✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

Por DeaPuspita611

370K 23.1K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... Más

[Day 00] ㅡ PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 43] ESCAPED

3.7K 249 20
Por DeaPuspita611

Happy reading in #day43

#cacil

ca·cil
Amat kecil (jika dibandingkan dengan pasangannya atau yang lainnya); terlalu kecil daripada pasangannya

Hari sudah menjelang sore saat Xavier dan Aksa berhasil keluar dari wilayah mansion Xavier. Mereka benar-benar cukup kesulitan keluar dari bangunan megah itu. Jangan ditanya lagi mengapa, keamanan Adhiyaksa memang sangat ketat, bahkan ada beberapa orang yang berjaga di setiap sudutnya.

"Kamu tidak apa? Tidak ada yang terluka, kan?" tanya Xavier khawatir. Ini salahnya juga menuruti ide gila si kesayangan untuk memanjat lewat pohon. Alhasil, saat dirinya belum menginjakkan kaki, Aksara malah dengan gila langsung melompat turun. Membuat Xavier yang tengah berusaha turun, merasa jantungnya berhenti sejenak. Aksa memang cacil daripada Xavier, tapi gerakannya sungguh lincah.

Ia bahkan ingin memarahi si kecil karena melakukan hal nekat seperti itu. Tapi saat menatap cengiran di wajah manis itu, ia hanya bisa meredam kemarahannya kembali.

"Aksa sudah bilang tidak papa, Vier ... lagi pula, pas jaman sekolah dulu Aksa juga sering kok kabur kayak gitu."

"Tetap saja itu berbahaya, Sweetheart."

"Iya, janji tidak akan mengulangi lagi, jangan marah sama Aksa. Maaf ..."

Xavier menggeleng pelan, tangannya terulur mengusap rambut si kecil. Ia tidak marah, hanya saja ia tidak suka saat kesayangannya terluka, apalagi saat bersamanya.

"Lalu kita harus ke mana sekarang?"

"Ben!" Si kecil ini langsung memekik setelah berpikir beberapa saat. "Mansion Vier searah dengan rumah Ben, Vier bawa ponsel?"

Xavier menggeleng, "Ponselku disita."

"Uang?" Xavier kembali menggeleng. Jangankan uang, memakai sepatu seperti sekarang pun Xavier sudah beruntung.

Aksa menggeledah saku celananya, tatapannya berbinar melihat dua lembar uang merah di sana. Ia baru ingat sempat mengambil uang saat melarikan diri, namun belum terpakai karena bertemu dengan Giozan.

"Aksa ada! Ayo, Vier cari taksi!"

Keduanya bermodalkan uang 200 ribu, pergi mencari tumpangan untuk pergi ke rumah Ben. Ternyata jaraknya memang tidak sejauh itu, hanya dalam waktu satu jam keduanya sudah tiba di depan rumah Ben.

Senyum Aksa terlihat ceria saat menerima uang biru sebagai kembalian. "Vier, masih sisa!"

"Imutnya ..."

Melihat bagaimana tingkah Aksa yang selalu menggemaskan di matanya, membuatnya terkekeh pelan. Keduanya berjalan menuju gerbang, saat melongokkan kepala, Aksa dapat melihat tiga motor sport yang terpakir di depan rumah Ben. Dia kenal dengan motor itu.

Bahkan, bertepatan saat mereka keluar.

"DANU! OJAK! BEN! AKSA DI SINI!"

Ketiganya menoleh, bahkan sampai membulatkan mata. Melihat temannya berdiri di samping orang yang sangat mereka kenal.

"ANJING, SA! LO KOK BISA DI SINI?!"

Ben langsung membuka pagar, Danu juga langsung menarik Aksa menjauhi Xavier. Membuat ekspresi Xavier muram.

"Aksa kabur ..."

"Si anying! Gue tinggal sehari aja dah kabur lo." Aksa hanya menyengir mendengar sahabatnya itu.

"Kalian mau ke mana?" Xavier bertanya saat seseorang dari mereka mengeluarkan motor.

"Ke rumah sakit, jenguk Nada sekalian ketemu Natalie ada hal penting yang mau kita tanyain ke dia," ujar Ozarn sambil memutar-mutar kunci motornya.

"Untuk apa kalian bertemu Natalie?"

Kini tatapan ketiganya terarah pada Xavier. Apalagi Danuar.

"Anda tidak tahu? Mattheo hilang, kita mau minta tolong ke Natalie buat lacak," ucap Danuar yang sedikit kebingungan karena boss Mattheo sendiri bahkan tidak tahu di mana lokasi asistennya.

Xavier tertegun sejenak, ia tidak tahu jika Mattheo menghilang. Yang ia tahu, Mattheo memang dilarang datang ke mansion.

"Tuh kan! Aksa bilang juga apa?! Ada yang terjadi sama Pak Theo, kan!"

"Baiklah, kami ikut. Pinjam salah satu motor kalian."

Ben dan Danuar saling beradu pandang. Mereka tidak yakin dengan Xavier yang ingin mengendarai motor. Mereka sangat tahu sang pemilik Adhiyaksa ini hidup di kalangan miliarder, mereka bahkan tidak pernah mengendarai kendaraan apapun sendiri dan hanya diantar oleh supir pribadi.

"Anda yakin? Apa perlu kami panggilkan taksi saja?" tawar Danuar tanpa bermaksud merendahkan Xavier.

"Percayalah, aku memiliki perusahaan otomotif, mengendarai motor ini mudah bagiku. Sini kuncinya!"

Danuar menyodorkan kunci motornya ke Xavier, tapi kalah cepat dengan Ben yang langsung meletakkan kunvi miliknya di telapak tangan besar milik Xavier, bahkan tangannya terlihat cacil jika disandingkan dengan tangan Xavier.

"Saya sama Ozarn aja. Pak Xavier sama Aksa dan lo sendiri ya, Dan. Pacar lo kan belom ketemu," ucap Ben yang dibalas anggukan dari yang lain. Terutama, Danuar yang menatap malas ke arah Ben. Sial! Ia jadi merasa seperti obat nyamuk.

3 motor itu melaju dengan cepat tanpa kenal takut. Apalagi Xavier, melihat bagaimana kondisinya pria itu membawa motor, rasa khawatir mereka langsung menghilang. Bahkan, tidak terasa mereka sudah sampai di pelataran rumah sakit. Padahal, beberapa waktu yang lalu mereka masih di rumah Ben. Rumah sakit memang cukup dekat, hanya membutuhkan setengah jam perjalanan tetapi mereka sampai di sana hanya dalam waktu 15 menit saja.

Mereka berlima dengan cepat melangkahkan kaki mereka memasuki rumah sakit megah itu dan terus berjalan walau semua mata tertuju kepada mereka. Siapa yang tidak mengenal mereka? Mereka andalah 5 orang dari pemilik perusahaan ternama yang terkenal se-negeri itu. Adhiyaksa, Ranendra, Anjasena, Irisendra dan Yudhistira.

"Lantai berapa?" tanya Xavier saat mereka memasuki lift.

"Lantai 3," ucap Ozarn santai dan membiarkan yang lebih tua yang menekan tombol angka yang terdapat di dinding lift itu karena tangannya sedang sibuk menelepon seseorang yang sedari tadi saat di parkiran meneleponnya.

Baru saja pintu lift itu mau tertutup, Ozarn menahan tombol 'buka' di lift itu dan keluar.

"Sorry, kayaknya gue gak bisa ikutan bareng kalian, gue ada urusan keluarga nih. Titip salam sama Natalie, ya!" ucap Ozarn.

Mereka bertiga mengangguk mengerti, berbeda dengan Ben yang kembali menjadi Ben yang pendiam setelah Ozarn keluar dari lift meninggalkan mereka demi orang yang meneleponnya. Dan ia hanya terdiam berkutat dengan pikirannya bahkan sampai mereka masuk ke ruangan inap Nada.

Mereka dapat melihat Natalie tengah duduk di samping ranjang sambil memegangi tangan Nada.

Natalie mengadahkan kepalamya saat menyadari kehadiran banyak orang.

"Kalian ..." ucap Natalie terpotong karena terkejut. Ia bahkan tidak menyangka Xavier akan datang juga.

Xavier maju mendekati Natalie. "Aku tidak ingin mengganggumu. Tapi kami butuh bantuanmu, Nata."

Natalie tertegun. Ia saat ini tidak ingin membunuh siapapun kecuali yang orang yang menembak Nada.

"Jika kamu menyuruhku untuk membunuh seseorang, aku menolak. Lebih baik aku bersama Nada dan menjaganya dari orang yang ingin mencelakainya," ucap Natalie mengalihkan pandangannya kembali ke Nada.

"Mattheo menghilang, dan aku minta tolong kamu untuk melacaknya." Suara Xavier lebih ke memerintah daripada memohon, tapi mampu membuat Natalie setuju memenuhi permintaan Xavier, lagi pula ia juga tidak ingin terjadi apa-apa dengan Mattheo yang sudah ia anggap seperti keluarga walau mereka suka bertengkar.

"Jika untuk Mattheo, itu hal yang mudah," ucapnya sambil tersenyum lebar.

~~~

Mattheo benar-benar merasa sekarat, tubuhnya mati rasa. Tubuh penuh luka dan lebam, membuat keadaan Mattheo lebih memrihatinkan. Bahkan, untuk bersuara pun sudah tidak bisa, hanya helaan napas pelan yang keluar dari mulutnya.

Setelah kepergian pria yang dianggap ketua itu, bawahannya tidak ada henti memukuli tubuhnya. Mungkin setelah empat jam ia dipukuli, barulah mereka berhenti. Untuk beristirahat, mungkin.

Mereka langsung pergi begitu saja. Tapi itu membuat Mattheo menghela napas lega, setidaknya penyiksaannya selesai hari itu. Perutnya yang lapar tidak ia pedulikan lagi, bahkan haus pun tidak ia rasakan.

Mattheo langsung kehilangan kesadarannya begitu saja. Mungkin tubuhnya benar-benar lelah untuk saat ini.

Hari menjelang malam saat ia kembali membuka mata. Lewat celah angin-angin yang telah rusak, ia melihat awan gelap. Bahkan, beberapa bintang terlihat bersinar.

"Ah ... ini sudah lewat berapa lama ... apa ada orang yang mencariku?" Mattheo berguman pelan, namun setelahnya ia terkekeh pelan. Mentertawakan harapan yang konyol untuknya.

Ia hanya alat penerus setelah ayahnya untuk membantu Adhiyaksa. Walaupun ia memegang rahasia Adhiyaksa pun, mereka tidak akan khawatir jika ia mati. Arthur pun sudah memperingatinya. Adapun Xavier, atasannya itu pasti tengah dikurung dalam mansion itu.

Danuar? Bisakah Mattheo berharap pada pemuda itu? Pemuda itu bahkan tampak polos dan tidak tahu menahu tentang dunianya. Hanya terlihat seperti anak yang sangat dimanja di keluarganya.

BRAAK!

Ah ... sepertinya waktu berkhayal Mattheo telah habis. Terlihat lima orang pria masuk menghampirinya. Ia masih bisa melihat gelang itu melingkar di pergelangan tangan mereka, gelang gabaha dengan bentuk naga. Mattheo sangat tidak mengenalinya.

"Tinggal kasih tau kita aja apa susahnya, sih? Lo bisa bebas nanti."

Pria itu mulai bernegosiasi, tapi Mattheo tetap menolak dengan cara bungkam. Ia memilih membisu daripada menjawab pertanyaan mereka.

Karena di pikiran Mattheo, mati pun ia sanggup asal Adhiyaksa tetap aman.

BUAGH!

Tendangan tepat mendarat di sisi kepala Mattheo, membuatnya yang tengah duduk terikat kini jatuh. Kini di susul beberapa injakan yang mengenai tubuhnya.

Beberapa kali Mattheo muntah darah, tapi dirinya tetap tidak mau buka suara. Membuat orang-orang itu emosi, bahkan ada di antara mereka yang memukul Mattheo menggunakan balok.

"Masih gak mau ngomong lo?! Udah mau mati aja rapet banget itu mulut lo."

Mattheo mendongak ke atas, karena posisinya yang kini jatuh di bawah mereka. Terlihat darah mengalir dari pelipisnya mengotori wajahnya.

Satu dari mereka berjongkok, meraih ikatan tali yang mengikat tubuh Mattheo untuk di lepas. Karena tidak ada perlawanan dari Mattheo, pria itu menarik sebelah tangan Mattheo yang kini sudah tidak terikat. Walaupun tidak terikat, melawan pun terasa mustahil bagi Mattheo. Tenaganya sudah kalah telak karena tubuhnya.

"Diliat-liat muka lo manis juga. Sepongin kontol gue, dong. Udah tegang banget, nih."

Mattheo mengernyit jijik saat tangannya mendarat pada gundukan di tengah selangkangan pria itu. Tubuhnya hanya milik Danuar, yang boleh menyentuhnya hanya Danuar.

"Men ... jijikan ..." Suaranya yang pelan masih terdengar jika dalam jarak dekat. Hal itu juga membuat pria yang berjongkok di depan Mattheo marah.

Dengan keras pria itu melayangkan tamparan pada pipi Mattheo. Kulit tubuh Mattheo lumayan putih untuk seorang pria hingga cetakan lima jari itu jelas tercetak di pipinya. Bahkan, Mattheo sampai meludah darah karena bagian dalam pipinya terluka.

"Lo setidaknya harus berguna sedikitlah, sepongin dikit aja, nih. Mau gak kalian mumpung ada jalang gratis, nih?"

Keempatnya tampak ragu, namun sebelum mereka menjawab pintu ruangan terbuka. Membuat Mattheo diam-diam menghela napas lega. Sangat menjijikan jika sampai benda itu ada pada mulutnya.

Ingat, hanya Danuar yang boleh menyentuhnya. Dirinya tidak akan mengijinkan orang lain menyentuh tubuhnya.

"Belum mau ngomong juga?"

"Belom, Bos. Padahal kita udah pukulin dia dari tadi, tapi tetep aja kayak orang bisu."

Mata Mattheo melirik ke arah orang yang baru datang. Penampilannya sangat tertutup dengan masker di wajahnya. Dan kini berjongkok di depannya.

"Kuat juga lo bisa bertahan setelah seharian dipukulin." Mattheo dapat mendengar suara kekehan dari orang itu. "Let's make it easy. Kasih tau rahasia Adhiyaksa, dan lo bisa bebas? Simpel, kan?"

Mattheo menyeringai tipis lalu meludah, bahkan mengenai sepatu pria itu. "Bunuh saya saja. Karena saya tidak akan memberi tahu kalian apapun tentang Adhiyaksa."

"Alright ..." Pria itu mengeluarkan sapu tangan hitam dari sakunya. Mengelap sendiri ludah yang bercampur darah pada sepatunya, lalu membuangnya sembarangan. "Lo emamg gak mudah dihadapin, ya? Padahal gue udah bersikap baik sama lo, yah ... tapi mau gimana lagi. Gak bisa dapet dari lo, gue bisa gunain orang lain. Contohnya malaikat milik Xavier Adhiyaksa."

Mattheo membulatkan matanya, sial bagaimana orang ini tahu tentang Aksara.

"Bunuh aja dia, udah gak berguna lagi. Kita ganti target."

"SIAL!!"

Tubuh Mattheo kembali menjadi samsak tinju dan tendangan mereka. Kelimanya menginjak dan menendang Mattheo di bawah sana, mengabaikan ringisan dari pria yang kini semakin kesakitan.

Dari sudut ini Mattheo dapat melihat mata tajam itu menatapnya angkuh.

Aku seperti mengenalnya ... Arawinda ...

BRUAGH!

"MATTHEO!"

Seguir leyendo

También te gustarán

636K 6.2K 8
Jaeminxall🔞 Request? silahkan! ▪︎frontal ▪︎bdsm rank #1 jaeminxall || 4-9-23 #1 jaeminharem || 7-9-23
702K 2.3K 7
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
620K 5.2K 17
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
62.4K 6.2K 44
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...