✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

Od DeaPuspita611

372K 23.2K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... Více

[Day 00] ㅡ PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE

3.9K 255 11
Od DeaPuspita611

Happy reading in #day35

#rabit

ra·bit
terlepas, terputus, terpisah dari anyamannya (jahitannya, tenunannya) secara memanjang (tentang benda yang tipis)

Lindia tampak mondar-mandir, tatapan cemas tersirat di matanya. Sudah beberapa hari ini, ia tidak menerima pesan dari anaknya. Biasanya di jam seperti ini, anaknya selalu mendapat waktu longgar. Aksa selalu mengirimnya pesan bahkan beberapa kesibukannya di Milan.

Tapi sudah dua hari ini, Aksa tidak mengirim satu pesan pun padanya. Jangankan satu pesan, tanda jika ponsel sang anak aktif pun tidak ada.

Apalagi, sejak insiden ledakan di perusahaan Adhiyaksa beberapa waktu lalu, membuatnya sangat khawatir. Padahal, ia tahu anaknya tidak terlibat dalam insiden itu, tapi tetap saja sejak insiden itu juga ponsel Aksa tidak aktif.

"Kali ini apa lagi?"

Lindia menoleh, menatap sang suami yang kini berdiri di pintu ruangan. Tangan yang bersedekah dan tatapan mata tidak peduli. Membuat Lindia langsung dilanda kesal.

"Apa pedulimu? Jangan menggangguku, kamu harus istirahat setelah insiden itu."

Reza jelas mendengar ucapan istrinya lebih dingin dari sebelumnya. Ia memang sedikit mengalami sakit karena insiden itu. Ia mengalami panic attack, bahkan setelah insiden kemarin ia masih gemetar saat mengingatnya, walaupun tidak terdapat luka satu pun.

Melihat istrinya yang semakin hari semakin mengabaikannya, membuat Reza tidak bisa menahan kekesalannya lagi.

"Lalu apa maumu?! Putramu itu sedang bekerja di luar sana! Jangan terus mengganggunya, jangan terus memanjakannya! Jangan membuatnya selalu berlindung di belakangmu!"

Lindia menatap tajam suaminya, wanita yang dikenal sebagai ibu yang lembut tidak terlihat pada diri Lindia sekarang.

"Apa maksudmu? Salahkah jika aku mengkhawatirkan putraku sendiri?"

Reza berdecih, "Untuk apa? Biarkan saja dia mandiri di luar sana. Tidak mengirim pesan bukan berarti terjadi sesuatu padanya."

"Kamu tidak akan mengerti perasaanku, jadi lebih baik kamu diam dan urus perusahaanmu itu."

Suasana kian memanas saat tidak ada dari keduanya yang mengalah. Bahkan, Lindia tidak segan menunjuk wajah suaminya sendiri, yang mana membuat amarah Reza akhirnya pecah.

"Anak itu selalu tidak berguna, selalu berlindung di belakangmu. Benar-benar menyusahkan."

Tangan Lindia terkepal erat, ia bahkan mencengkeram erat ponsel yang ia pegang. "Apa maksud menyusahkan itu? Apa kamu turut andil dalam membesarkannya? Aku tanya padamu, apa kamu turut andil dalam membesarkan anak yang katanya putramu itu, Tuan Reza Ranendra?"

"Tentu saja, semua finansial hidupnya aku yang menanggungnya. Apa menurutmu aku tidak turut andil, Nyonya Ranendra?"

"HA!!" Lindia berseru keras, tatapan tidak percaya ia layangkan pada pria yang telah hidup bertahun-tahun dengannya. "Apa menurutmu, aku tidak bisa menghidupi dua putraku?"

Lindia mengusap kasar air mata yang tanpa sadar telah mengalir di pipinya. "Dengar, Tuan Ranendra. Apa kamu pikir uang yang selalu kamu berikan akan cukup menutupi saat putra kecilmu bertanya di mana kamu berada saat mereka sakit? Apa dengan uangmu, kamu bisa mengganti semua kenangan yang mereka habiskan sendiri? Jawab aku, Tuan! Kamu bilang kamu ayah mereka!"

"Baik! Aku akui, aku terlalu sibuk merintis perusahaan. Tidakkah kamu mengerti?! Aku tidak bisa membeli kenangan mereka, tapi aku yang menghidupi kalian. Mereka juga putraku!"

"Ck. They had a father, but never have a dad."

"I know. Tapi aku tidak pernah melepaskan tanggung jawab, Lindia."

Lindia terkekeh pelan, "Tanggung jawab apa? Apa kamu pernah membantunya? Apa kamu pernah menyayanginya? Aku ingatkan lagi, bahkan Randy pun pergi karena tidak tahan dengan sikapmu."

"Kamu tidak tahu apapun, Lindia."

"Apa yang tidak aku tahu?! Kamu selalu memojokkan Aksa, selalu menuntut Randy-"

"Fine! Aku akan menanyakan pada Arthur kabar Aksara, jadi berhentilah bertingkah seperti ini."

Reza yang tidak ingin memperpanjang perdebatan lagi memilih pergi. Meninggalkan Lindia yang kini menangis tersedu.

~~~~

"Selamat datang, Tuan Ranendra. Tuan Besar menunggu Anda di ruang kerjanya."

Seorang maid yang sudah berumur berjalan mengiringi langkah Reza memasuki mansion utama Adhiyaksa, di mana Arthur tinggal.

Bukan tanpa alasan ia datang ke sini. Alasan utamanya datang ke sini tentu saja menanyakan Aksa pada Arthur. Mengapa Reza tiba-tiba perduli pada anaknya?

Apakah kalian bingung dengan perubahan sikap tua bangka ini?

Sejujurnya, Reza Ranendra adalah sosok ayah yang menyayangi anaknya. Namun, gengsi tinggi membuatnya buta.

Sedari dulu saat istrinya Lindia sedang mengandung anak pertama mereka, Reza sungguh bahagia saat mengetahui mereka dikaruniai seorang anak perempuan saat di usg, bahkan ia mengumumkan kepada semua koleganya tentang kehamilan istrinya yang mengandung bayi perempuan.

Tapi siapa sangka saat hari kelahirannya, yang didapatnya adalah seorang putra. Reza sudah malu saat itu dan memilih untuk membiarkan hal itu dan memfokuskan diri ke perusahaannya. Walaupun, para koleganya mengatakan itu hal wajar, usg tidak berpengaruh besar pada jenis kelamin anak. Tapi tetap saja, Reza malu telah membicarakannya pada semua orang.

Reza tidak menyukainya, apalagi melihat Aksara yang tumbuh di lingkungan butik, bahkan ia sesekali melihat putranya dalam balutan gaun kecil itu semakin membuat ia kesal. Anaknya adalah seorang laki-laki, tapi dia tampak riang dengan gaun anak perempuan.

Perasaan itu tetap ia bawa bahkan sampai pada putra keduanya, Randy. Tapi Randy terlahir menjadi anak yang lebih terbuka dan pemberontak berbeda dengan kakaknya, itulah mengapa Randy yang muak dengan sikap ayahnya itu memilih untuk keluar dari rumah.

Pada intinya, Reza adalah orang yang selalu menyayangi anaknya dari jauh. Ia tetap menyayangi Aksara dan juga Randy. Tapi gengsinya, membuat hubungan ketiganya semakin menjauh.

"Oh, aku kira siapa yang ingin bertemu denganku di jam seperti ini, ternyata teman lamaku yang datang. Apa gerangan kamu datang ke sini?" Arthur tengah duduk di sofa di ruangannya sambil menyesapi kopi yang disediakan.

Reza ikut mengambil duduk di sofa hadapan Arthur dan melipat kakinya.

"Aku ingin tahu keadaan Aksa yang sedang di Milan sekarang," ucap Reza tanpa basa-basi.

"Aku sudah menyuruh anakku untuk mengurus Aksa untuk kembali ke sini tapi kamu tahu bagaimana anak brandalan itu, ia tidak mau mendengarkan perkataanku."

"Aku butuh kabar Aksara sekarang. Aku sudah lelah melihat istriku yang terus sakit-sakitan karenanya. Anak itu memang hanya menjadi beban pikiran saja."

Arthur mengeluarkan handphone dari dalam sakunya dan menghubungi direktur yang mengurus perusahaannya di Milan.

Salam sapaan terdengar dari telepon, Arthur tidak menanggapinya dan langsung berbicara ke intinya. "Voglio chiedere a un dipendente di nome Aksara Ranendra. Dipendenti che da tempo hanno trasferito la propria sede di lavoro presso la casa madre."

(Saya ingin berbicara kepada seorang karyawan bernama Aksara Ranendra. Karyawan yang sudah lama pindah tempat kerja ke perusahaan induk)

"Nessun dipendente è stato inviato presso aziende Milanesi. Anche il nome di Aksara non è su nessuno staff dirigenziale."

(Tidak ada karyawan yang dikirim ke perusahaan di Milan. Bahkan nama Aksara tidak ada dalam jajaran staf manajemen manapun)

Arthur mengernyit, tidak ada? Tapi, ia jelas mendengar jika beberapa waktu lalu Xavier menemani Aksara berangkat ke Milan. "Guarda di nuovo, qualche tempo fa si è trasferito con l'approvazione di Xavier."

(Cari lagi, beberapa waktu lalu dia pindah atas persetujuan Xavier.)

"Assolutamente nessuno, mastro Arthur."

(Benar-benar tidak ada, Tuan Arthur.)

"Okay grazie."

Panggilan ditutup oleh Arthur, pria paruh baya itu bahkan menghela napas. "Tidak ada nama Aksara dalam daftar nama karyawan, Reza."

Reza tercengang, ia yakin jika anaknya memberitahu jika ia dipindahtugaskan di Milan. "Jangan bermain-main denganku, Arthur."

"Untuk apa aku bermain-main denganmu, Ranendra? Direktur sudah mengeceknya, memang tidak terdapat nama Aksara di sana."

Tangan Reza terulur mencengkeram erat kerah baju Arthur, tatapannya menajam saat keduanya beradu pandang. "Apa maksudmu, Arthur? Kamu tahu jelas aku tidak suka dipermainkan."

"Aku bersungguh-sungguh, Reza."

Reza mendorong kasar tubuh Arthur, bahkan pria itu sampai terhuyung. "Aku tidak peduli, cari anakku. Atau kamu akan merasakan akibat dari mempermainkan pria dengan status rendah ini."

Reza beranjak pergi, ia bahkan menyenggol bahu Arthur dengan keras.

Sial! Ia kehilangan anaknya.

~~~~

Siang itu, matahari seakan sedang bersemangat hingga suasana saat itu sungguh terik dan panas. Natalie menyandarkan tubuhnya di pagar balkon tanpa mengindahkan pandangan orang yang memandangnya. Ia menutup matanya dan membiarkan terik matahari menyengat tubuhnya yang telanjang, hanya bra dan celana dalam masih menutupi bagian pribadinya, karena inilah ia terus diperhatikan oleh orang-orang di bawah sana.

"Miawww ..."

Ia merasakan bulu halus bergerak mengelus kakinya. Dibukanya matanya dan melihat kucing berbuluh putih keabuan itu datang dan tidur melingkar di kakinya.

Natalie tidak terlalu menyukai kucing, jika diminta memilih, ia lebih memilih memelihara hewan yang tidak terlalu banyak bulu seperti hewan reptil kecil yang tidak terlalu sulit untuk diurus.

"Lily ... Waktunya makan!" Merasa dipanggil, Lily langsung saja bangun dari tidur siangnya yang sesaat dan berlari masuk ke dalam apartemen yang bernuansakan dunia hello kitty karena kamar itu dipenuhi dengan barang-barang berwarna pink.

Lily sebenarnya hanya kucing jalanan yang diadopsi Aksa, namun karena Aksa yang izin pergi ke Milan, dengan senang hati Nada menerima tawaran Aksa untuk memelihara Lily, tentu saja semua peralatan kucing yang diberikan Xavier sebelumnya juga Aksa beri pada Nada.

Setelah melihat Lily makan dengan lahapnya, Nada dengan kemeja dan hot pants jeansnya keluar menghampiri Natalie yang tengah menikmati cahaya mentari. Dilingkarkan lengannya di pinggang ramping Natalie dan membenamkan wajahnya di punggung itu. Memang tinggi mereka terpaut jauh beberapa sentimeter saja tapi bagi Nada, Natalie yang sangat tinggi itu lebih cocok disebut keturunan titan.

"Panas ..." Nada mengeluh saat merasakan panas matahari yang menyengat kulitnya. Mendengar itu, Natalie dengan cepat berbalik dan menggendong Nada ala bridal masuk ke dalam ruangan.

Diletakkannya Nada di atas kasur bergambarkan Hello Kitty dan bangkit sebentar hanya sekadar untuk menutup tirai balkon.

"Lo yang goda gue duluan, ya. Jangan salahin gue kalau lo ga bisa bangun besok," goda Natalie ke Nada sambil memilinkan pipi yang sedikit digembulkan itu.

"Bukankah itu tujuan kita pulang dari kencan kita?" Nada bertanya sambil tertawa kecil.

Tanpa menundanya lagi, Natalie membuka satu persatu kancing kemeja Nada tapi karena ia tidak sabar, salah satu kancing kemeja yang paling bawah rabit dari tempatnya tapi masih sempatnya Natalie mengambil kancing yang sudah rabit itu dan membuangnya asal melewati punggungnya.

"Lo ngerusak baju kesayangan gue, Nata. Lo harus gantiin, nih."

"Gimana kalau gantiinnya pakai ini aja." Natalie mencium bibir penuh milik Nada dan menghisapnya sedangkan tangannya yang satu lagi beraksi memeras payudara Nada yang masih dibungkus bra konservatif berwarna merah muda.

Tangan Nada menyusup diantara punggung Nada dengan kasur untuk mencari pengait kecil yang menjadi penghalang permainannya.

BRAAKK!

Natalie yang memiliki refleks yang cepat, langsung bangkit dan menatap tajam ke arah pintu apartemen Nada yang sudah hancur karena didobrak oleh pria berbadan besar yang ia tidak kenali.

Natalie sesekali melihat ke arah Nada yang meringkuk menutupi badannya yang setengah telanjang dengan selimut.

"Apa maumu?" Natalie menatap tajam pria itu.

"Menjalankan perintah." Pemuda itu mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya. Bukannya mengarahkannya ke Natalie tapi ke arah Nada yang menatap pria itu dengan tatapan ketakutan, bahkan air matanya berhasil lolos.

DOR!

Mata Natalie menatap tidak percaya saat melihat darah merembes dengan cepat ke selimut yang melindungi tubuh Nada.

Natalie tidak bisa berpikir apapun lagi, bahkan ia tidak perduli dengan pemuda yang kini sudah pergi setelah menembak orang yang salah, dengan cepat ia menghampiri Nada dan betapa teririsnya hatinya melihat peluru itu tertembak tepat di dada pacarnya itu.

"Nada?" Namun sayangnya tidak terdengar suara dari orang yang dipanggil. Natalie menyambar handphone miliknya yang tergeletak asal di atas kasur dan menghubungi satu orang yang bisa menolongnya sekarang.

"Mattheo. Tolong Nada, aku mohon." Air mata Natalie lolos tapi matanya menyiratkan kemarahan.

Siapapun kalian, aku akan membunuh sampai tidak bersisa satupun dari kalian!

Kalian terlalu berurusan dengan orang yang salah.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

3.9M 87.4K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
69.3K 5.8K 43
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...
429K 2.8K 5
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
846K 31.7K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...