HWA GI-SSI (END)

By firma_afika

7.1K 1.5K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... More

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

36. Mengorek Luka Lama

77 25 1
By firma_afika

Clue #Day36 

#Menganak_sungai 

Berasal dari kata 'anak sungai' yaitu percabangan dari sungai besar menjadi sungai kecil. Namun, 'menganak sungai' artinya berbeda, yaitu mengalir. Biasanya medan maknanya berfungsi menggambarkan aliran air mata, keringat, darah, atau cairan lainnya yang mengalir/menetes kecil dan terus menerus.

***
Shin Woo melepas pelukan dia tersenyum senang.

"Kalian bisa tunggu di luar saja," kata Hwa Gi memerintah pada dua orang bodyguardnya. Dua orang penjaga lantas membungkuk dengan patuh dan keluar dari ruangan.

 "Dulu aku benar-benar menyesal karena tidak bisa menyelamatkanmu dan kau menghilang begitu saja. Ini adalah takdir kita malah bertemu di sini, walaupun dalam situasi yang kurang nyaman." Shin Woo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu menarik tangan Hwa Gi untuk duduk di salah satu kursi.

Jae Han menatap sinis pada Hwa Gi, melihat dia datang dengan dua penjaga berbadan kekar, membuatnya bertanya-tanya siapa sebenarnya Hwa Gi? ini terasa aneh mengingat Hwa Gi juga bekerja di Bloomsbury, apa dia ada hubungannya dengan Bexxa Company.

"Sebenarnya kau itu siapa?" tanya Jae Han yang masih menerka-nerka.

"Siapa aku tidak penting, aku datang ke sini hanya ingin membebaskan temanku. Miki, ayo pergi." Hwa Gi berjalan ke arah Miki lalu meraih tangan wanita yang masih duduk di lantai.

"Tidak bisa! kau tidak bisa membawanya pergi begitu saja." Jae Han berdiri di depan Hwa Gi turut menarik tangan Miki. "Dia harus tetap di sini.

Melihat situasi yang semakin menegang, Shin Woo berucap, "Hey kalian, bukankah kita ini teman? harusnya jangan begini?"

"Aku bukan teman dia!" Hwa Gi menatap Jae Han angkuh.

"Aku juga tidak berteman dengan orang yang menjual dirinya karena uang. Bukankah itu yang kau lakukan dulu? jadi sekarang aku tidak terkejut bisa bertemu di tempat penjaja seks itu." Jae Han memberikan tatapan penghinaan. Walaupun pada dasarnya dirinya juga sudah tidur dengan Hwa Gi, mengingat Hwa Gi yang juga tidur dengan banyak pria lain, membuat hatinya marah. 

"Kau … jika tidak tahu apa-apa, sebaiknya jangan banyak bicara!" genggaman tangan Hwa Gi di pergelangan Miki semakin mengerat.

Dari dulu tatapan Jae Han tidak pernah berubah selalu memandang rendah pada dirinya.

"Stop, aku mohon kalian berhenti bertengkar! lepaskan tanganku, ini sakit." Miki meringis menahan sakit di kedua pergelangan tangannya yang sama-sama diremas kuat. Air mata kembali tumpah menganak sungai di wajah Miki.

Hwa Gi pun sadar lalu melepas tangan Miki. "Lantas, apa yang kalian inginkan agar Miki bisa dilepaskan?" 

"Aku ingin wanita ini membantu kami untuk bertemu dengan orang-orang dari Bexxa Company, jika dia kulepaskan sekarang apa ada jaminan dia tidak akan kabur?" tanya Jae Han.

"Aku bersumpah tidak akan kabur, kumohon lepaskan aku," ujar Miki, ada jejak aliran air mata menganak sungai di pipinya.

"Aku sedikit tahu orang-orang dari Bexxa Company, mungkin aku juga bisa membantu tapi lepaskan Miki. malam ini juga," ujar Hwa Gi.

"Aku tidak percaya!" sanggah Jae Han.

"Jae Han biarkan mereka pergi."  ucapan Shin Woo yang tiba-tiba itu sukses membuat Jae Han terbelalak. Pikirnya untuk apa mereka susah payah menangkap gadis ini jika dilepaskan sekarang.

Hwa Gi berjalan ke arah meja, seperti mencari-cari sesuatu lalu dia mengambil pulpen dan memo kertas yang tersedia diatas meja. Hwa Gi menuliskan nomor teleponnya lalu mencarik memo kecil itu dan memberikannya pada Jae Han. "Ini nomor ponselku, aku yang menjamin temanku ini, dia tidak akan kabur, percaya padaku. Apa pernah aku berbohong padamu Jae Han-ssi?"

Jae Han terpana untuk sesaat matanya mengerjap, bagi orang biasa, dipanggil seperti itu hanyalah hal yang terlalu umum tapi tidak untuk Jae Han, nada bicara itu dan tatapan Hwa Gi yang sendu cukup membuatnya sedikit linglung, dia mengingat malam panas yang sudah dilewati bersama Hwa Gi.

Jae Han berdehem lalu berpaling pada Shin Woo. "Bagaimana?" tanyanya.

"Biarkan mereka pergi, tapi sebelum itu kalian harus jelaskan siapa bos dari Bexxa Company dan orang-orang penting di dalamnya juga sekaligus mengatur cara agar kami bisa bertemu dengan mereka secara langsung," jelas Shin Woo.

Jae Han mengangguk setuju lalu kembali menatap Hwa Gi.

"Baiklah," itu bukan Hwa Gi yang menyahut, tapi Miki. "Aku lumayan tahu orang-orang di Bexxa Company.

Shin Woo dan Jae Han duduk di atas kasur sedangkan Hwa Gi dan Miki duduk di kursi. 

Awalnya Miki yang menjelaskan orang-orang penting di Bexxa Company, dua pria yang duduk di kasur terlihat antusias terkadang mereka juga mengangguk lalu kini giliran Hwa Gi yang menyusun rencana. Dia terlihat tenang dalam berucap, posturnya duduk melipat tangan di dada dengan kedua kaki menyilang. Jae Han alisnya mengerut lalu terjadi perang mulut antara keduanya dan sebagai orang terkalem di ruangan itu, Shin Woo selalu menengahi acara ribut Hwa Gi dan Jae Han.

Shin Woo merasa seperti kembali ke masa lalu yang di mana Hwa Gi sering cekcok dengan Jae Han dan Shin Woo jadi penengah bahkan sering juga Hwa Gi yang jadi penengah ketika ketika dua kakak adik ini bertengkar.

Cukup lama mereka berdiskusi dan berdebat, akhirnya Miki dan Hwa Gi dilepaskan. 

***

Jae Han memandangi kertas yang bertuliskan nomor ponsel Hwa Gi lalu mengambil ponselnya sendiri guna menyimpan nomor itu. Setelah tersimpan ia mengetik nama Hwa Gi di pencarian kontak ternyata nomor Hwa Gi lima tahun yang lalu masih tersimpan di buku kontak ponselnya meski Jae Han sudah berganti ponsel dan nomor berkali-kali, tapi nomor Hwa Gi tidak pernah terhapus dari kontak.

"Hwa Gi …. " bisik Jae Han. 

Tiba-tiba Shin Woo datang dan merampas kertas di tangan Jae Han. "Pinjam sebentar," ujarnya.

"Untuk apa kau menyimpan nomor Hwa Gi? cukup nomor para gadis yang kau simpan," tanya Jae Han.

"Bukan apa-apa, aku hanya ingin menyimpannya juga, memang kenapa? tidak boleh?" Shin Wo menatap gemas pada memo telepon di tangan lalu beralih memandang Jae Han sambil menaik-turunkan alisnya.

"Cih, dasar playboy!" ujar Jae Han sembari berbaring di kasur, pandangan menelisik jam yang menempel di dinding itu sudah menunjukan pukul 02.31 dini hari, tapi matanya belum mengantuk.

"Shin Woo," panggil Jae Han.

Shin Woo masih sibuk dengan ponselnya. "Emm, " sahutnya.

"Apa kau tidak merasa aneh dengan dua penjaga bersama Hwa Gi. Siapa sebenarnya Hwa Gi itu, apa orang tuanya sekarang adalah orang kaya raya di Jepang?" tanya Jae Han.

"Jika dia orang kaya untuk apa berada di Blomsburry?" tanya balik Shin Woo.

"Benar juga." gumam Jae Ha pelan lalu pikirannya kembali ke masa-masa lima tahun yang lalu.

Merasa mengantuk Shin Woo berbaring di kasur miliknya, saat matanya mulai terpejam, Jae Han kembali memanggil namanya. 

"Shin Woo," panggil Jae Han sekali lagi.

Shin Woo pun menyahut gusar, "Apa lagi?" 

"Menurutmu, siapa yang menyebarkan video pelecehan Hwa Gi lima tahun yang lalu?" 

Shin Woo menarik nafas lalu menghembuskannya kasar. "Aku pun tidak tahu, aku kira kau yang menyebarkannya karena saat itu kau dekat dengan Ah-ra." 

"Buat apa aku melakukan itu? tidak ada gunanya untukku," sahut Jae Han.

Kesunyian pun melingkupi seisi kamar, Jae Han ingin memanggil Shin Woo lagi tapi batal ketika dia menoleh, Shin Woo sudah terbaring telentang dengan ponsel di atas dada, napasnya tenang pertanda ia mulai memasuki alam mimpi. Jae Han berbalik mencoba menutup mata.

Sedangkan Miki dan Hwa Gi masih berada di dalam mobil. Miki masih mengoceh hal-hal yang sangat enggan Hwa Gi ingin bicarakan. Jae Han dan Shin Woo adalah bagian masa lalu yang teramat pahit bahkan rasa sakitnya masih mampu menciptakan buliran air mata menganak sungai di pipi Hwa Gi meski rasa sakit itu datang walau hanya dalam mimpi. 

Namun, jika tidak diceritakan, sahabatnya ini pasti nantinya akan selalu bertanya siang dan malam.

"Hwa Gi-kun … jelaskan siapa mereka? mengapa kau bisa berteman dengan orang setampan mereka dan sejak kapan?" Miki memberondong pertanyaan tanpa henti. Perubahan emosi Miki sangat drastis padahal baru saja tadi dia meraung-raung ketakutan tapi sekarang sifat ingin tahunya sedang merajalela.

"Mereka teman sekolahku di Korea, ada sesuatu hal terjadi dan aku ikut ibuku ke Jepang dan menetap di sini." Jelas Hwa Gi singkat. Dia sebenarnya tidak ingin mengungkit hal menyakitkan itu lagi.

"Sesuatu hal? itu apa?" Miki bertambah penasaran.

"Banyak hal. Apa bisa kau berhenti bertanya? aku lelah!" Hwa Gi masih berusaha ingin menghindar lalu membuang muka ke arah jendela mobi.

Namun, apa daya Miki benar-benar wanita penuh energi jika hanya untuk mengorek sesuatu yang ingin dia tahu, Miki punya ribuan cara salah satunya menggoyang-goyangkan bahu Hwa Gi, menepuk-nepuk pundak Hwa Gi disertai kalimat-kalimat memohon. Hwa Gi ingin turun saja rasanya dari mobil ini.

"Baiklah, aku akan menceritakannya nanti." Hwa Gi memandang dua bodyguard yang duduk di kursi depan lalu berbisik ke telinga Miki. "Ini sedikit memalukan aku tidak ingin orang lain mendengarnya. Okey, mengertilah."

Setelah Hwa Gi mengatakan itu, Miki pun berniat untuk menginap di rumah Hwa Gi dan ini sudah sering Miki lakukan. Toh, Hwa Gi tidak menyukai perempuan, tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua. 

Setibanya di rumah Hwa yang tidak terlalu luas itu, Miki kembali pada mode cerewetnya. Hwa Gi pun tidak bisa menutupinya lagi, dia menceritakan semua yang terjadi di Korea lima tahun yang lalu. Bagaimana perangai ayahnya yang selalu kasar sering memukulinya dan itu lah alasan mengapa Hwa Gi membuat tato bidadari bersayap di punggungnya, selain bidadari adalah kesukaan ibunya, tato juga berguna untuk menutupi bekas luka cambuk di seluruh punggung. Bekas luka teramat mengerikan jika dibiarkan begitu saja.

Selain itu Hwa Gi juga menceritakan tentang dia yang dilecehkan lalu bunuh diri menenggelamkan diri di danau saat musim dingin. Hwa Gi sedikit tersedak saat bercerita karena itu sama saja mengorek luka lama yang hanya sembuh dipermukaan tapi di dalam masih tetap membusuk. 

Setelah mengetahui semuanya Miki memeluk Hwa Gi dan berkata maaf puluhan kali.

TBC

 













Continue Reading

You'll Also Like

375K 40.9K 27
[COMPLETE] Dalam kasta kehidupan mahasiswa ekonomi itu menempatkan dirinya pada kasta yang rendah. Baginya mereka yang berada di kasta atas adalah or...
90.6K 9.1K 37
FIKSI
807K 59.1K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
469K 51.9K 32
[SUDAH TAMAT] Dunia memang sudah gila. Maka saat jalan hidup Leo sudah ditentukan oleh kedua orang tuanya pun ia tak marah. Tak pula sedih ketika ia...