigala putih itu benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah temannya.

"Kau kan tidak bisa memilih dengan siapa kau jatuh cinta" tutur Seungcheol.

"Tetap saja, perasaanmu itu jatuh tidak pada tempatnya" bukannya Jeonghan tidak mendukung Seungcheol, hanya saja ini akan sedikit rumit.

"Lalu jatuh ditempat yang tepat itu seperti apa?" tanya Seungcheol jengah, ia hanya jatuh cinta pada seekor kelinci bernama Nayeon. Kenapa rasanya itu seperti sebuah dosa besar, pikirnya.

"Kita ini terlahir sebagai serigala, dewa dan dewi sudah menentukan mate untuk kita. Lalu kau malah jatuh cinta pada seekor kelinci yang justru bukan bagian dari kawanan kita" jelas Jeonghan.

"Maksudmu aku dan kelinci itu tidak ditakdirkan bersama, begitu?"

Jeonghan mengangguk, "Kau serigala dan dia itu kelinci, jika kau ingin bersamanya jadilah kelinci, atau kelinci itu yang menjadi serigala. Lagi pula aku belum pernah mendengar ada perkawinan silang antara serigala dan kelinci" ujar Jeonghan.

Mendengar itu Seungcheol menghela nafas berat, "Entahlah, Han" ujarnya.

.
.
.

Nayeon sedang bersama Jaemin sang adik, keduanya duduk direrumputan sebari memakan sebuah wortel segar yang baru saja dibawakan oleh sang ibu. Jaemin sedari tadi tidak fokus pada wortelnya, justru kelinci jantan itu malah fokus pada dua serigala besar yang duduk disebuah batu besar sebari menatap kearah kakaknya.

"Bukan kah mereka terlihat mencurigakan, Kak?" tanya Jaemin pada Nayeon.

Nayeon menoleh kearah sang adik, "Siapa yang kau maksud?" tanya Nayeon bingung.

Jaemin mengarahkan kepalanya pada dua serigala besar, membuat Nayeon mengikuti arah yang ditunjuk oleh Jaemin.

"Oh? Sepertinya aku mengenal salah satu dari serigala itu" ujar Nayeon yang berhasil mendapatkan tatapan bertanya dari Jaemin.

"Yang mana?" tanya Jaemin penasaran.

"Serigala berbulu coklat itu, aku bertemu dengannya disebuah ladang bunga kemarin" jelas Nayeon.

"Kau harus berhati-hati, Kak. Bisa saja kau menjadi santapannya" tuturnya.

Nayeon tersenyum, "Ya, aku tahu. Tapi sepertinya serigala itu baik, kemarin dia menemaniku diladang, menjagaku dari hewan predator lain" ujar Nayeon.

"Jangan terlalu percaya, Kak. Bisa saja serigala itu memiliki maksud lain, jangan terlalu dekat" ujar Jaemin memperingatkan sang kakak.

Nayeon memutar bola matanya malas, "Ayo lah, Jaem. Kau bahkan berteman dengan Renjun dan juga Haechan, Renjun seekor rubah dan Haechan seekor beruang, mereka juga berkesempatan menjadikanmu santapan mereka" Jaemin yang mendengar itu memberikan cengirannya.

"Itu karena aku, Renjun dan Haechan sudah berteman sedari kecil, Kak. Lagi pula keluarga kita mengenal baik keluarga Renjun"

"Terserah kau saja lah"

Nayeon dan Jaemin kembali fokus memakan wortel milik mereka. Sesekali Nayeon mencuri pandang pada serigala coklat yang belum ia ketahui namanya tersebut.

"Ah, sebentar lagi akan memasuki musim perjodohan. Ayah bilang tahun ini kau akan dijodohkan" kalimat Jaemin membuat Nayeon terkejut, ia bahkan sempat melupakan hal penting tersebut.

"Apa kau sudah tahu siapa yang akan dijodohkan denganmu?"

Nayeon menggeleng. Membuat Jaemin menghela nafas, padahal ia sangat penasaran sekiranya kelinci mana yang akan menjadi kakak iparnya.

"Menurutmu siapa?" tanya Jaemin antusias.

"Entah, menurutmu?"

Jaemin terlihat berpikir dengan mulut yang sibuk mengunyah wortel.

"Kak Doyoung? Atau Kak Jungkook? Mereka kandidat terkuat untuk saat ini menurutku, atau mungkin bukan keduanya"

"Ya, kau benar. Bagaimana bisa aku melupakan kedua kelinci itu" tutur Nayeon.

"Nayeon!"

Nayeon dan Jaemin menoleh, seekor rusa jantan itu berdiri tidak jauh dari mereka. Ia adalah Joshua, salah satu teman Nayeon dari kawanan lain.

"Bilang ibu jika aku pergi dengan Joshua" setelah mengatakan itu Nayeon segera melompat menghampiri Joshua.

Jaemin hanya bisa mengangguk pasrah. Setelah melihat rusa Joshua dan kelinci Nayeon pergi, Jaemin juga segera melompat dari tempatnya untuk pulang ke rumah.

.
.
.

"Kenapa kawananmu terlihat sibuk? Seperti akan pindah saja" tutur Nayeon saat melihat kawanan Joshua yang terlihat sibuk mengumpulkan makanan.

"Kau tidak tahu?" tanya Joshua.

Nayeon menatap sahabatnya dengan pandangan bertanya, "Tahu apa?" bingungnya.

"Menurut kabar ramalan kawanan kera, besok akan terjadi badai yang sangat besar. Maka dari itu kawananku sedang mencari goa untuk kami tinggal sementara sampai badai besar pergi" jelas Joshua.

"Ahh jadi begitu, kedua orang tua ku tidak mengatakan apapun, entahlah" ujarnya.

"Lagi pula rumah mu itu ada didalam tanah, kau tidak perlu sibuk mengungsi seperti kawanan lain"

"Ah benar juga"

Saat tengah asik berbincang mereka berdua dikagetkan dengan kehadiran seekor serigala besar berwarna hitam yang sosoknya datang dari balik batu besar.

"Naik lah" titah Joshua pada Nayeon, ia tahu jika kelinci kecil itu sedikit takut dengan serigala tersebut.

Nayeon dengan tubuh kelincinya segera melompat kearah punggung rusa milik Joshua, kemudian melompat kearah kepala Joshua dan berdiam diri diantara kedua tanduk gagah milik Joshua.

"Waw, aku tidak menyangka akan mendapatkan dua santapan lezat sekaligus, seekor rusa dan juga kelinci" ujar serigala tersebut sebari menyeringai, menampilkan taring besarnya.

Joshua sudah siap akan berlari untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan juga Nayeon, namun suara lain muncul dari arah semak belukar.

"Jangan mengganggu temanku, John" itu suara Seungcheol yang datang bersama dengan Jeonghan.

"Itu serigala yang aku ceritakan padamu" bisik Nayeon pada Joshua.

"Ah dia"

"Mereka temanmu? Yang benar saja" serigala bernama Johnny itu berdecih meremehkan.

"Ya mereka adalah temanku, jadi lebih baik kau pergi dari sini" usir Seungcheol.

Johnny kembali berdecih, "Kau berhutang satu rusa padaku" ujar Johnny, setelahnya ia benar-benar pergi dari sana meninggalkan Nayeon dan Joshua.

Setelah melihat kepergian Johnny, Nayeon melompat tutun dari tubuh Joshua.

"Terima kasih atas bantuanmu" ujar Nayeon tulus.

Seungcheol tersenyum, namun senyuman itu membuat Nayeon dan Joshua bergidig ngeri karena menampilkan gigi-gigi besar juga taring tajam.

"Bukan masalah besar" ujar Seungcheol.

Disebelahnya, Jeonghan memutar bola matanya malas, "Ya tentu saja, itu karena kau menyukainya" cibir Jeonghan, membuat Seungcheol mendelik kearahnya.

"Apa aku boleh tahu nama mu?" tanya Nayeon.

"Nama ku Seungcheol"

Nayeon tersenyum kemudian mengangguk, "Terima kasih Seungcheol atas bantuanmu untuk kemarin diladang bunga dan juga hari ini" ujarnya.

.
.
.

"Ayo lah, bu. Aku hanya sebentar, aku berjanji tidak akan lama, bu" rengek Nayeon kearah sang ibu.

"Tidak, kau tahu bukan sebentar lagi malam. Akan sangat berbahaya jika kau keluar dari lubang, banyak predator diluar sana yang sedang berburu diwaktu sore dan malam, ibu tidak izinkan"

Nayeon mencebik, ia beralih kearah sang ayah, "Jangan menatap ayahmu, beliau juga tidak akan mengizinkanmu pergi" tutur sang ibu yang paham Nayeon mencoba untuk merayu sang ayah.

"Tapi wortel wortelku tertinggal disana bu"

"Oh astaga, kau ini. Lihat? Ibu sudah mengambil banyak sekali wortel, untuk persediaan kita sebulan kedepan, kau tidak perlu mencari alasan apapun" ujar sang ibu sebari menunjuk tumpukan wortel.

Nayeon harus menelan pil pahit kegagalan dalam merayu sang ibu.

"Dimana adikmu?"

"Aku disini bu" sahut Jaemin yang baru saja masuk kedalam lubang rumah mereka. Sang ibu yang melihat itu mengangguk dan bernafas lega.

"Hari ini dan entah sampai beberapa hari kedepan, kita tidak akan keluar lubang, ramalan menunjukan jika akan terjadi badai besar" ujar sang ayah.

"Baik ayah" sahut Nayeon dan Jaemin bersamaan.

.
.
.

Bukan Nayeon namanya jika ia patuh pada larangan, buntelan seputih kapas itu melompat pelan menyusuri ladang wortel. Nayeon berencana mengambil beberapa wortel yang sempat dipetiknya siang tadi, namun ia tinggal begitu saja karena ia harus bersembunyi dari seekor anjing penjaga disana.

"Ketemu" pekiknya senang.

Saat Nayeon akan mengambil wortel miliknya, ia dikagetkan dengan suara langit yang bergemuruh juga petir yang menyambar. Hujan deras turun membasahi bulu putihnya.

"Aishh, kenapa harus hujan disaat seperti ini sih" Nayeon melompat cepat dengan kantung wortel yang terdapat dipunggungnya.

Bulu putihnya kini sudah berwarna kecoklatan karena percikan tanah. Nayeon dapat merasakan jika angin yang berhembus sangatlah kencang membuatnya sempat kesulitan untuk melompat, dan Nayeon baru menyadari jika badai datang lebih cepat dari ramalan para kera.

Saat ia masih mencoba untuk kembali melompat menerjang badai, ia mendengar suara geraman.

"Oh tidak, aku mohon jangan sekarang" mohon Nayeon.

Nayeon tidak bodoh untuk mengetahui jika itu adalah suara geraman dari seekor serigala. Dan benar saja, tubuh kecilnya terpental kencang akibat dorongan dari hidung serigala besar tersebut, membuatnya berguling diatas tanah. Nayeon mengerjapkan matanya beberapa kali, dapat ia lihat seekor serigala berlari kearahnya seolah bersiap untuk mengkoyak dagingnya.

Tidak siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, Nayeon memejamkan matanya, dalam hati merapalkan doa kepada dewa untuk keselamatannya dan mulai menyesali ketidak patuhannya kepada sang ibu.

BRUK

Nayeon membuka matanya kembali saat mendengar suara benturan antara tubuh dan tanah tersebut, serigala yang berlari kearahnya itu terlihat terguling diatas tanah.

"Seungcheol?" lirih Nayeon.

Ada serigala lain yang datang menyelamatkannya dan mendorong kuat tubuh serigala yang akan menyerangnya, dan serigala itu adalah Seungcheol. Seungcheol segera berlari kearah Nayeon, tanpa bertanya lebih dahulu Seungcheol menggigit tengkuk Nayeon dan mebawanya berlari, seperti seekor induk serigala yang sedang membawa anaknya.

Seungcheol membawa Nayeon kedalam sebuah goa, setidaknya mereka harus menghindari badai terlebih dahulu. Seungcheol menurunkan Nayeon dengan perlahan tidak ingin tubuh kecil itu terluka barang sedikitpun.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Seungcheol.

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit terkejut" jujur Nayeon.

"Kita berteduh disini terlebih dahulu, setidaknya sampai badai berhenti" tutur Seungcheol sebari menatap kearah luar goa dimana hujan dan angin kencang bertiup, menerbangkan beberapa ranting pohon.

Nayeon menatap sedih kearah luar goa, "Tapi aku harus segera kembali, kedua orang tua ku dan adikku pasti khawatir" ujarnya pelan.

Seungcheol menghela nafas, "Akan berbahaya jika kau keluar ditengah badai" tutur Seungcheol.

Serigala besar itu masuk lebih dalam dan mulai merebahkan tubuhnya dengan santai didalam goa.

"Tenang saja aku tidak akan memakanmu, jika itu yang kau khawatirkan" ujar Seungcheol sebari terkekeh, kini ia sibuk menjilati tubuhnya sendiri yang basah terkena hujan.

Nayeon yang mendengar itu sedikit menegang, ia berbalik menatap Seungcheol. Nayeon menghela nafas, lalu melompat kecil kearah Seungcheol.

"Tidak, aku tidak takut kau akan memakanku" ujar Nayeon.

Seungcheol menatap Nayeon ragu, "Benarkah?" tanyanya, Nayeon mengangguk lucu.

"Kalau kau berniat memakanku, sudah dari awal saat kita bertemu diladang bunga kau sudah mengkoyak tubuh kecilku ini, bukan begitu, tuan serigala?"

Seungcheol tersenyum, "Awalnya aku memang ingin memakanmu" jujur Seungcheol.

Membuat mata Nayeon membola lucu, "Tapi tidak jadi" lanjutnya.

"Kenapa?" tanya Nayeon penasaran.

'karena aku jatuh cinta padamu' batin Seungcheol.

"Aku rasa dagingmu tidak seenak itu, lagi pula tubuhmu terlalu kecil, aku lebih tertarik dengan teman rusamu" ledek Seungcheol.

"Yak! Jangan pernah kau sentuh Joshua" pekik Nayeon.

Seungcheol tertawa, "Baiklah baiklah, maafkan aku. Aku hanya bercanda" ujarnya.

Nayeon hanya berdecih, ia melepaskan kantung wortelnya dan memilih untuk merebahkan tubuhnya disebelah Seungcheol sebari memandangi hujan badai dari dalam goa. Hanya ada keheningan yang menyelimuti dua hewan berbeda jenis tersebut, ditemani dengan suara gemuruh dari badai, membuat nafas Nayeon lama-lama semakin teratur dengan mata yang terpejam, seolah suara badai tersebut merupakan lagu penghantar tidur.

Seungcheol melirik kearah buntelan bulu tersebut, ia tersenyum saat menyadari jika Nayeon sudah tertidur pulas. Dengan tangan besarnya ia menggeser tubuh Nayeon agar semakin dekat dengan tubuhnya, dengan tujuan memberikan kehangatan pada tubuh kecil Nayeon. Tidak lama kemudian Seungcheol juga jatuh tertidur, dengan tubuh kelinci Nayeon dalam dekapannya.

"Selamat tidur, kelinci kecil"

.
.
.

Sudah hampir dua hari ini Seungcheol dan Nayeon selalu bersama, badai tidak kunjung berhenti, entah sampai kapan mereka bisa bertahan didalam goa tersebut. Persediaan wortel Nayeon juga tidak sebanyak itu, bahkan tidak akan bertahan selama seminggu lamanya. Dibanding itu, Nayeon lebih mengkhawatirkan Seungcheol, serigala itu tidak memakan apapun selama dua hari ini.

"Seungcheol" panggil Nayeon.

"Ya?"

"Kau tidak lapar?" tanya Nayeon.

"Tentu saja aku lapar" sahut Seungcheol.

"Kau ingin mencoba wortel milikku?" tawar Nayeon sebari mengulurkan wortel miliknya kearah Seungcheol.

"Tidak, terima kasih. Kau lebih butuh itu" ujar Seungcheol.

"Tapi kau harus makan"

"Jika badai berhenti aku bisa berburu rusa sebanyak apapun yang aku mau" ujarnya terkesan sombong.

Nayeon menghela nafas, ia benar-benar khawatir saat ini. Sedangkan Seungcheol sebisa mungkin menahan rasa laparnya, ia tidak ingin menyakiti dan menakuti Nayeon meskipun insting berburunya sudah sangat ingin mengkoyak tubuh Nayeon, belum lagi sebelum badai datang Seungcheol belum sempat untuk berburu hewan apapun.

3 hari

4 hari

5 hari

Satu minggu

Seungcheol bisa bertahan dengan rasa laparnya, badai tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Namun diminggu kedua Seungcheol sudah mulai merasakan kelaparan yang luar biasa, tubuhnya sama sekali tidak bertenaga, serigala gagah itu berubah menjadi seekor serigala yang kurus. Nayeon menangis melihat keadaan Seungcheol yang semakin tidak berdaya, melihat Nayeon menangis membuat Seungcheol tersenyum lemah.

"Jangan menangis" ujarnya dengan suara lemah.

"Seungcheol, kau bisa memakanku" ujar Nayeon disela isak tangisnya.

"Aku tidak akan memakanmu, Nayeon"

Nayeon semakin menangis mendengar itu, "Aku mohon, makan saja aku, Seungcheol. Kau bisa mati jika terus seperti ini" Nayeon dengan suara paraunya semakin memohon kepada Seungcheol.

Ia rela jika Seungcheol memakannya, asal serigala itu bisa bertahan hidup. Nayeon tidak ingin kehilangan Seungcheol.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan memakanmu"

"Kenapa kau melakukan ini, Seungcheol? Aku mohon makan lah aku"

Seungcheol tersenyum, "Karena aku mencintaimu, Nayeon. Aku tidak mungkin memakan kelinci yang aku cintai" ujarnya.

Nayeon semakin terisak, "Aku juga mencintaimu, Seungcheol. Aku tidak ingin kau mati kelaparan"

"Hei, aku tidak apa-apa. Kau harus keluar dari goa ini, bukan kah sebentar lagi kau akan mengikuti perjodohan dari kawananmu? Menikahlah dan hidup bahagia"

Nayeon menggeleng, ia mengusakkan kepala kecilnya pada leher besar Seungcheol.

"Aku mencintaimu, aku ingin bersamamu"

"Mungkin dikehidupan selanjutnya kita bisa bersama, namun tidak disini" suara Seungcheol semakin melemah dan Nayeon menyadari hal itu.

Nafas serigala itu sedikit memburu namun lama kelamaan semakin teratur. Mata yang terbuka itu perlahan menutup dengan hembusan nafas yang juga ikut berhenti, membuat Nayeon menangis memeluki tubuh kaku serigala Seungcheol yang sudah tidak bernyawa.

Lucu memang, ketika serigala jatuh cinta pada hewan buruannya sendiri, bahkan rela mati kelaparan, entah seberapa besar rasa cinta yang dimilikinya.






















































































Mata itu terbuka dengan nafas tidak beraturan, serta peluh yang membasahi kening pria yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia memegang dadanya, jantungnya berdetak sangat kencang, ia bangkit dari tidurnya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang.

Ia melirik sebuah buku cerita yang sempat ia baca sebelum tidur.

'Serigala & Kelinci dimalam badai'

Sedikit menyisir rambutnya yang basah karena keringat, "Mimpi apa itu? Kenapa terasa nyata sekali, sepertinya karena aku terlalu masuk kedalam cerita yang aku baca" monolognya, ia masih sibuk menormalkan detak jantungnya.

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok pria cantik, "Oh kau sudah bangun, Seungcheol-ah? Baru saja aku ingin membangunkanmu" itu adalah Jeonghan teman satu flat pria bernama Seungcheol tersebut.

"Sarapan sudah siap, aku harus segera berangkat ke kampus" ujarnya.

"Eum, gomawo" ujar Seungcheol.

Setelah kepergian Jeonghan, Seungcheol segera bergegas menuju kamar mandi. Ia harus segera berangkat ke kampus jika tidak ingin telat dimata kuliah pertama. Sejenak melupakan tentang mimpi anehnya tersebut.

.
.
.

Seungcheol berjalan beriringan dengan Jeonghan disebelahnya, kedua pria tampan itu sedang berjalan di koridor kampus menuju perpustakaan. Dari arah berlawanan, Seungcheol dapat melihat seorang wanita yang sedang berjalan dengan seorang pria yang lebih tinggi dari wanita tersebut.

Namun langkah wanita dan pria disebelahnya itu harus terhenti karena kedatangan seseorang yang menghadang langkah keduanya. Seungcheol tahu betul siapa pria yang menghadang, kebetulan mereka berada disatu fakultas yang sama.

"Wow, aku tidak menyangka akan bertemu dengan dua mahasiswa populer dari fakultas ilmu gizi" ujar Johnny.

"Jadi bagaimana, Nayeon-ah? Apa kau sudah mendapatkan jawaban dari ajakan kencanku?" tanya Johnny.

Wanita itu- Nayeon, memutar bola matanya malas. Johnny adalah salah satu casanova dari fakultas teknik, entah sudah berapa banyak wanita yang menjadi korbannya.

Joshua yang merupakan sahabat Nayeon segera membawa tubuh Nayeon kebelakang tubuhnya, ia tidak akan membiarkan pria bernama Johnny itu mengganggu sahabatnya.

"Jangan mengganggunya, kau tidak lihat kalau sahabatku itu tidak menyukaimu?" ujar Joshua.

"Oh, benarkah? Kenapa tidak tanyakan saja pada Nayeon, bagaimana Nayeon-ah?" tanya Johnny sebari mengedipkan sebelah matanya kearah Nayeon, membuat Nayeon bergidik ngeri.

"Sudah lah, John. Gadis itu tidak menyukaimu, jangan mengganggunya, jangan buat malu fakultas teknik karena kelakuan genitmu itu" tiba-tiba saja Seungcheol datang menyela.

"Ck, yang benar saja, bisa kah kau tidak mengganggu kesenanganku?" kesal Johnny.

"Cepat pergi, atau aku tidak akan membantumu dalam urusan absen" ancam Seungcheol.

Johnny lemah jika berurusan dengan absennya dikelas, bagaimana pun Seungcheol adalah ketua kelasnya.

"Aku titip absen kalau begitu" ujar Johnny dengan cengirannya, setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan Nayeon dan Joshua.

Jeonghan yang berdiri disebelah Seungcheol terlihat tertarik dengan apa yang Seungcheol lakukan saat ini, ayo lah Seungcheol adalah pria yang tidak akan pernah mau berurusan dengan hal yang menurutnya tidak penting. Biasanya Seungcheol akan pergi begitu saja jika melihat Johnny sedang menggoda wanita dari fakultas lain, tanpa perlu repot-repot menghentikan kegiatan genit Johnny.

Nayeon keluar dari balik tubuh Joshua, "Terima kasih karena sudah membuat Johnny pergi" ujarnya sebari menunduk kearah Seungcheol.

"Bukan apa-apa" jawab Seungcheol, ada senyuman tipis dibibirnya dan tentu saja itu disadari oleh Jeonghan.

"Kalau begitu kami duluan" pamit Nayeon sebari membungkuk, sedangkan Joshua hanya mengangguk singkat kearah Seungcheol dan juga Jeonghan.

Setelahnya mereka berdua pergi meninggalkan Seungcheol dan juga Jeonghan, Jeonghan menatap Seungcheol yang masih menatap kearah punggung Nayeon dengan sebuah senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

Jeonghan menyeringai, "Kau menyukainya, eoh?" godanya.

Seungcheol segera menoleh kearah Jeonghan, "Maksudmu?" bingungnya.

"Kau terlihat tertarik dengan gadis itu, rupanya kau bisa jatuh cinta juga, Cheol-ah" nada menggoda Jeonghan tujukan untuk Seungcheol, membuat Seungcheol mendelik kearahnya.

"Tentu saja, aku masih pria normal yang bisa jatuh cinta dengan gadis cantik sepertinya" ujar Seungcheol sebari berjalan lebih dulu.

Jeonghan menyusul menyamakan langkahnya, "Jadi kau mengakui jika saat ini kau sedang jatuh cinta dengan Nayeon? Dan kau mengakui jika Nayeon adalah gadis yang cantik, bukan begitu?"

"Nayeon?" tanya Seungcheol.

"Ya, gadis itu bernama Nayeon"

Seungcheol terlihat berpikir, "Nama yang familiar" gumamnya, "Apa aku pernah mendengar nama itu sebelumnya?" tambahnya.

.
.
.

"Yakin kau tidak ingin ku antar pulang?" tanya Joshua memastikan.

Nayeon menggeleng, "Tidak, tugasku masih banyak. Lagi pula malam ini bukan kah kau ada kencan dengan Jisoo? Pergilah jangan biarkan Jisoo menunggu" tutur Nayeon dengan sebuah senyuman.

Joshua menghela nafas, "Baiklah, kabari aku jika terjadi sesuatu" Nayeon hanya mengangguk sebagai respon.

Setelah kepergian Joshua, Nayeon kembali pada tugas kuliahnya. Saat ini ia berada diperpustakaan, beberapa jam terlewati begitu saja tanpa sadar jika langit jingga sudah berganti dengan gelapnya malam. Nayeon dengan buru-buru membereskan buku-bukunya, ia harus segera pulang kerumah.

Nayeon berjalan seorang diri dikoridor kampus dengan lampu yang sedikit temaram, kampus sudah mulai sepi hanya sisa beberapa mahasiswa dan juga dosen yang masih berada disana. Sesampainya dilobi Nayeon mengumpati habis-habisan cuaca yang tiba-tiba turun hujan, ia tidak mungkin berlari kearah halte bus.

"Tapi tidak ada pilihan lain" rengeknya.

Setelah bergelut dengan pikirannya, Nayeon mengambil keputusan jika ia akan berlari menuju halte, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Nayeon sudah bersiap untuk berlari menerobos hujan, namun belum sempat ia melangkah seseorang sudah lebih dulu menahan pergelangan tangannya, membuat Nayeon menoleh.

"Eoh? Kau?"

"Jangan berlari menerobos hujan, kau bisa demam" ujar Seungcheol.

Nayeon meringis, ia benar-benar malu saat ini. Seungcheol hanya tersenyum, ia mengambil sebuah payung berwarna kuning dari dalam tas ranselnya.

"Pakai ini" ia mengulurkan payung miliknya pada Nayeon.

"Ah tidak perlu" tolak Nayeon sebari mengibas-ngibaskan tangannya.

"Pakai" titah Seungcheol, satu tangannya ia pakai untuk menarik tangan Nayeon dan meletakan payung miliknya pada telapak tangan Nayeon.

"Tapi-

"Kau harus cepat pulang, sebelum hari semakin malam dan suhu semakin dingin"

Nayeon menghela nafas, lagi-lagi pria yang tidak ia ketahui namanya itu kembali membantunya.

"Terima kasih" ujarnya.

Seungcheol hanya tersenyum sebari mengangguk pelan, Nayeon membuka payung tersebut.

"Kalau begitu aku duluan" ujar Nayeon.

"Hati-hati"

TAP


TAP


TAP

TAP

Saat dilangkah kelima Nayeon mengurungkan niatnya, ia berbalik dan menatap Seungcheol yang ternyata masih menatapnya, membuat Seungcheol sedikit terkejut karena tiba-tiba Nayeon berbalik dan menatapnya.

Seungcheol mengerutkan keningnya saat melihat Nayeon berlari kecil kearahnya, "Kau pulang kemana?" tanya Nayeon tiba-tiba.

"Flat?"

"Maksudku daerah mana?"

"Ahh, distrik gangnam yang tidak terlalu jauh dari sini"

Nayeon mengangguk, "Kalau begitu kita bisa pulang bersama, rumahku juga berada di distrik gangnam, kita menaiki bus yang sama" ujar Nayeon dengan sebuah senyuman.

Seungcheol menahan nafasnya saat melihat senyuman Nayeon yang ditujukan untuknya, jantungnya berdetak kencang, rasanya sama ketika ia terbangun pagi tadi setelah mengalami mimpi yang aneh tentang seekor serigala dan kelinci.

"Ayo" ajak Nayeon, membuat Seungcheol tersadar dari lamunannya.

Seungcheol mengangguk, sebelum itu ia melepaskan jaket denim yang dipakainya dan memakaikannya kepada Nayeon, dan jujur saja perlakuan itu mampu membuat Nayeon sedikit salah tingkah, bahkan pipinya kini mulai menghangat.

Setelahnya Seungcheol mengambil alih payung yang dipegang oleh Nayeon.

"Aku yang akan memegang payungnya" ujar Seungcheol.

Nayeon hanya tersenyum dan mengangguk menyetujuinya, bagaimanapun pria itu lebih tinggi darinya dan itu akan memudahkan mereka.

Kini keduanya mulai melangkah dan menyebrang jalan dengan berlari kecil, kedua kaki mereka melangkah seirama menimbulkan percikan air disetiap langkah mereka. Sesampainya didepan sebuah halte, Seungcheol terlihat menatap kearah Nayeon memeriksa keadaan wanita itu, ia takut jika Nayeon terkena hujan karena tidak terlindungi oleh payung yang dipegangnya.

"Kau baik-baik saja? Tidak terkena hujan, kan?" tanya Seungcheol.

Nayeon menggeleng pelan, "Tidak, justru kau yang kebasahan" tunjuk Nayeon pada lengan sebelah kiri Seungcheol, dan benar saja kaos hitam yang dipakainya itu terlihat sedikit basah.

~

Mereka sudah berada didalam sebuah bus, dengan Nayeon duduk didekat jendela dan Seungcheol disebelahnya. Hujan diluar sana semakin deras saja, pikir Nayeon.

Nayeon menguap merasakan kantuk yang tidak tertahankan, beberapa kali kepalanya terhantuk pada kaca jendela bus, melihat itu membuat Seungcheol terkekeh kecil. Nayeon terlihat sangat menggemaskan ketika sedang menahan rasa kantuknya.

"Kau turun dihalte berapa?" tanya Seungcheol.

Nayeon mengerjapkan matanya beberapa kali, "Halte 6" jawab Nayeon.

"Masih ada 4 halte lagi sebelum halte tujuanmu, tidurlah. Jika sudah dekat aku bangunkan" ujar Seungcheol sebari membawa kepala Nayeon untuk bersandar pada pundaknya, Nayeon tidak protes ia justru mulai menyamankan posisi kepalanya pada pundak lebar Seungcheol.

Tidak lama kemudian Seungcheol mendengar suara nafas teratur dari Nayeon, wanita itu sudah tertidur lelap dibahunya. Seungcheol tersenyum, ia mengancingkan jaket miliknya dengan benar pada tubuh Nayeon agar wanita itu merasa hangat.

Ada perasaan familiar dihati Seungcheol, entah kenapa ia merasa pernah melakukan hal yang sama dengan apa yang ia lakukan pada Nayeon saat ini. Seungcheol tidak ingat, namun ia seperti merasa deja vu saat ini.

"Selamat tidur, Nayeon-ssi" ujarnya lembut.

~

Seungcheol membangunkan Nayeon ketika bus yang mereka naiki hampir sampai di halte tujuan Nayeon. Tidak lama kemudian bus itu berhenti, di halte tujuan Nayeon.

"Terima kasih untuk payungnya-

"Seungcheol"

Nayeon tersenyum, "Terima kasih untuk payungnya dan juga pundakmu, Seungcheol-ssi" tutur Nayeon.

Seungcheol tersenyum, "Kalau begitu aku akan turun" ujar Nayeon.

Nayeon melangkah untuk turun dari bus yang dinaikinya, sampai suara Seungcheol yang memanggil namanya membuat Nayeon menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menatap Seungcheol.

"Nayeon-ssi, sepertinya aku menyukaimu" ungkap Seungcheol.

Nayeon tersenyum mendengar ungkapan perasaan Seungcheol untuknya, untung saja didalam bus hanya ada mereka berdua dan sang supir bus.

"Mau kah kau mencoba untuk berkencan denganku?"

Nayeon menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdetak kencang dan pipinya terasa menghangat.

"Ya" satu kata itu benar-benar membuat perasaan membuncah dalam hati Seungcheol.

"Aku akan turun" ujar Nayeon buru-buru, ia sudah tidak kuat menahan rasa malunya.

"Hati-hati dengan langkahmu, semoga tidurmu nyenyak" ujar Seungcheol, tidak peduli Nayeon mendengarnya atau tidak karena saat ia mengatakan itu, Nayeon sudah melompat turun dari bus.

Bus mulai melaju kembali, Nayeon melambaikan tangannya kearah Seungcheol. Setelah bus benar-benar melaju jauh, Nayeon menangkup kedua pipinya.

"Oh astaga, pria itu benar-benar"

"Sampai kapan kau akan bertingkah seperti itu, Noona?" mendengar suara orang lain, Nayeon segera berbalik.

Ada Jaemin sang adik yang berdiri menatapnya aneh. Nayeon segera berlari kecil kearah Jaemin dan mengambil satu buah payung lain yang Jaemin bawa untuknya, ia bahkan lupa jika sebelumnya sempat mengirim pesan pada Jaemin untuk menjemputnya dihalte.






End

.
.
.

Cerita ini terinspirasi dari gambar ini

Dan juga buku cerita yang ada di drakor masters sun, cuma kalau di drakor serigala sama domba hehe

Happy reading, guys...
Maaf kalau ada typo🙏
Terima kasih😊🫶















Continue Reading

You'll Also Like

7.3M 417K 56
''You remind me of the ocean..'' ''Is it because I'm deep and mysterious?'' he asks. ''No, because you're salty and scare the shit out of people'' ©2...
1M 56.3K 58
𝐒𝐜𝐞𝐧𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞〢𝐁𝐲 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 〈𝐛𝐨𝐨𝐤 1〉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒆𝒔 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
1.6K 131 6
[𝘝𝘢𝘳𝘪𝘰𝘶𝘴!𝘊𝘳𝘦𝘦𝘱𝘺𝘱𝘢𝘴𝘵𝘢 𝘹 𝘍𝘦𝘮𝘢𝘭𝘦!𝘳𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳] "𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐚 𝐫𝐨𝐲𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐢𝐧 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐚𝐬𝐬." 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇, 𝘼𝙣 u...