HWA GI-SSI (END)

Par firma_afika

6.3K 1.4K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... Plus

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

37. Bajingan Tetaplah Bajingan

65 23 1
Par firma_afika

Clue #day37

#Mur

Mur itu adalah bahan wewangian yg dipakai untuk membuat dupa atau orang indo lebih kenal dengan kemenyan.

***


Saat Hwa Gi membuka mata, ponsel miliknya berbunyi menampilkan nomor tidak dikenal dan itu adalah Shin Woo dia menanyakan alamat rumah Hwa Gi. Awalnya dia ragu, untuk apa dia harus tahu alamat rumahnya, Hwa Gi tak ada niat untuk lebih dekat dengan keduanya.

Sebenarnya dia bisa saja mematikan ponsel agar Shin Woo tidak bisa menghubunginya lagi, tapi dia takut kalau ada telepon dari rumah sakit dan melewatkan panggilan itu.

Namun, Shin Woo terus saja memaksa, padahal Hwa Gi sudah mematikan panggilan bahkan menolak panggilan Shin Woo. Jam di ponsel menunjukan pukul 07.15 pagi ketika Shin Woo kembali menelpon. Bola mata Hwa Gi memutar bosan lalu akhirnya menjawab panggilan.

"Sudah kukatakan berhenti menelpon!" ucap Hwa Gi.

"Hey, setelah lima tahun ternyata kau bertambah galak Hwa Gi-ssi," sahut Shin Woo.

Hwa Gi tak ada perasaan benci pada Shin Woo tapi tetap saja, jika. Shin Woo ada maka otomatis Jae Han juga ada dan itu membuat Hwa Gi tak sabar ingin menembak kepala Jae Han. "Apa yang kau mau?" tanggap Hwa Gi dingin.

"Sudah kukatakan berulang kali, aku ingin tahu di mana alamat rumahmu?" jelas Shin Woo.

"Baiklah akan aku sherlock nanti." Hwa Gi segera memutuskan panggilan lalu mengirim alamat rumahnya kemudian melempar ponselnya ke samping tempat tidur. Saat ini dia tidur di lantai beralaskan kasur tipis sedangkan tempat tidurnya sendiri dihuni oleh Miki, mereka tidur satu kamar dan ini sudah sering terjadi. Meski sekamar Hwa Gi tidak pernah tidur seranjang dengan Miki. Hwa Gi merasa risih jika harus tidur berdua dengan Miki bagaimanapun Hwa Gi adalah laki-laki rasanya tidak pantas tidur seranjang dengan Miki sahabatnya.

"Siapa yang menelpon?" tanya Miki. Kepalanya menengok ke bawah.

"Itu Shin Woo dia menanyakan alamat rumahku." sahut Hwa Gi.

"Untuk apa?" mata Miki membola, pasalnya dia masih sedikit takut dengan dua orang itu.

"Entah, aku juga tidak tahu." Hwa Gi menguap lebar lalu hendak tidur kembali.

"Eh, Hwa Gi ini sudah pukul tujuh lewat, apa hari ini tidak ke rumah sakit?" tanya Miki lagi.

"Ya, aku akan ke rumah sakit tapi sebentar lagi, ah aku mengantuk." Hwa Gi membalik posisi, meringkuk memeluk guling.

Miki kembali merebahkan dirinya. "Apa boleh aku ikut, sudah lama aku tidak menengok Bibi Fumiko."

"Emm ... baiklah," sahut Hwa Gi.

"Apa kau serius membantuku malam ini untuk menjebak orang-orang dari Bexxa Company?"

"Ya, aku serius, lagi pula aku juga mendapat tugas dari tuan Takada."

"Tugas apa itu?" balas Miki.

"Untuk kali ini aku tidak bisa menceritakannya. Ini rahasia." ujar Hwa Gi.

***

Saat pukul 09.00 pagi, Hwa Gi dan Miki keluar dari dalam rumah. Mereka memesan taksi untuk pergi ke rumah sakit.

Dari kejauhan dua orang pemuda tengah mengawasi kepergian Hwa Gi dan juga Miki. Mereka adalah Jae Han dan Shin Woo. Saat melihat Miki ikut keluar bersama Hwa Gi, Jae Han tiba-tiba berkata, "Apa mereka tinggal bersama?" wajahnya mengeras, mengekspresikan rasa tidak suka.

"Aku juga tidak tahu, tapi bukankah Hwa Gi tidak menyukai perempuan?" ucap Shin Woo dengan pandangan tak lepas dari mobil taksi.

Jae Han segera tancap gas ketika mobil yang ditumpangi Hwa Gi sudah melaju. "Apa mereka pacaran? apa selama tinggal di sini Hwa Gi juga menyukai perempuan?" tanya Jae Han penasaran.

"Mana kutahu, berarti Hwa Gi sekarang bisex," celetuk Shin Woo.

"Hah apa itu?" Jae Han menatap Shin Woo yang duduk di samping sambil memainkan setirnya.

"Bisex itu orang yang menyukai laki-laki dan perempuan dalam artian sebagai kekasih," jelas Shin Woo.

"Memang ada yang seperti itu? tapi kurasa malam itu dia sangat bergairah rasanya tidak mungkin dia juga menyukai wanita." gumam Jae Han dalam hati. Dia kini semakin menambah kecepatan laju mobilnya dikarenakan taksi yang ditumpangi Hwa Gi juga semakin bertambah cepat.

Di lain tempat di mobil yang berbeda, Miki kini duduk dengan gelisah sambil sesekali menengok ke belakang. Dari saat ingin masuk ke mobil tadi, dia sadar ada yang sedang mengawasi mereka dari jauh. "Pak apa bisa lebih cepat?" pinta Miki.

"Memangnya kenapa?" tanya heran Hwa Gi.

"Ada yang mengikuti kita," jawab Miki.

"Hah, siapa? Hwa Gi turut menengok ke belakang, di sana ada banyak mobil entah mobil yang mana yang dimaksud Miki.

"Pak sopir, ayo lebih cepat lagi!" sentak Miki pada sopir.

"Ma'af Nona tapi jalanan saat sangat ramai, saya tidak bisa lebih cepat dari ini, takutnya kita malah celaka," ucap si sopir.

Miki merasa dia ada di dalam sebuah adegan film-film action yang pernah dia tonton. Yang di mana kini dirinya menjadi target pembunuhan, saking parnonya Miki sampai menunduk ke arah Hwa Gi. "Aku takut kalau tiba-tiba ada yang menembakku dari jendela mobil."

Hwa Gi menepuk pelan kepala Miki. "Baka! memangnya kau siapa? anak pejabat? sampai ada yang ingin membunuhmu!"

"Yah, siapa tau saja ada pelangganku yang cemburu!" Miki mengusap-ngusap kepala yang tadi dipukul Hwa Gi. "Tapi kenapa kau memukulku? ini sakit." Miki memajukan bibirnya.

Sopir taksi tiba-tiba saja tertawa lalu berucap, "Kalian pasangan yang lucu!"

Miki dan Jae Han terbelalak lalu tawa Miki pecah. "Pasangan? wahaha .... kami bukan pasangan dia ini .... emm mmm... " Miki tidak bisa meneruskan kalimatnya karena kini mulutnya dibekap oleh Hwa Gi.

"Hehehe, iya benar Pak kami pasangan, maaf atas tingkah konyol pacar saya dia memang sedikit aneh." Bekapan di mulut Miki semakin menguat. Hwa Gi takut Miki akan berceloteh tentang dirinya yang tidak suka perempuan. Jujur saja Hwa Gi masih malu mengumbar tentang hal itu.

Sopir taksi semakin tertawa keras, melihat kericuhan dua sejoli yang sedang bertengkar ini.

Hwa Gi akhirnya melepas sekapan di mulut Miki karena tangannya hampir digigit. Miki melotot marah lalu berucap, "Baiklah, pacarku tersayang, sebelum kita ke rumah sakit, bagaimana jika kita makan dulu, aku lapar," rengek Miki manja yang dibuat-buat.

Mendengar ucapan Miki membuat Hwa Gi merinding lalu tanpa banyak kata, dia pun mengiyakan ajakan Miki karena saat ini perutnya juga lapar karena tadi tidak sempat sarapan saat mendapat telepon dari salah satu dokter yang mengatakan hari ini adalah jadwal cuci darah ibunya.

Hwa Gi singgah sebuah restoran bersama Miki yang bergelayut manja di tangan Hwa Gi.

Rematan tangan Jae Han pada kemudi semakin mengerat dan Shin Woo menyadari itu, sudut bibirnya terangkat, akhirnya setelah sekian lama dia bisa melihat lagi ekspresi kesal dan marah di wajah Jae Han.

"Ada apa dengan wajah itu, Jae Han apa kau cemburu?" tanya Shin Woo pada intinya.

"Siapa cemburu!" bentak Jae Han.

"Tentu saja Kau," sahut Shin Woo jarinya menunjuk tepat di depan wajah Jae Han.

"Aku cemburu pada pelacur seperti Hwa Gi?" Jae Han tersenyum sinis. "Tidak akan pernah!" lanjutnya.

"Okey baiklah." Shin Woo tiba-tiba keluar dari mobil.

Jae Han pun bertanya, "Hey, kau mau kemana?

"Aku ingin makan, aku lapar." Jae Han bergegas pergi menuju restoran yang tadi Hwa Gi dan Miki masuk.

Ada banyak orang di restoran dan salah satu meja diisi oleh Hwa Gi dan Miki mereka terlihat tertawa terbahak, entah apa yang mereka bicarakan tapi melihat tawa lepas Hwa Gi, Shin Woo ikut tersenyum, lantas mendatangi mereka lalu berkata, "Boleh ikut bergabung?"

Miki dan Hwa Gi terkejut lalu saling pandang. Shin Woo langsung duduk tanpa menunggu pihak lain setuju.

"Kau?" tanya Miki tak bisa melanjutkan ucapannya.

Shin Woo menatap Miki tajam, "Apa?" ujarnya.

"Wah ... wah dua sejoli ternyata sedang berbahagia? boleh kami ikut bergabung?" orang yang baru datang adalah Jae Han, dia berjalan memasuki restoran. Kedatangan dua pria tampan ini tentu saja mengundang perhatian pengunjung lain, bahkan ada yang diam-diam memotret Jae Han dan Shin Woo menggunakan kamera ponsel mereka.

Tangannya Jae Han ia letakkan di pundak Hwa Gi, sedikit menunduk dan wajahnya sangat dekat. "Kalian sangat pintar untuk menghabiskan hasil keringat dan mendesah setiap malam," Ucapan Jae Han memang tidak terlalu keras namun masih bisa didengar dan tentu saja beberapa pengunjung bisa mendengar itu.

"Jaga ucapanmu," bisik Hwa Gi pelan namun penuh penekanan. Malu dan marah kini dia rasakan.

"Apa aku berucap kesalahan? apa kau lupa malam itu? bahkan aroma mur dari kamar itu masih melekat di ingatanku. Mungkin uang untuk membeli makanan ini adalah hasil dari kegiatan panas kita waktu itu, benarkan?" Jae Han berkata sangat blak-blakan, sungguh sangat berniat mempermalukan Hwa Gi di depan orang banyak.

"Jae Han cukup, ayo kita pulang," merasa keadaan tidak kondusif lagi Shin Woo berdiri lalu segera menarik Jae Han.

Hwa Gi memandangi makanan yang baru saja dimakan setengah rasanya dia sudah tidak bisa melanjutkan makan lagi.

Brusss segelas jus telah tersiram ke wajah Jae Han, dia basah kuyup. Ada beberapa pengunjung wanita berteriak terkejut melihat adegan itu.

"Apa masalahmu hah?" ucap Miki sang pelaku penyiraman jus ke wajah Jae Han.

Jae Han malah bereaksi tersenyum dia mengusap wajahnya yang basah. "Aku tidak ada masalah, hanya saja aku merindukan aroma mur di kamar itu, kau tau desahanmu dan wangi mur itu serasi, aku menyukainya."

Hwa Gi berdiri lalu tanpa aba-aba meninju wajah Jae Han. "Sudah kukatakan jika kau tidak tahu apa-apa, sebaiknya diam saja bajingan!"

Emosi Hwa Gi kini terpancing. Jae Han tak ada niat untuk membalas pukulan dia malah tertawa sinis, mengusap rahangnya yang terasa kebas.

"Hwa Gi maaf atas tingkah Jae Han, ayo pergi!" Shin Woo segera menarik tangan Jae Han untuk keluar dari restoran. "Anak ini benar-benar ceroboh, sebenarnya dia cemburu atau apa?" ucap Shin Woo dalam hati.


TBC











Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

130K 13.9K 32
Angga bukan laki-laki kuat yang bisa begitu saja menerima kehancuran dan tenggelam di dalamnya. Ia hanya laki-laki dengan hasrat menggores kertas. M...
43.4K 7.9K 10
Rapunzel tidak mengenal dunia di luar jendela menara tinggi tempatnya tinggal. Ia tidak juga ingin mengenal dunia kejam dan jahat yang sering si Peny...
108K 11.2K 25
Menggantikan pengantin yang melarikan diri? Itu. Sangat. Konyol! . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝗥𝟭𝟴+, harap bij...
126K 9.4K 59
Saat Jingyu dan Weizhou pertama kali bertemu, mengenal, jatuh cinta, meyangkal dan ..... Semua karakter milik Chai Jie Dan. Fanfiction ini bergenre C...