I Did [VMin]

By WinAshaa

6.2K 828 304

Ada yang tahu arti kebetulan? Berapa kebetulan yang pernah terjadi dalam hidupmu? Apakah kebetulan itu beraki... More

Prolog 00
Chapter 1 - Nama
Chapter 2 - Pertama
Chapter 3 - Nomor
Chapter 4 - Tak Tidur
Chapter 5 - Bait kata
Chapter 6 - Canggung
Chapter 7 - Ingatan
Chapter 8 - Roti Isi
Chapter 9 - Aku cantik?
Chapter 10 - Hangat
Chapter 11 - Pintu
Chapter 12 - Api Unggun
Chapter 13 - Saingan
Chapter 14 - Kuyup
Chapter 15 - Aksi
Chapter 16 - Kakak datang!
Chapter 17 - Kembali
Chapter 18 - Pulang Bareng.
Chapter 19 - Kangen
Chapter 20 - Peduli
Chapter 21 - Jenguk
Chapter 22 - Pulang
Chapter 23 - Diikuti
Chapter 24 - Sibuk
Chapter 25 - Kembali
Chapter 26 - Makan Siang
Chapter 27 - Latu
Chapter 28 - Dia siapa?
Chapter 29 - Puzzle bertambah
Chapter 30 - Bercak Merah
Chapter 31 - Menyelamatkan
Chapter 32 - Dua orang aneh
Chapter 33 - Rahasia mulai terungkap
Chapter 34 - Jati diri
Chapter 35 - Penculikan
Chapter 37 - Terluka
Chapter 38 - Lengah
Chapter 39 - Titah
Chapter 40 - Nekat
Chapter 41 - Disekap
Chapter 42 - Tertangkap
Chapter 43 - Pertarungan
Chapter 44 - Dalang
Chapter 45 - Pembalasan
Chapter 46 - Kemarahan
Chapter 47 - Ganjaran
Chapter 48 - Rumah
Chapter 49 - Awal yang baru
Chapter 50 - Epilog

Chapter 36 - Barter

74 8 0
By WinAshaa

#Day36
#Clue ; Menganak sungai

POV NORMAL

"Jangan gegabah, aku tau kamu khawatir, kita semua juga begitu. Tapi dengan ngebolehin kamu ke sana itu juga bukan keputusan yang bener," Axcel menggenggam jemari Aruna untuk meyakinkannya. 

"Keselamatan Kak Darrel lebih penting, aku nggak mau Kakakku kenapa-kenapa," kepala Aruna menunduk untuk menyembunyikan air matanya yang sejak tadi telah menganak sungai.

"Pelase ayo kita pergi selametin Kak Darrel," final Aruna ia menatap Axcel memohon, masih dengan mata yang basah. 

"Ck, kenapa kamu keras kepala sih? Pasti ada cara lain Aruna, kita cuma harus lebih sabar sedikit, biar Aku sama Arkan yang pergi, kamu di sini aja sama Fey." 

"Tapi yang mereka mau itu aku Cel, kamu denger kata Felix kan tadi? lagian cara lain apa?" tanya Aruna terdengar putus asa.

"Ada, Aruna lepasin kalung itu dan kasih ke Axcel," saran Fey.

"Kalung?"

"Iya. Arkan, udah saatnya mereka tau fungsi kalung itu, kita harus semakin meyakinkan Felix jika amethyst adalah kalung ini."

"Tunggu, maksudnya apa? " potong Axcel tidak mengerti dengan yang Fey bicarakan dengan Arkan.

Setelah mendapatkan ancaman dari Felix tentang Darrel, perdebatan mulai memecah belah mereka, Axcel yang tidak setuju dengan permintaan Felix dan Aruna yang bersikeras untuk datang menyelamatkan kakaknya. Posisi Arkan juga tidak lebih baik, satu sisi dia sangat khawatir pada kekasihnya, tapi bagaimanapun keputusan Axcel adalah perintah yang harus ia turuti. 

"Gue sengaja ciptain kalung itu untuk pengalihan, dan sepertinya Felix ke makan umpan." 

Axcel tiba-tiba mengeluarkan sebuah kalung juga, kalung yang selama ini ia sembunyikan untuk pertama kalinya ia perlihatkan kepada orang lain. 
Sontak hal tersebut membuat Fey dan Arkan saling pandang. 

"Kami pikir kalung itu hilang setelah insiden 15 tahun yang lalu, karena Lordum tidak terlihat memakainya," Arkan mengatakan itu setelah menundukkan kepalanya sejenak, untuk menghormati pusaka warisan dari Alstroemeria. 

"Apa maksud lu? Gue udah pakai ini sejak kecil, Ayah juga sempet bilang kalau kalung ini yang bisa bikin dia tau siapa gue sebenernya, tapi gue masih bingung sama semua teka-teki ini." 

"Kalung itu sudah lama hilang, kalung turun temurun keluarga Lordum, hanya pangeran Alstro yang berhak memilikinya," jelas Arkan. 

Hening. Semua berkutat dengan pikirannya masing-masing, terutama Axcel, satu lagi informasi yang membuatnya terkejut. Jadi inilah jati diri kalung yang ia pakai selama ini. Ayahnya mengatakan kalung itu sudah ada sejak ia di temukan. 

"Jadi Axcel beneran pangeran Aeris?" 

"Ya, Aeris dan Amethyst telah ada dalam ramalan bertahun-tahun lalu, selama ini kami menunggu Amethyst dan juga Pangeran Aeris," sambung Fey. 

"Rahasia apa lagi yang kalian sembunyikan dari kami? Jadi karena kalung ini Kakakku dalam bahaya?" tanya Aruna mengandung kemarahan. 

"Kalo gitu aku makin yakin kalo aku harus ke sana," sambung Aruna. 

"Tapi Run-" 

"Ga ada tapi Axcel, kalo Felix mau kalung ini, aku kasih dengan senang hati. Kamu denger sendiri kan, kalung ini hanya pengalihan, Kak Darrel dalam bahaya hanya karena kalung ini," tegas Aruna.

Sungguh posisi Arkan sangat tidak menguntungkan, ia dilema dengan keputusan antara menyelamatkan Darrel dan menuruti perintah dari Axcel tadi. Karena tujuan mereka adalah melindungi Amethyst dan Alstroemeria, tapi keberadaan Darrel pun akan terancam jika ia dan Axcel tak membawa apa yang mereka minta. 

o0o

Suara gelak tawa yang menggelegar memenuhi indra pendengarannya, sayup-sayup ia mendengar orang-orang itu mengatakan jika mereka akan bersiap untuk menghabisi penjaga Alstro. Tubuh putih pucat  tanpa atasan dan terbaring dengan tangan di ikat itu bergetar panik dan takut, ia yakin jika para penjaga yang mereka maksud adalah Arkan dan Feyra. 

"Dia udah bangun ternyata," salah satu dari mereka menyadari pergerakan tubuh Darrel.

Dengan mata yang tertutup kain hitam, Darrel tidak jadi bisa melihat wajah mereka dan juga jumlah orang di sekitarnya. Merasakan ada tangan yang menyentuhnya, ia beringsut menekuk lututnya sendiri dan berusaha menghindari tangan-tangan yang mencoba untuk menyentuhnya. Akan tetapi pergerakannya terbatas dan mereka semakin menjadi menyentuhnya dengan gelak tawa yang sangat ia benci. 

Mulutnya yang tersumpal membuatnya tidak bisa berteriak atau bahkan meminta bantuan dari siapapun, yang bisa ia lakukan hanyalah menepis tangan-tangan itu dengan kakinya meskipun itu sia-sia. Kain penutup matanya kini telah basah oleh air mata ketakutan.

"Mmbb!" tubuh berpeluh itu menggeliat panik ketika sebuah tangan mencoba untuk membuka celananya. 

Dengan sekuat tenaga Darrel mencoba mempertahankan diri, sampai akhir mereka semua berhenti atas perintah seseorang yang baru saja memasuki ruangan itu. 

"Tinggalin dia, kalian cuma gue suruh jagain." 

Darrel bernapas lega, setidaknya sekarang ia bisa terselamatkan dari orang-orang tadi. 

"Ck, kasian sekali ... mereka nakutin elu ya?" sebuah tangan membelai pipinya yang basah, "Kak Darrel masih inget gue gak?" 

Tentu saja Darrel  terkejut dengan pertanyaan itu, yang awalnya menundukkan kepalanya kini Darrel mendongak, ia mencoba mengingat suara siapa yang agak familiar di telinganya kali ini. 

"Ah, gue lupa lu gak bisa liat gue." 

Penutup mata itu terbuka, Darrel membuka matanya perlahan membiasakan dengan bias cahaya di dalam kamar yang ternyata cukup luas. Dan kini matanya membulat sempurna ketika melihat seseorang yang duduk di sisi ranjang, tersenyum padanya. Felix! dia tahu pria itu, dia yang tempo hari mencoba untuk memperkosa adiknya. 

"Suka ya ngeliat wajah tampan gue?" Felix tertawa meremehkan melihat wajah terkejut Darrel. 

Gelengan kepala sebagai jawaban Darrel membuat Felix tersingung, lantas Felix dengan kasar menarik rambut Darrel begitu saja agar mendekat padanya. 

"Sebentar lagi lu akan ngeliat hal yang lebih lu gak suka Kak Darrel," ujar Felix menghempaskan Darrel begitu saja, hingga kepalanya terantuk pada sandaran ranjang. 

Dalam hatinya Darrel berharap tidak terjadi apa-apa kepada adiknya Aruna, pusing tiba-tiba melanda kepalanya rupanya hempasan kasar Felix membuat benturan itu berakibat luka pada bagian belakang kepala Darrel. 

"Eugh!" pekikan Darrel samar terdengar karena mulut yang tersumpal. Rasa sakit itu menjalar ke kepala bagian lain, sialnya Darrel tidak bisa berbuat apapun selain merintih kesakitan, ia merasakan ada darah yang menganak sungai dari kepala melewati leher dan bagian tulang selangkanya. 

o0o

Meski perdebatan belum usai, Axcel terpaksa menyetujui saran Fey untuk mengumpankan kalung milik Aruna. Setidaknya itu bisa mengulur waktu sampai mereka punya kesempatan untuk menyelamatkan Darrel.

"Sialan!" umpat Arkan ketika melihat isi pesan dan gambar dari Felix. 

"Jangan salain gue kalo dia mati, dia mati karena kalian," ujar suara Felix dari dalam video yang masuk setelah pesan itu. 

"Sialan lu Felix!" kesal Arkan mulai terpancing. 

"Tenang Arkan, ingat jangan gegabah." kali ini Axcel yang berbicara.

"Kita harus cepet, menurut GPS  ini kita sudah dekat." 

Ya Axcel, Arkan, Fey dan Aruna akhirnya memutuskan pergi menghadapi Felix bersama-sama. 

"Siap semua, jangan sampe ada korban dari pihak kita." ingat Axcel kepada semua. 

Pintu gerbang telah terbuka, mereka mengerti jika memasuki berarti mereka siap tempur. Dia bahkan belum memperlihatkan sisi terburuk dari tujuan datang. Motor mereka berhenti tepat di depan pintu gerbang tersebut. 

"Aruna, kamu gak apa-apa? Kita harus fokus, " ujar Axcel menenangkan ke kekasihnya. Saat dirinya pun sebenarnya khawatir, jika di suruh memilih ia ingin mengganti Darrel dengannya. 

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
271K 758 7
Vote masa cuma sange aja vote juga lah 21+
996K 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.8M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...