HWA GI-SSI (END)

By firma_afika

7.1K 1.5K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... More

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga

70 23 1
By firma_afika

Clue #Day38 

#Ajojing 

Dansa berjingkrak. Bukan dansa yang elegan/ballroom standard. Joget yang asal-asalan, biasanya di diskotik/bar dan dilakukan dengan banyak orang.

***

Shin Woo menyeret Jae Han untuk keluar dari restoran sebelum security yang menyeret mereka. 

"Lepas!" Jae Han menyentak tangannya lalu masuk ke mobil lebih dulu.

Shin Woo turut masuk ke dalam mobil. "Sebenarnya ada apa denganmu hah? apa kau sebenci itu pada Hwa Gi?"

Shin Woo tak habis pikir dengan tingkah Jae Han, meski mereka berbicara dengan bahasa korea tapi tetap saja kejadian ini memalukan untuk dilihat apalagi jika diantara banyaknya pengunjung ada yang mengerti dengan bahasa mereka, bukankah itu sangat memalukan untuk Hwa Gi. 

"Dari dulu aku masih belum percaya kata-kata Ah ra bahwa Hwa Gi melakukan hal yang menjijikan itu demi uang, tapi sekarang aku menyesal tidak percaya pada gadis bermulut besar itu, karena Hwa Gi memang serendah itu!" ucap Jae Han, sorot matanya tajam dengan kedua tangan mengepal erat.

Shin Woo sempat tertegun selama beberapa detik melihat kemarahan saudara tak sedarahnya ini, sudah lama dia tidak melihat ekspresi marah Jae Han yang seperti ini bahkan ini marah yang berlebihan.

"Jae Han, kau memaki Hwa Gi dengan kata rendahan tapi bukankah kau juga menyukai saat menidurinya? kau menikmati hal yang menjijikan dari Hwa Gi." Shin Woo tersenyum sinis.

Entah kenapa Shin Woo terlalu senang melihat kemarahan Jae Han dan yang bisa memancing amarah itu hanyalah Hwa Gi. Selama lima tahun terakhir Jae Han hidup bagai tanpa emosi seperti orang mati berjalan. Hanya kadang-kadang dia bersemangat saat bekerja di perusahaan, tapi sekali lagi, itu hanya kadang-kadang.

"Apa katamu?" sorot mata Jae Han begitu hidup dengan emosi kemarahan.

"Kau menikmat sisi menjijikan dari Hwa Gi! tapi kau juga marah dengan dengan hal itu," jawab Shin Woo.

Jae Han marah karena Hwa Gi menjual diri hanya demi uang dan bertambah marah ketika Shin Woo mengatakan Hwa Gi juga biseksual padahal itu baru terkaan saja dan semakin tak terkendali ketika melihat Hwa Gi bersama Miki. Jika di Bloomsbury dia mengatasnamakan itu dengan kata bekerja tapi bagaimana jika hidup bersama Miki? apa itu atas dasar kata suka sama suka?

Gila, Jae Han ingin mengumpat di depan Hwa Gi dengan ribuan kutukan. Tidak tahu mengapa, Jae Han bertambah gusar semakin dia memikirkannya semakin ia bertambah kesal.

"Jae Han, sampai kapan kita di sini? ayo jalan," perintah Shin Woo, tapi ucapannya tidak diikuti oleh Jae Han, bahkan Shin Woo ragu, apa ucapanya bisa didengar oleh Jae Han.

"Apa kau ingin kembali ke dalam dan berkata jujur, bahwa kau sebenarnya hanya cemburu dan tak sengaja berkata kasar lalu minta maaf pada Hwa Gi?" Shin Woo berucap tanpa jeda.

"Diam!" pekik Jae Han. Dia menghidupkan mesin mobil dan langsung menginjak pedal gas, membuat mobil mengaum, melaju tak terkendali di jalanan.

"Hey! Ssibal! jika kau ingin mati! mati saja sendiri bodoh jangan bawa-bawa aku!" teriak Shin Woo sambil berpegangan pada sisi jendela mobil. "Go Jae Han! hati-hati kalau kena tilang bagaimana? ini mobil rental keparat!" 

***

Rumah sakit
***

Saat Hwa Gi datang ke rumah sakit. Fumiko sempat menolak untuk melakukan cuci darah, menurutnya tubuhnya sudah mulai membaik sejak terbaring di rumah sakit dua bulan yang lalu. 

Setahun yang lalu Hwa Gi baru tahu penyakit kanker ibunya yang sudah parah dan ginjal sudah rusak dengan bantuan Takada dia bisa menyelamatkan ibunya. 

Namun, tepat dua bulan lalu ginjal ibunya mulai bermasalah dan Fumiko kembali dirawat di rumah sakit, mengharuskan melakukan cuci darah dua minggu sekali.

"Okaasan, harus melakukan ini supaya cepat pulih dan kita akan pulang secepatnya, okey?" bujuk Hwa Gi pada ibunya.

Cukup lama Hwa Gi membujuk dan pada akhirnya, Fumiko setuju.

Seperti proses cuci darah sebelum-sebelumnya, wanita paruh baya akhir empat puluhan itu terbaring dengan selang-selang yang terhubung dengan akses hemodialisis di lengannya. Seorang perawat dengan hati-hati memasangkan selang kecil, mengatur mesin dialisis. Mesin dialisis memiliki penyaring khusus yang disebut sebagai dialyzer. Untuk dapat memasukkan darah ke dalamnya, dokter harus membuka akses pembuluh darah di lengan dan itu memang sedikit sakit. Darah merah mulai mengalir di selang, terus naik dan berputar di dalam mesin.

Hwa Gi memperhatikan proses itu lalu setelah selesai dokter berkata sambil tersenyum, "Saya tinggal sebentar." Dokter itu pun berjalan keluar ruangan

"Ha'i, arigatou," ucap Hwa Gi, membungkuk sedikit badan.

Miki yang tadi duduk di sudut ruangan kini menggeser kursinya ke arah ranjang, memperhatikan selang-selang yang dialiri darah.

"Bibi bagaimana rasanya?" tanya Miki yang baru melihat proses cuci darah.

"Tidak merasa apa-apa tapi hanya bosan saja karena prosesnya memakan waktu empat jam," jelas Fumiko dengan nada bosan.

"Hwa Gi, ada apa? kenapa dari tadi hanya diam? apa kalian sudah makan?" tanya Fumiko pada putranya yang kini duduk di sisi ranjang.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit lelah, kami sudah makan," jawab Hwa Gi sambil tersenyum.

Miki yang melihat itu jelas tahu apa yang terjadi pada Hwa Gi, pasti emosi Hwa gi sedang kacau sekarang tapi dia hanya menyembunyikannya dari sang ibu. "Orang itu kenapa sangat membenci Hwa Gi?" tanya Miki dalam hati.

"Kalau kau lelah, kenapa tidak pulang saja, istirahat di rumah, kamu tenang saja ada dokter dan perawat di sini yang merawat ibu." ucap Fumiko terdengar khawatir.

"Aku akan di sini saja, karena nanti malam harus bekerja aku tidak bisa menemani ibu." ujar Hwa Gi.

Fumiko menatap Hwa Gi dan Miki secara bergantian, "Kalian berdua apa tidak ada yang ingin menikah?" 

Hwa Gi dan Miki sama-sama memasang wajah melongo karena terkejut. 

"Kulihat kalian berdua cocok, mengapa tidak menikah saja lagi pula Hwa Gi tidak punya pasangan, ibu sudah tua dan sakit-sakitan sebelum ajal menjemput setidaknya ibu ingin menimang cucu." Bibir pucat Fumiko melengkung membentuk senyuman.

"Hehehe … Bibi bicara apa sih? aku dan Hwa Gi tidak cocok untuk menikah kami hanya cocok adu bertinju," celetuk Miki salah tingkah.

"Eomma, jangan berkata begitu, Eomma akan hidup seribu tahun lagi. Lagi pula jika aku menikah dengan Miki, mau kuberi makan apa dia? batu? aku belum memiliki pekerjaan yang bagus, aku belum siap menikah, kasihan anak dan istriku nanti," jelas Hwa Gi.

"Hmm … benar juga." Fumiko merasa ngeri mengingat nasib dia dan Hwa Gi karena memiliki suami yang tidak bisa bertanggung jawab.

Sedangkan Hwa Gi kembali terdiam, bagaimana jika ibunya tahu tentang pekerjaannya sekarang yang menjadi pelacur laki-laki di Bloomsbury, mungkin dia akan mati mendadak. Tapi mau bagaimana lagi, Hwa Gi tidak lulus sekolah menengah atas, tidak punya keahlian apa pun dan hidup di negeri orang. Sekarang harus menanggung biaya rumah sakit begitu besar. Pekerjaan apa lagi yang bisa menghasilkan banyak uang dengan cepat selain menjual dirinya sendiri, tapi semua belum cukup dan terpaksa Hwa Gi menerima tawaran Takada.

Hampir satu jam mereka mengobrol, akhirnya Miki pamit untuk pulang dan Hwa Gi mengantar Miki hingga sampai koridor rumah sakit. Saat di jalan Miki berkata, "Kau sungguh pandai menyembunyikan emosimu, Hwa Gi-ssi." 

"Bukan pandai, tapi sudah terbiasa. Mana mungkin aku menampakkan rasa sedih di depan Eomma, dia tidak tahu pekerjaanku apa, dia juga tidak tahu aku tidak suka wanita. Huftt  … seorang cucu ya, mungkin ini penyesalanku paling berat karena tidak pernah bisa memberikan dia seorang cucu." ucap Hwa Gi.

"Sebenarnya itu mudah saja, kau tinggal ajak salah satu wanita di Bloomsbury lalu ajak ke lantai dansa, ajojing! ajojing! bawa ke kamar lalu …. aduh!" Miki meringis karena kepalanya kembali mendapat pukulan dari Hwa Gi.

"Kalau bicara jangan suka ngelantur! ajojing kepalamu!" Hwa Gi ingin memukul Miki lagi tapi dia sempat menghindar.

Dia menjulurkan lidahnya pada Hwa Gi. "Tidak kena!" 

Miki dan Hwa Gi akhirnya sudah keluar dari rumah sakit, Miki memberhentikan taksi lalu sebelum masuk ke dalam mobil dia berucap, "Sebaiknya kamu cari makan dulu, tadi kau baru makan sedikit, kau tahu pura-pura bahagia juga butuh tenaga!" Miki segera masuk ke mobil lalu menurunkan kacanya. "Jangan lupa malam ini kita harus lakukan rencana itu, supaya kita berurusan lagi dengan dua orang gila itu." 

"Ya, itu pasti, sudah sana, hati-hati!" Ucap Hwa Gi.

Sebelum kembali ke ruangan ibunya, Hwa Gi singgah sebentar ke kantin rumah sakit, mengambil mie cup cepat saji lalu menyerahkannya pada penjaga kantin untuk diberi air panas guna menyeduh mie. Hwa Gi berjalan ke lemari pendingin mengambil sebotol air mineral.

Mie cup sudah tersedia di atas meja, Hwa Gi makan dengan khidmat, sambil makan dia teringat ucapan Miki, "Pura-pura bahagia juga butuh tenaga." 

"Yah … kau benar, berpura-pura bahagia memang melelahkan maka dari itu aku butuh banyak asupan."  Hwa Gi kembali meminum air mineral di botol. "Kau bajingan bodoh Jae Han!" gumam Hwa Gi di tengah mengunyah mienya, air mata turut turun dari pipi entah karena rasa pedas dari mie atau karena penghinaan Jae Han benar-benar yang masih terngiang di telinganya. "Uhuk! Jae Han saeggiya!" Hwa Gi sampai tersedak.
Di setiap suapan mie yang hangat terdapat kutukan untuk Jae Han si keparat.

Saat ini di hotel, Jae Han sedang menyeduh kopi dan meminumnya lalu tiba-tiba kopi tersembur dari mulut dan hidungnya, dia tersedak hebat. "Uhuk … uhuk! ah sial!" 

"Kenapa?" tanya Shin Woo yang baru keluar dari kamar mandi.

"Tidak apa-apa hanya tersedak saja tapi hidung dan tenggorokanku jadi sakit!" jelas Jae Han sambil bernapas terengah.

"Kata orang jika kau sampai tersedak begitu ada orang lain yang berbicara jelek tentang dirimu atau bahkan mengutukmu." kata Shin Woo.

"Omong kosong!" sahut Jae Han kemudian berlalu ke kamar mandi guna membasuh muka dan bajunya yang terkena cairan kopi.

Tbc












Continue Reading

You'll Also Like

43.6K 8K 10
Rapunzel tidak mengenal dunia di luar jendela menara tinggi tempatnya tinggal. Ia tidak juga ingin mengenal dunia kejam dan jahat yang sering si Peny...
191K 16K 13
Maaf karena saat ini aku hanya dapat memberikanmu pelukan. Tapi, aku benci melihatmu seperti ini. Jangan pernah lagi menangis di depanku. Aku janji...
268K 20.1K 22
𝐓𝐢𝐭𝐥𝐞 : 𝐈𝐧 𝐒𝐢𝐥𝐞𝐧𝐜𝐞 𝐑𝐚𝐭𝐞 : 𝐌 𝐀𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 : 𝐣𝐬𝐮𝐡𝐞𝐥𝐥 𝐒𝐲𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬 : Dengan segala drama dalam hidup, tidak ada satupun ha...
375K 40.9K 27
[COMPLETE] Dalam kasta kehidupan mahasiswa ekonomi itu menempatkan dirinya pada kasta yang rendah. Baginya mereka yang berada di kasta atas adalah or...