Say Hello, El [Completed]

By katamatcha

297K 32.4K 2.4K

Dia anak tengah yang menggemaskan Elbio namanya. Anak menggemaskan yang rajin menabung untuk membeli apapun y... More

SHE | CH-00
SHE | CH-01
SHE | CH-02
SHE | CH-03
SHE | CH-04
SHE | CH-05
SHE | CH-06
SHE | CH-07
SHE | CH-08
SHE | CH-09
SHE | CH-10
SHE | CH-11
SHE | CH-12
SHE | CH-13
SHE | CH-15
SHE | CH-16
SHE | CH-17
SHE | CH-18
SHE | CH-19
SHE | CH-20
SHE | CH-21
Say Hello, El
Anak ketiga🌷

SHE | CH-14

9.8K 1.5K 115
By katamatcha

Hari ini Gani merengek ingin dibelikan jaket kulit. Melihat milik temannya membuat ia tergiur menginginkannya juga. Karena libur, Henry pun mengiyakan ajakan Gani.

"Papa mau kemana?" Elbio yang tengah memainkan truk barunya pun bangkit dan menghampiri Henry. "Mau ikut."

"Papa mau nganterin adek beli jaket, kamu dirumah aja."

"Mau ikut."

"Abang dirumah, kan?"

Elbio mengangguk dengan ekspresi wajah sedih. Regi memang dirumah, tapi, Elbio juga ingin ikut naik mobil dan berjalan-jalan dihari Minggu.

"Mau ikut, mau liat."

"Liat apa? Nggak ada apa-apa, dirumah aja."

Memegang tangan Henry menggunakan kedua tangannya. "Mau ikut, papa."

Jika Henry terus memaksa agar Elbio tetap tinggal, pasti suara jerit tangis Elbio akan langsung terdengar. Kasihan Regi, kasihan Satya dan Mara.

"Yaudah, tapi nggak boleh nakal," Kata Henry pada akhirnya. "Minta tolong Bi Mara gantiin baju."

Perasaan senang memenuhi hati Elbio. Tanpa pikir panjang Elbio langsung berlari mencari Mara agar membantunya mengganti baju. Sejak semua baju Elbio dicuci Mara, semua baju harian Elbio masih dikamar Mara, belum dipindahkan ke lemari Elbio lagi.

"Ayo, pa."

Menoleh kearah Gani. Putra bungsunya tampak tampan dengan baju santainya. Hah, tak terasa si bungsu sudah besar, menyamainya.

"Bentar, nunggu kakak kamu dulu. Katanya mau ikut."

"Apa?" Berdecak kesal. "Ah ... Males lah."

Henry mendekati putra bungsunya yang menjatuhkan diri disofa, lalu mengusap kepala Gani.

"Adek, nggak malu sama badan?"

Menatap Henry. "Ish ... Papa."

***

Elbio duduk dikursi bagian belakang sendirian. Tadinya, Henry mengusulkan agar dipangku Gani. Tapi jelas tanpa basa basi Gani langsung menolaknya dan menyuruh Elbio untuk duduk dibelakang, sedangkan ia berada disamping papanya.

Sedangkan si anak baik Elbio tidak memperdulikan dimana ia akan duduk. Yang terpenting papa mau mengajaknya, itu saja.

Sedari tadi pandangan Elbio tidak luput dari jalanan. Anak itu terus menatap keluar, melihat mobil, motor yang sesekali menyalip mobil yang ditumpanginya.

"Motolnya kelen," Komentarnya ketika motor besar menyalip. "Kalo dolphin penuh, El mau beli motol kayak gitu juga."

El bertekat untuk lebih bersemangat lagi untuk mengisi celengannya agar bisa membeli satu motor gede.

"Kalo El udah beli motol yang besal, El mau boncengin Abang. Kalo Abang sakit, El bakal bawa Abang kelumah sakit pake motol yang besal," Hayalnya. "Emm ... Kalo El nggak bisa bawa motol yang besal, El bakal suluh bapak yang bonceng El, telus beli es klim yang besal. Nanti El makan diatas motol sambil jalan-jalan."

Henry dan Gani tidak bisa mendengar dengan jelas. Bisingnya jalanan, dan suara Elbio yang memang hanya seperti berbisik saja.

***

Elbio menatap kesekeliling. Banyak baju keren disini, ada baju bergambar kartun favoritnya juga. Anak itu berada digendongan Henry. Takutnya, nanti kalau berjalan sendiri akan menyusahkan karena tertinggal jauh dibelakang.

"Papa, bajunya kelen," Telunjuk kecil itu mengarah pada baju yang dipamerkan, baju anak laki-laki bergambar kartun. Henry tau itu kartun kesukaan Elbio.

"Jangan ditunjuk-tunjuk."

"Kenapa? Kan kelen."

***

"Adek udah, mau beli jaket aja?"

Gani melirik barang bawaannya. "Iya deh, yang lain belum butuh."

"Yaudah, mau jajan dulu apa pulang?"

"Pulang aja, deh. Panas."

Henry mengangguk. Saat ingin melangkahkan kakinya keluar, suara Elbio menghentikan terlebih dahulu.

"El mau baju itu," Tunjuknya pada baju yang tadi. Baju yang mencuri perhatian Elbio kala memasuki toko.

"Nggak, kita pulang."

"Mau itu, papa," Badan Elbio bergerak heboh digendongan Henry. Meminta diturunkan. Henry langsung mengeratkan gendongannya, tak peduli kalau badan putranya akan sakit.

"El mau itu, mau itu."

"Dek, kamu keluar duluan."

Tidak ada niat membantah, Gani langsung melangkah keluar toko terlebih dahulu. Lagian ia juga malu kalau Elbio menangis disana.

"El."

"Plis papa ... Mau baju itu."

Henry menatap Elbio. Anak itu juga menatapnya penuh permohonan. "Kemarin papa udah beliin mainan, sekarang nggak ada baju baru buat kamu."

"Tapi itu kelen, El mau itu," Bibirnya melengkung kebawah.

"Nanti kita cari baju yang kayak gitu, dulu Abang juga punya."

"NGGAK MAU! mau baju baluuuu," Tangisan Elbio pecah sudah. Ia ingin memakai baju baru juga, mencium harum baju baru membuatnya ingin memiliki walaupun hanya satu.

Henry langsung membawa Elbio keluar, jelas tangisan Elbio mengencang dan memberontak. Ia terus menangis sembari menunjuk-nunjuk setelan baju yang ia inginkan.

"Diem, El," Henry langsung memasuki mobil bersama El dipangkuannya. Anak itu masih menangis terisak dan menggumamkan kata 'mau baju baru'.

Henry langsung melajukan mobilnya untuk pulang. Biar saja tangisan Elbio mengencang, itung-itung sebagai backsound.

***

Regi yang tengah rebahan santai sembari memainkan ponselnya seketika bangkit ketika mendengar suara tangis adiknya dari luar.

Pemuda itu langsung beranjak dan mengayunkan kakinya menuju sumber suara.

Disamping mobil terlihat Elbio yang berguling dibawah sambil menangis. Entah apa yang terjadi, Regi menghampirinya.

"Kenapa?" Tanya Regi pada Henry.

"Nakal ditoko."

Regi mengangkat tubuh Elbio, menepuk tubuh belakang Elbio yang terkena debu. "Stt ... Kenapa coba?"

"A ... Bang," Elbio sesegukan. Ia ingin mengadu, tapi rasanya sangat susah untuk berbicara.

Regi berjalan pelan meninggalkan Henry yang menatapnya dibelakang, mengayunkan tubuhnya agar Elbio lebih tenang lagi. Pertanyaan yang akan Regi tanyakan terpaksa ia tahan terlebih dahulu. Jika nanti Elbio sudah tenang, mungkin Regi akan menanyakannya dengan Elbio.

"Tenang Elbio, ada Abang," Sambil mengusap kepala belakang Elbio.

Menjauhkan wajahnya. "Mau ... El ... Balu."

"Iya, kenapa?"

"Baju ... Balu, papa nggak boleh," Rasa sedih menguap ketika mengatakan itu. Apalagi membayangkan jika baju itu dibeli oleh pelanggan lain, rasa sedih El bertambah.

Menatap adiknya sedih. "El mau baju baru?"

"I ... Ya ... Papa nggak boleh."

"Jangan nangis dong, Abang masih punya uang buat beli," Suara Regi bergetar. Mengusap wajah basah Elbio dengan tatapan sedih. Regi teramat yakin kalo baju yang diinginkan Elbio bukanlah baju yang bermerek dan berharga mahal. "Mau beli sama Abang?"

"Mau baju balu."

"Tapi diem dulu, jangan nangis."

Elbio berusaha menghentikan tangisannya, meski tubuhnya terlonjak karena sesegukan.

"Ayo, beli sama Abang," Regi bangkit bersama Elbio digendongannya. Menuju kekamar untuk mengambil dompet dan kunci mobil. Karena keadaan Elbio tidak memungkinkan untuk menggukan motor, Regi juga berinisiatif untuk mengajak Elbio berjalan-jalan sebentar. Setidaknya, keliling sampai Elbio tertidur.

"Mau kemana bang?"

Regi menoleh kearah Henry. "Mau ngajak El jalan, takutnya rewel sampe malem."

"El jangan nakal lagi, pulangnya juga jangan sore-sore."

"Papa yang nakal," Sentak kecil Elbio.

Regi terkekeh, ia melanjutkan langkah kakinya. Meninggalkan Henry yang menatap kedua putranya dengan pandangan sendu dalam diam. Semua orang tidak perlu tau.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 67.8K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
932K 54.9K 22
Arya Giandra dan Arsen Ganendra dua saudara kembar yang terpisah karena perceraian kedua orang tuanya. Arya ikut dengan sang ibu memiliki nasib berun...
76.6K 7K 28
Neo itu berbeda, hati Neo akan selalu menjadi hati anak kecil. Penuh kejujuran di dunia yang luas ini. Saat berusia 5 tahun perkembangan saraf otak...
279K 28.9K 25
Jika sudah besar, Jio ingin menjadi pilot.