call on me

De mafiakangkung

1.2K 168 62

[๐™Š๐™ฃ ๐™‚๐™ค๐™ž๐™ฃ๐™œ] ๐˜™๐˜ฐ๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ž๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ธ๐˜ฐ๐˜ฐ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฅ๏ฟฝ... Mais

02. Can't Help Myself

01. Unfamiliar Face

827 105 34
De mafiakangkung

“Apa tidurmu nyenyak, Tuan Jeon?”

Hangat melingkupi punggung polos sang pemuda saat tubuh tanpa sehelai benang seorang wanita memeluk dari belakang. Semerbak aroma parfum membaur bersama lembab embun yang mengintip di balik jendela. Seolah mengaburkan kilasan memori intim semalam di mana dua tubuh dan kulit penuh peluh bergumul dalam panasnya bercinta.

No morning kiss,” suara bass menginterupsi tindakan lawan bicaranya yang refleks melepas pelukan. “Aku ada kelas pagi ini. Lebih baik kau segera bergegas pulang.”

“Jika aku tidak mau?”

“Itu bukan urusanku.”

“Jeon Wonwoo, ayolah ... bukankah kau yang meminta lebih dulu? Aku sampai bolos kerja hanya untuk menjadi orang pertama yang menyambut kepulanganmu. Kau serius membuangku?”

Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibir sang pemuda, bahkan untuk menenangkan emosi sang wanita yang menatap kesal ketika potongan pakaian yang tercecer di lantai dikembalikan padanya. Pemuda itu serius mengusirnya, tanpa rasa belas kasih menyulut rokok seusai membuka jendela sepenuhnya.

“Baiklah, aku mengerti. Aku akan segera pergi tapi jangan salahkan aku jika suatu hari nanti kau akan menyesal karena membuangku seperti ini.”

“....”

“Sekarang aku percaya gosip murahan itu,” sang wanita kembali berbisik setelah berpakaian lengkap. “Rupanya tidak mudah menembus pertahanan seorang Jeon Wonwoo. Tembok yang kau pasang terlalu tinggi dan tebal, bahkan setelah apa yang kita lakukan semalam, bagimu hal itu tak berarti apa-apa di esok harinya. Omong-omong, aku korbanmu yang ke berapa?”

“Aku tidak pernah menghitungnya.”

Sang wanita tersenyum getir, begitupun sang pemuda yang masih fokus dengan rokok memilih tidak menanggapi patah hati sepihak atas sikap dingin yang sudah diperbuatnya. Diam yang terjadi sepersekian detik setidaknya membuat suasana menjadi lebih tenang. Buktinya wanita cantik itu berjalan mendekati sang pemuda, kembali memeluk dan mendaratkan kecup di atas bahu.

“Tatto baru, huh? Aku pikir kau tidak tertarik dengan hal semacam itu.”

Jeon Wonwoo, nama pemuda itu, hanya merespons dengan lirikan tipis di ujung mata. Tatto yang didapatkan sepekan sebelum masa wajib militernya selesai. Bisa dibilang memang hal baru karena sedari kecil Wonwoo tidak pernah melakukan hal yang bertentangan dengan nasehat orang tua.

Ah, kecuali meniduri banyak wanita dan berakhir asing setelahnya.

Entah sejak kapan Wonwoo menyadari jika dunia dewasa yang menantinya akan membawa pada status bajingan karena tidak satu atau dua wanita yang memuja berakhir dimanfaatkan demi kepentingan belaka.

Wonwoo always win.

Di atas segala kehebatan yang ada di dunia, Wonwoo menjadi salah satu yang terlahir beruntung diberkahi paket lengkap berisi ketampanan, kepintaran, dan kelebihan. Tanpa celah, Wonwoo selalu di atas dan tak terkalahkan. Segala hal ada dalam genggaman tangan.

---

Tidak ada yang berubah setelah absennya Wonwoo selama 21 bulan menunaikan tugas sebagai warga negara. Seoul masih menjadi kota paling ramai dan padat, begitupun lingkungan kampus dan teman satu program studi di departemen yang sama saat menyambut kepulangannya.

Meski Wonwoo dikenal dingin dan tak banyak bicara, orang terdekat yang memahami karakternya merasa nyaman untuk berteman. Seperti siang itu seusai mengejar beberapa mata kuliah yang tertinggal, Wonwoo dikerubungi Soonyoung, Woozi, dan Jun. Kerinduan tak bisa dihindari, mengingat di antara pertemanan mereka yang berwarga negara Korea, Wonwoo-lah orang pertama yang mendaftar wajib militer di awal perkuliahan.

“Apa benar semua orang berbagi kamar mandi bahkan bertelanjang di ruang yang sama? Dan apakah benar ada kasus pelecehan seksual yang dilakukan sesama lelaki?”

“Kau terlalu paranoid, Kwon Soonyoung! Makanya jangan banyak menonton serial televisi, semua itu hanya imajinasimu. Mana ada pelecehan? Buktinya Wonwoo pulang dalam kondisi yang sangat baik, aku sampai tak mengenalinya karena tubuhnya sekarang jadi lebih atletis.”

“Aku tidak mengada-ada, Woozi-ya. Hal itu sungguhan nyata, aku membaca di portal online ada kasus pelecehan yang dilakukan oleh senior saat barak militer kosong. Bukankah mengerikan? Bahkan di tempat yang kita anggap aman saja belum tentu aman.”

Woozi mengerlingkan mata. Diikuti Wonwoo yang tersenyum tipis sembari menggelengkan kepala, sudah lama tidak merasakan kehangatan saat berkumpul dengan tiga rekannya.

“Sudahlah, daripada membahas itu lebih baik kita agendakan pesta penyambutan atas kepulangan Wonwoo malam ini. Berhubung aku dapat cuti dari bos, setidaknya jika kalian free aku bisa reservasi tempat makanan yang enak.”

“Bagaimana menurutmu?” Woozi menatap Wonwoo. “Kau tidak memiliki janji dengan wanita atau siapa pun itu, kan?”

“Aku free.”

Call! Pokoknya kita harus bersenang-senang malam ini. Gara-gara tugas akhir yang semakin menumpuk, aku ingin minum banyak untuk menghilangkan penat! Kalau bisa carikan neorae-bang juga, Jun! Sudah lama aku tidak menari dan menyanyi. Tubuhku kaku sekali.”

“Padahal harimau gila ini setiap hari konser di kamar mandi,” decih Woozi yang langsung menjadi korban kegemasan Soonyoung.

Memang apa yang dilakukan anak-anak di usia mereka selain menikmati masa muda? Menjalani rutinitas sebagai mahasiswa, bergelut dengan tugas dan program magang bahkan memburu kejelasan masa depan yang kelak perjuangkan, bila ada waktu luang sudah seyogianya dihabiskan dengan bersenang-senang.

Sebut karakter Wonwoo cukup bertentangan, tapi dia lebih nyaman bergaul dengan tiga temannya. Tak jarang orang-orang yang mendekati karena alasan kagum. Seperti pada saat keempatnya berjalan melalui koridor, tatapan para wanita tertuju padanya. Seolah Wonwoo adalah pemandangan paling indah yang membuat orang lain terobsesi untuk memilikinya.

Karena itu pula, Wonwoo menganggap semua orang yang baik padanya atas dasar pamrih tidak setulus ketiga temannya.

Dan pikiran buruk itu membentuk Wonwoo menjadi pribadi yang bertahan hidup dengan memanfaatkan kebaikan orang lain padanya.

“Minghao, apakah kau akan ikut malam ini? Kami ada pesta!”

Jun berlari kecil, menghampiri sosok pemuda lalu memeluknya. Sudah tersiar kabar jika Minghao adalah kekasih Jun sejak tahun lalu. Sehingga Wonwoo dan teman-temannya sudah memaklumi itu.

“Oh benarkah, pesta dalam rangka apa?”

“Menyambut kucing jantan ini pulang ke kandang,” Soonyoung merangkul bahu Wonwoo dan membalas anggukan Minghao sebagai sapaan.

“Kurasa akan lebih seru jika mengajak banyak orang, mungkin dengan mengundang sahabat Minghao yang lain. Jun, kau bisa mencarikan tempat yang lebih luas kan?”

“Tentu saja!”

“Kebetulan aku ada kelas sampai jam 8 malam. Apa aku boleh mengajak beberapa teman yang sekiranya kalian kenal?”

Woozi mengangguk semangat. “Ajaklah siapapun, bahkan mengajak penghuni bulan sekali pun bukan masalah. Wonwoo sama sekali tidak keberatan. Bukankah begitu?”

Gelak tawa mengisi lapangan departemen seni di mana langit mulai menguning tanda petang berganti malam. Namun tak jauh dari tempat mereka mengobrol, Wonwoo diam-diam menemukan keramaian dari kumpulan mahasiswa yang sedang bermain basket.

Dan atensinya langsung tertuju pada satu titik yakni sosok pemuda bertubuh tinggi atletis yang bermandikan peluh. Entah mengapa kulit coklat terlihat menawan di bawah mentari petang, menambah kesan dramatis ketika anak rambut yang separuhnya diikat man-bun tersapu angin.

“Kim Mingyu! Pass!”

Dalam hitungan detik Wonwoo dibuat takjub oleh cara pria itu mendribble bola. Bukan, bukan karena tidak pernah menonton permainan basket sebelumnya. Namun fokus tertuju pada fisik pemuda tinggi bernama Mingyu yang membuyarkan distraksinya.

Baru kali ini Wonwoo setuju untuk mengakui ada makhluk adam dengan ketampanan di atas rata-rata.

Bahkan lebih tampan dari dirinya.

Yeokshi Kim Mingyu tidak pernah mengecewakan. Apa kau sedang menunggu Mingyu bermain? Kalau begitu ajak dia nanti malam ya?”

“Aku tidak bisa menjanjikan itu, mengingat Mingyu adalah orang dengan segudang janji yang harus ditepati. Dia orang sibuk.”

“Oh ayolah, aku ingin mengenal lebih dekat. Memang siapa yang tidak ingin berteman dengan mahasiswa populer sepertinya?”

“Akan aku coba, tapi jika tidak dia tidak berkenan mohon untuk tidak kecewa.”

Soonyoung berteriak girang dan Jun yang tak terima sang kekasih hati disentuh menjauhkan Minghao dari jangkauan sang harimau.

“Kau mengenalnya?” bisik Wonwoo pada Woozi tiba-tiba.

“Tidak begitu, hanya saja beberapa kali bertemu karena kami pernah satu mata kuliah.”

“Dia dari departemen seni? Kenapa aku tidak pernah melihatnya?”

“Salahkan dirimu yang mendaftar wajib militer di semester awal. Tapi lebih baik salahkan sifatmu yang sangat tidak peduli pada hal sekitar. Bahkan di hadapanmu terjadi perang dunia sekali pun, aku ragu kau akan mengingatnya.”

Wonwoo tegaskan sekali lagi, bukan kalimat Soonyoung yang sangat mengganggu benaknya. Entah kenapa, semakin gelap langit membawa petang pergi, semakin kental rasa penasaran yang bersarang di hati. Kesan pertama kala melihat Mingyu dari kejauhan seolah menghentikan waktu dalam jentikkan jari.

Membuat Wonwoo bertanya-tanya, mengapa ada rasa aneh setiap hati kecilnya teringat sosok Kim Mingyu yang misterius ini?

---

Malam tiba, namun degub jantung Wonwoo tak kunjung reda. Semakin diperparah di mana sudah satu jam lebih mereka berkumpul, entah berapa gelas soju Wonwoo tenggak demi menenangkan kegugupannya.

Pasalnya, pesta penyambutan Wonwoo berakhir menjadi ajang memuji Mingyu yang juga diiyakan pikiran kacaunya. Sedari tadi, topik pembahasan tak jauh dari seberapa populer Mingyu di kalangan dosen, staf kampus, wanita, bahkan pria. Banyak yang ingin menjadi sahabatnya, termasuk Soonyoung yang langsung akrab karena pembawaan Mingyu mudah berbaur dengan siapa saja.

Memposisikan Wonwoo untuk kali pertama sebagai pihak tersisih setelah sekian kesempatan selalu berada di puncak pujian. Anehnya, tidak ada rasa cemburu, Wonwoo terlalu sibuk bahkan tersihir dalam ketampanan Mingyu. Selain tubuh tinggi yang jauh lebih besar darinya, leher kokoh dan jakun yang tertutupi rambut sebahu masih bisa ditemukan Wonwoo. Membuatnya tak berhenti mengagumi seberapa tampan wajah Mingyu bila dipadukan dengan garis rahang, hidung, dan bibir merah yang kini sedang tertawa dengan lepasnya.

“Omong-omong, selamat untuk Wonwoo karena sepertinya kau orang pertama yang memberanikan diri untuk ikut wajib militer di antara kita.”

“Memangnya kau tidak ada niatan pergi wamil dalam waktu dekat, Seokmin?”

“Entahlah, mungkin tahun depan. Aku masih bimbang karena terlanjur nyaman dengan dunia perkuliahan.”

“Eiiyyy, kenapa kau jadi sentimentil begitu? Jalani saja, toh semua orang di dunia ini akan hidup dan menua. Dengan kau terkungkung dalam cangkang hanya akan membuat cara pandangmu terhadap dunia sempit. Kau akan sulit berkembang.”

“Bijak sekali Tuan Kwon ini. Memang efek alkohol sangat luarbiasa.”

“Berarti di sini sudah dua orang yang berangkat wamil. Karena kudengar Mingyu mendaftar dan selesai lebih dulu dari Wonwoo.”

Mingyu terkekeh, menampilkan gigi taring yang lagi-lagi mendistraki pandangan Wonwoo karena menyadari hal lain yakni eksistensi tanda lahir di pipi. Bisa-bisanya dengan jelas dia menemukan hal sekecil ini.

“Sepertinya begitu, saat aku kembali kuliah, aku jarang bertemu dengan Wonwoo.”

“Jangankan Wonwoo, bertemu denganku yang jelas-jelas sahabat karibnya saja jarang. Percayalah, seorang Kim Mingyu sangat sibuk.”

“Haha, tidak juga. Aku tidak sesibuk itu.”

Sial, bahkan suaranya saja terdengar merdu. Pertemuan ini membuat Wonwoo yang pendiam menjadi bungkam seribu bahasa. Hanya sepasang mata kucingnya yang tak bisa melepaskan pandangan dari sosok Mingyu yang duduk di sebrangnya.

Sedang malam berangsur larut, beberapa ada yang sudah tumbang lantaran mabuk, begitupun Wonwoo yang harus meladeni racauan Soonyoung. Woozi yang kesal sama sekali tidak ada inisiatif menolong, mengabaikannya yang menatap dengan penuh memelas.

“Aku keluar sebentar,” tiba-tiba Mingyu bangkit membuat Wonwoo panik dan ikut berdiri dengan maksud menyusul.

“A-aku juga, izin merokok di luar.”

Langkah kaki yang panjang dan cepat membuat Wonwoo kewalahan karena hampir bersenggolan dengan pengunjung lain. Syukurlah, hatinya lega kala melihat sosok Mingyu berdiri membelakangi. Entah apa yang sedang dilamunkan, namun Wonwoo tidak datang untuk mempermalukan diri kembali ke misi awal yakni merokok.

Yang sayangnya, pada saat akan menyulut sebatang dia lupa tidak membawa pemantik api.

“Kemarilah, sepertinya kau perlu bantuan.”

Dengan langkah berat, Wonwoo mendekat di mana Mingyu mengeluarkan sebatang rokok dari saku jeans. Setelah meminjam pemantik api, keduanya menghabiskan malam dalam diam. Saling berlomba siapa yang paling hebat dalam membuat asap pekat, mengingat musim semi akan segera berakhir diganti musim panas. Membuat malam itu cukup hangat, menjalar pada hati Wonwoo yang tiba-tiba berdegup saat tak sengaja terhirup aroma parfum Mingyu.

Demi Tuhan, ini adalah situasi paling bodoh. Jeon Wonwoo yang terbiasa dihujani pujian dengan sukarela mempermalukan dirinya di hadapan sosok asing. Jika biasanya dia akan mengabaikan siapapun yang mendekatinya, kali ini Wonwoo yang berinisiatif mendekat dan berharap mendapat karma atas perlakuan yang sama.

Namun tidak, ternyata Mingyu tidak keberatan dengan keberadaan Wonwoo di sampingnya. Meski tak ada sepatah kata terlontar di antara keduanya, tetap tak menghilangkan hasrat menggebu Wonwoo untuk melihat wajah Mingyu. Namun sebisa mungkin dia tahan, karena Wonwoo sadar segala hal tentang pemuda itu membuatnya bertindak tidak seperti biasanya.

Sangat bukan dirinya.

“Namamu Jeon Wonwoo?”

“...ya?”

“Apa kau ingin tidur denganku?”

“....”

to be continued.

Author's note :

Guys apa kabar? Adakah yang menunggu Kangkung nulis di sini?

Lagi-lagi membawa hutang baru. Work yang jangan diharepin karena Kangkung sendiri ndak bisa janjiin kapan apdet lagi 😢

Tapi sekarang Kangkung mau fokus menata hati dan mengumpulkan rasa rindu biar ada aksi untuk balik ngetik. Terutama lanjutin work-work yang kadung dipublish. Maaf yah, maaf seribu maaf karena ternyata kena WB sangat menyiksa, maafkan Kangkung yang real lifenya makin burem. Dibilang sibuk ya nggak, cuman kalau ada waktu selalu berujung turu.

Huhuhu...

Semoga work ini bisa menjadi pemicu Kangkung biar gak tumpul skill halunya. Agak kagok ternyata karena lama udah nggak nulis, bener-bener masih belum percaya diri. Terakhir Januari 2023 apdet Lluvia, sekarang udah Juni loh guys. Maafkan diriku yang sangat tidak produktif sejak 2022 😭

Btw, work ini pendek-pendek ajah wordsnya. Settingnya juga gak rumpita. Mungkin ada sedikit yang beda, work ini akan jadi work di mana Wonwoo dan Mingyunya red flag. Mau bikin yang toksik-toksik akutu karena real life lagi banyak hal toksik dan bacaan Kangkung juga temanya toksik //gak.

Oh iya, di work ini juga Wonwoonya yang bucin duluan. Kira-kira bakalan seperti apa yah? Apakah hubungan mereka fix toksik atau sehat dan cemerlang kayak pantat bayi?

Pokoknya begicu deh, yang terpenting semoga bisa menjadi pemicu untuk Kangkung semangat nulis lagi. Dan semoga temen-temen juga suka!

Segitu aja, see u next chapter.

P.s : jangan ditungguin, insyaallah nanti pasti update kok [tapi gatau kapan] 😭

Bye bye

Sincerly,

M.K 💚

Continue lendo

Vocรช tambรฉm vai gostar

44.3K 3.3K 23
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
72.2K 14.8K 166
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
36.9K 3.6K 40
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
37.1K 5.4K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...