SWEET BUT PSYCHO

By xrain__

11.8K 1.1K 340

"Lucu banget, jadi pacar gue mau nggak?" Gawat! Allaric---Si Psikopat Gila itu jatuh cinta. ____ Perhatian! C... More

01 - Blurb
03 - Who?
04 - Sungkan.
05 - Es Krim
06 - Angkot Cinta
07 - Psycho

02 - First Love

2.1K 235 20
By xrain__

~♥~
Part 02 - First Love
~♥~


Hari terakhir pengumpulan tugas Bahasa Indonesia kelas sebelas. Alana berlari sekencang-kencangnya berharap Bu Retno belum pulang.

Percaya tidak percaya, guru killer itu hanya memberi waktu kelasnya mengerjakan tugas Karya Tulis Ilmiah ini hanya dalam dua hari saja. Dan tenggat terakhir pengumpulan tugasnya adalah hari ini.

"Habis aku kalau bu Retno beneran udah pulang. Bisa-bisa aku dimarahin sama semua nya." Alana menggerutu geram menatap jam tangan kecil ditangan kanan nya.

Ting!

Deringan pesan masuk terdengar, Alana acuh, siapa pun yang mengirimi nya pesan akan dibalas nanti. Yang terpenting tugas ini harus terkumpulkan segera.

Ting!

Berbunyi lagi, spontan kaki Alana berhenti melangkah guna melihat pelaku yang mengirimi nya banyak pesan ini. Namun sepersekian detik setelah handphone itu keluar dari saku rok nya, benda kotak itu langsung mengeluarkan bunyi nyaring akibat telfon dari seseorang.

"Halo?" Alana menyapa pelan setelah melihat nama kontak yang tertera, yaitu teman satu kelompoknya dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

"Gimana? Udah belum? Kenapa chat dari grub belum lo bales sih? Kita semua nungguin lo dari tadi!" Sasya baru memulai ucapannya, namun langsung memaki, membuat Alana banyak-banyak bersabar mendengarnya.

"Belum sampai ruang guru, kelas kita jauh. Lagipula kamu ngasih laporan nya baru lima menit yang lalu. Mana mungkin aku udah sam---"

"Yaudah sih, buruan. Gue nggak mau tau, laporan itu harus ada ditangan Bu Retno sebelum dia balik."

"Iya, aku usahain. Aku tutup dulu."

"Eh, tunggu! Temen-temen bilang kalo lo sampe telat ngasih laporannya. Beliin kita minuman dikantin. Terserah minuman apa aja, yang penting bukan air putih."

"Loh, kok gitu. Kamu---"

Tut!

Panggilan berakhir, lagi-lagi Alana hanya bisa menurut. Ia meremat ujung roknya kesal sendiri. Tapi juga tidak bisa menolak.

"Kenapa aku bisa se-bodoh ini sih?" Alana mendengus, mengusap ujung mata nya yang berair. Kacamata nya ia lepas sejenak dan menatap sekeliling yang ramai.

"Nggak ada waktu buat nangis, aku bakal kasih laporan ini dan nggak perlu beliin kalian minuman!"

Alana memakai kembali kacamata nya cepat dan bergegas menuju ruang guru.

"Woi bola!" teriak seseorang.

Belum sempat Alana bergerak dari tempatnya, ia menoleh mendapati bola basket yang mengarah pada nya.

"Awas!"

Lengan Alana tertarik cepat sehingga bola itu meleset mengenai tempat sampah area lapangan basket. Laporannya jatuh, dan hal bodoh yang Alana lakukan adalah berteriak, padahal pada kenyataannya dia telah terselamatkan.

"Aaaa!!"

"Lo ngapain teriak?" Allaric menatap Alana bingung.

"Aaa!! Nggak tau!" sahut Alana ikut bingung sendiri. Ia mendongak, menatap Allaric yang jauh tinggi diatasnya.

"Makasih." ucap Alana spontan.

Allaric berdehem, melepaskan dekapannya lantas menepuk baju basketnya pelan.

"Seragam lo berdebu banget." cibir Allaric.

Alana menunduk malu-malu. "Aku habis jatuh didepan gerbang gara-gara ambil laporan. Maka nya berdebu, belum sempet aku bersihin." jawabnya kemudian.

"Sini gue bersihin pantat lo."

"Hah?" seru Alana terkejut, ia menatap Allaric dan langsung berpikiran bahwa laki-laki sangatlah mesum.

Allaric yang menyadari tatapan tajam Alana tersedak seketika. "M-maksudnya rok lo bagian belakang, disana debu nya banyak banget. Sampe keliatan jelas." jelas Allaric.

"Sini." sambung laki-laki itu.

"E-enggak perlu. Aku bisa sendiri." Alana salah tingkah, ia menepuk roknya kuat-kuat hingga debu itu berhamburan.

"Aku duluan, permisi." ucap Alana terburu-buru.

"Mau kemana?" tanya Allaric.

"Mau ngumpulin laporan." jawab Alana lirih.

"Terus laporan lo mana?" Allaric tersenyum kecil melihat kecerobohan Alana.

"Oh iya, laporan aku! Laporan aku mana?" Alana panik menyadari genggaman tangannya kosong. Laporan itu seakan lenyap dimata Alana. Ekor mata nya segera menguliti area lapangan diserang kepanikan.

"Diem disitu." Allaric menarik tangan Alana pelan, lantas berjalan santai mengambil laporan milik Alana yang tersangkut pada bunga kertas.

"Makin panik, lo makin kelihatan bego. Risih gue liat lo yang bego begitu." ucap Allaric seraya menyerahkan laporannya pada Alana.

"Aku masih ada pinternya, walaupun dikit." sahut Alana tidak terima.

"Iya pinter dikit, soalnya lebih banyak bego nya." Allaric diam-diam tersenyum melihat reaksi Alana yang menahan rasa kesalnya.

"Belum kenal aja udah menghina, gimana kalo udah kenal nanti." gerutu Alana.

Allaric tergelak, "Lucu banget. Jadi pacar gue, mau?" ucapnya.

"Hah?" pekik Alana, ia mendadak tidak tau harus bereaksi seperti apa selain melongo. Mulutnya terbuka membentuk huruf O yang sangat lebar.

"Woi, Al! Ngapain lama banget disini?" teman Allaric datang langsung menepuk bahu Allaric membuat sang empu nya risih dan langsung menghempaskannya.

"Tanya, tanya aja. Nggak usah tepuk-tepuk gue." ucap Allaric.

"Sombong, mentang-mentang anak donatur sekolah."

Allaric meremat jemari nya sendiri geram-geram emosi. Ucapan Jean, sedikit mengganggu nya.

"Mulut dijaga!" tegas Allaric.

"Dih, kenapa lo? Gitu doang emosi. Sorry deh, sorry." ucap Jean.

"Btw, dia siapa? Pacar lo, ya? Bisa pacaran juga lo, Al. Gue kira cuma bisa mukulin orang doang." tangan Jean berusaha menggapai rambut Alana yang berakhir pukulan keras menyapa pipi nya sendiri.

"Tangan lo mau gue patahin sampe nggak bisa main basket lagi, Je?" tanya Allaric pelan setelah puas mendaratkan pukulan dipipi Jean.

"Lo apa-apaan sih! Kenapa lo pukul gue?" seru Jean sedikit emosi, ia tak berani membalas tindakan Allaric mengingat cowok itu anak pemilik sekolah. Sedikit saja melukai Allaric, bisa-bisa dia dikeluarkan dari sekolah.

"Masih nanya kenapa? Dia punya gue! Siapa pun nggak bakal gue biarin sentuh dia seujung kuku pun!" Allaric menarik Alana mendekat dan dalam hitungan detik, ia mendaratkan kecupan ringan di pipi gadis itu.

"Gila lo!" Jean berdecih, menatap Alana sekilas, lalu berbalik ke-dalam area tengah lapangan untuk kembali bermain basket.

Allaric tersenyum kecil, "Gimana? Lo mau nggak jadi pacar gue?" tawar Allaric sekali lagi.

Alana masih syok, ia mengusap pipi nya beberapa kali dan mengerjapkan mata nya pelan.

"Maaf, Kak. Aku nggak bisa." ucap Alana.

"Kenapa?" tanya Allaric.

Alana mendongak, menatap Allaric dengan deru nafas bersahutan. Pipi nya memerah akibat bekas kecupan Allaric.  Alana mematung tak tau harus berbuat apa.

"Aaa!!!"

Akhirnya, Alana berlari kencang membawa laporannya meninggalkan Allaric yang mematung ditempat. Gadis itu berlari sambil berteriak kencang, Allaric pikir dia sedikit tidak waras. Tapi Allaric suka.

Hai, udah masuk part ke-dua nih. Gimana part ini menurut kalian?

Thankies udah mampir, sini aku kiss dulu.

-ryuka.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 47.9K 36
Anyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan 6 tahu laman...
118K 3.6K 40
"Udah gue bilang kan, sekali pun bekas lo pasti gue makan" Samuel Wiratama, ketua dari salah satu geng motor yang ada di Jakarta 'Warrior'. Samuel me...
423K 27K 38
Aleonazka El. Salah satu anak panti yang baru saja diadopsi saat usianya 10 tahun. Menjadi seorang tuan muda kecil di sebuah keluarga. Sayangnya, ti...
739K 62.7K 31
Zio meninggal di usianya yang ke 19 tahun, akibat gagal jantung. Tapi siapa sangka, Zio malah terbangun di tubuh seorang anak berusia 13 tahun. ____ ...