Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Pengen Ngenwe?!

12.5K 127 10
By chihamusen

Vote dan komentar yaa!! Biar rajin UPDATE....

Ditunggu dari kalian readers!!

Rivanca sangat kesal sekali. Ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak di gedung kosong sekolahnya yang tak terpakai sebagai markasnya. Ia sambil merogoh sesuatu dalam brankas lemarinya yang ada dalam ruangan itu setelah memasukinya.

Entah apa yang ingin dia cari, Rivanca berusaha mengeluarkannya sambil pikirannya yang masih kacau belum juga tenang. Tiba-tiba ia seketika terhenti saat menyadari akan satu hal. "Obatnya kok ada disini? Bukannya udah gue kasih sama dia?" kaget Rivanca sedikit bingung sesaat. Detik berikutnya ia langsung tersadar mengingat bahwa Rivanca sendiri salah telah memberikan obat itu pada gadis itu kemarin sebelumnya.

"Anjing gue kok bisa salah ya kasih dia obat? Ini vitaminnya harusnya sampai ke dia. Kok masih gue simpan. Sialan! Apa jangan-jangan gue salah kasih dia sesuatu....?!" seketika Rivanca melototkan matanya tak percaya. Sialan Rivanca hanya sedikit mengkhawatirkan gadis itu saat Meera mabuk pulang ke kostannya. Dan Rivanca tentu saja merasa bersalah karena telah mengambil keuntungannya dari ketidak sadaran Meera.

"Sial sial! Gue bukannya bikin dia sembuh total buat dia tambah parah kayak?!" cowok itu meneguk ludahnya kasar. Ia terdiam sesaat memikirkan bagaimana nanti nasib Meera selanjutnya yang terus mengonsumsi obat yang salah dia kasihkan ke gadis itu masih mengira yang diminumnya adalah sebuah vitamin namun ternyata malah bukan. Ini sejenis obat lain.

"Hey! Ngelamun aja Lo?" ujar Sevan baru datang sambil menepuk pundak Rivanca dibelakangnya.

"Sana Lo gue lagi mau sendiri!!" decak Rivanca sempat kaget. Cowok itu lebih dulu menyimpan obatnya kembali memasukkan cepat ke dalam lemari yang sudah dikuncinya. Membuat Sevan sedikit mengerutkan dahinya.

"Santai aja dong! Lagian nih ya gue mau ngasih tau Lo sesuatu." ucap Sevan sambil tersenyum aneh.

"Gue malas ngomong jadi gak usah ajak gue ngegibah!!" ketus Rivanca mendelik tajam. Sevan sedikit terperanjat dibuat oleh kelakuan Rivanca yang kurang mengenakkan.

"Tadi Meera mau nyariin Lo buat minta rokok lagi katanya,," kata Sevan sebentar sedikit berbisik membahas gadis itu pada temannya yang terlihat badmood.

"Oh." gumam Rivanca acuh seakan tak begitu peduli. Walau dalam hatinya ia masih terus kepikiran.

"Tapi Lo harus tau. Bibir Meera bukan pecandu rokok men! Gue makin penasaran kenapa Meera bisa bela-belain mau dapatin rokok itu ya? Padahal tahu itu larangan keras. Apa Meera sengaja mau menjebak kita juga ke dalam masalah besar tanpa kita ketahui niat terselubungnya eh?" duga Sevan tampak berpikir sebentar.

"Gue gak peduli dia mau ngapain. Jangan harap dia bisa hidup tenang kalau udah berani memulainya duluan,," ujar Rivanca dingin. Kemudian menoleh ke arah teman-temannya yang lain. Terlihat Adhery seperti biasanya berkutat membaca bukunya, namun kali ini, sampul itu agak berbeda seperti 'sesuatu' diluar materi pelajaran. Apa Adhery mulai gemar membaca stiker gambar? Tapi kok anehnya seperti majalah dewasa tentang dunia wanita. Rivanca pun berdecak malas memutar bola matanya jengah.

Lalu ada Enggar yang berisik mulai ikut bernyanyi bersama Gaztra yang sedang asik memetik musik gitarnya. Kaden duduk tak jauh bersandar di sofanya dengan nyaman sambil memainkan game PS kesukaannya. Entah sejak kapan mereka semua berkumpul datang ke sini. Padahal Rivanca tak mau melihat mereka dulu. Ia butuh ketenangan setelah pikirannya berkecamuk akan tentang gadis itu saat di dalam kelasnya bersama para teman-temannya tadi sepeninggal Rivanca pergi keluar.

Bahkan ketika Rivanca sedikit bisa melupakan kekesalannya pada gadis itu sejenak, kini harus kembali diingatkan lagi saat melihat wajah tengil Sevan, temannya itu seakan tersenyum mengejeknya dengan mengungkit perihal tentang Meera saat bersama yang lainnya dikelas tadi.

"Sayangnya Lo gak ada tadi ya? Padahal itu kesempatan bagus buat Lo, biar tahu bagaimana bibir Meera yang bukan pecandu rokok itu mau minta rokok lagi ke anak-anak terutama punya Lo! Dia harusnya ngambil dari Lo sih... Jadi sebagai bayaran yang nggak gratis juga, bisalah sedikit Lo pertimbangkan dia layak buat mendapatkannya atau enggak itu terserah Lo, tapi sepertinya dia gak mau berurusan sama Lo deh. Dia lebih suka memilih sama kita." Sevan sedikit terkekeh apalagi saat melihat wajah Rivanca mengeras tersinggung bahwa gadis itu ternyata benar-benar tak mau mengharapkan dirinya.

"Gue udah tau gimana rasanya." sahut Rivanca tiba-tiba.

"Hah?! Maksudnya.... Lo udah pernah nganu sama dia weh?!!" Sevan langsung melotot keras.

"Maksud gue makan tahu! Gue mau pergi beli tahu dulu laper nih!!" jawab Rivanca berkilah cepat sempat berdehem sebentar seakan tersadar dia hampir saja keceplosan didepan temannya itu.

Sialan tidak ada yang boleh tahu Rivanca pernah melakukan sesuatu yang menarik bersama gadis itu dibelakang mereka atau nanti teman-temannya akan lebih ikut heboh mencercanya. Cukup Rivanca saja, mereka tak boleh menyentuh Meera dulu sebelum Rivanca berhasil memilikinya.

Sevan mendengus kasar. "Aneh Lo! Sana makan tuh rumput sampai kenyang!!" decihnya lalu beranjak menjauhi Rivanca. Kini cowok itu terlihat memakai sarung tinjunya bersiap untuk memulai latihannya. Melihat Rivanca yang agak tak nyambung tadi membuat Sevan menjadi kesal sendiri dengan tingkah temannya itu.

Rivanca hanya menatap datar. Ia berpaling membalikkan badannya untuk meninggalkan mereka lagi. Seperti yang dia bilang. Rivanca hanya beralasan agar Sevan tak sempat akan memicingkan tajam matanya dan menaruh curiga lebih padannya. Sevan bukan orang yang sembarangan pria remaja petinju itu susah untuk dikelabui oleh berbagai alasan. Dia bisa saja diam-diam mengetahui semuanya tanpa bertanya lebih, jadi Rivanca harus berhati-hati atau Sevan akan membuat rencananya jauh berantakan.

***

Malamnya Rivanca bertekad untuk datang dengan Hoodie hitamnya yang dia pakai kini telah memasuki tempat tinggal gadis itu. Rumah kost yang didiami oleh Meera seperti biasa sunyi tak ada orang lain. Meera mungkin hidup sendirian. Ia pikir Meera mempunyai keluarga lain. Tapi ternyata gadis itu hanya sendirian bahkan tak ada foto anggota yang dekat dengan gadis itu.

"Rupanya Lo udah mulai terbiasa tidur gak pakai baju hmm?" Rivanca terkekeh pelan. Sembari berjalan pelan mengitari kamar itu, lampunya dia matikan terlebih dahulu sambil melirik jam masih terlalu awal malam tapi Meera sudah tertidur nyenyak dalam mimpinya. Ia melihat sekilas ke arah Meera yang tak menggunakan pakaiannya. Benar-benar cewek itu bertelanjang bulat didepannya. Rivanca sudah tak heran lagi. Awalnya ia penasaran kenapa Meera bisa melepaskan bajunya saat tidur. Ternyata memang gara-gara obat yang dia kasih terlanjur gadis itu pakai.

Rivanca sedikit membasahi bibirnya. Lalu mulai mendekati Meera yang terbaring nyaman di tempat tidurnya itu. Ia merogoh dalam nakas lemari gadis itu. Dan ternyata benar obat vitamin yang seharusnya dia kasih ke Meera malah tertukar bahkan masih tersisa banyak. Rivanca tak habis pikir bisa-bisanya dia keliru. Tapi hal itu justru adalah sesuatu yang sangat bagus untuknya bukan? Meera kini tak perlu lagi menyembunyikan jati dirinya sesuatu yang menarik dari bagian tubuh indahnya itu yang selama ini selalu tertutupi oleh seragamnya diluar sekolah.

Saat Meera mulai terbangun setengah dari alam sadar bawahnya. Gadis itu bergerak meraba anggota bagian tubuhnya yang panas sensitif. Seperti gatal meremas dadanya sendiri bahkan tangannya juga berusaha tak berhenti untuk bisa masuk menyentuh area pangkal paha dalam inti tubuhnya dengan menggunakan jari mungil tangannya sendiri. Meera tentu saja tak menyadarinya, ia telah berbuat sesuatu hal aneh pada dirinya selama tertidur.

Tubuh Meera lebih mengejang. Peluh keringat membasahi setengah badannya. Meera selalu kepanasan. Jika ia masih mengenakan pakaiannya mungkin Meera sudah merasa seperti akan terbakar suhu oleh api jahanam dari dalam dirinya yang semakin bergelora.

Ini sudah kedua kalinya Rivanca sudah menyaksikan langsung Meera yang bereaksi seperti itu. Lebih tepatnya Rivanca sudah datang ke tempat ini tiga kali terakhir sejak mengantar Meera pulang. Tapi sekarang disuguhkan pemandangan menakjubkan luar biasa dari gadis itu.

Siapa yang menyangka? Rivanca tak pernah berpikir untuk mengambil kesempatan ini melalui obat yang salah tidak sengaja diberikannya waktu Meera keluar dari UKS. Padahal Rivanca bermaksud untuk mencoba berbaik hati padanya karena berpikir sedikit kasihan sudah menyakitinya. Setelah ia pernah memaksa Meera mengulum benda tampul miliknya yang besar ke dalam mulut gadis itu hingga membuat sudut bibir Meera cukup terluka. Bahkan Meera jadi semakin jatuh sakit sampai absen dua hari tidak bersekolah hanya karena kegilaan Rivanca yang telah dia lakukan pada Meera dibelakangnya, saat gadis itu mabuk berat tak sadarkan diri saat diantar pulang malam hari di kamarnya.

Rivanca sekilas merasa bersalah, namun seketika ia langsung tak lagi mempedulikannya, baginya Meera benar-benar cukup menyebalkan. Kenapa hanya pada teman-temannya saja Meera berani mendekat. Lalu sedangkan dirinya Meera lebih enggan sengaja mengabaikannya dan semakin jauh menghindarinya.

"Lo butuh bantuan kan? Gue akan selalu siap sepenuhnya demi memuaskan Lo." Rivan menyeringai tajam. Baginya ia bisa bebas semaunya untuk melakukan sesuatu apa saja pada gadis itu selama Meera tak sadar. Melihat gadis itu semakin lebih tersiksa karena tak bisa mendapatkan puncaknya saat sudah cukup lama bermain sendirian menyentuh dirinya. Rivanca perlahan naik ke ranjang tempat tidur gadis itu.

Sambil membuka pelan kedua paha Meera cukup lebar. Cowok itu bersiap untuk memberikan servis terbaiknya hingga membuat gadis itu bisa merasakan sesuatu hal yang luar biasa berkat pertolongan darinya.

"Malam ini gue buat Lo bermimpi lebih indah sayang... Meski gue sangat buruk di mata Lo. Tapi tubuh Lo gak pernah bisa menolak diri gue untuk memuaskan birahi kita masing-masing." ucap Rivanca sebelum mencecapinya. Seluruh tubuh Meera seakan tersengat listrik saat lidah Rivanca menyapu bagian bagian sensitifnya.

"Ahhh.... Hnghh iyaah,," desah Meera antara sadar atau masih tertidur, ia seakan merasa lebih nyaman dari siksaan dirinya yang sebelumnya terus membara, kini sekarang mulai sedikit berkurang saat sesuatu yang dingin dan basah itu menjalari seluruh permukaan dalam kulitnya.

"Tapi aku ingin merasakan sesuatu yang lebih lagi dari ini...." gumam Meera meracau tak jelas wajahnya pun memanas padam. Entah kenapa Meera sekarang kembali bergerak lebih gelisah seperti cacing. Padahal tadi Meera sempat mulai merasakan nyaman sesaat, namun gadis itu seakan meminta hal yang lebih dari sekedar pemanasan secepat itu? Apa Meera lebih membutuhkan yang hal yang sangat besar untuk segera dimasuki oleh sesuatu asing yang keras dari milik seorang pria? Damn shit! Pikiran Rivanca jadi kacau dibuat oleh keinginan aneh gadis itu. Rivanca menelan ludahnya kasar. Ia harus mengakhiri permainannya sebelum Meera akan sadar mengetahui siapa dirinya.

"Pengen ngewe... Akh enggak.... Bukan! Tapi kenapa harus ngewe?! Bikin penasaran?! Salah, tapi katanya begitu... S-sialan! Aku juga.... Nggh?!" Meera seakan bermimpi aneh. Cewek itu menggelengkan kepalanya kuat dengan mata masih terus terpejam erat. Rivanca tak bisa mengalihkan pandangannya. Apalagi ia sungguh cukup terkejut dengan perkataan terlalu melantur dari gadis itu.

"Lo serius? Mau sekarang juga gue harus ngelakuin hal itu sama Lo? Cih jangan menyesal ya..." wajah Rivanca mulai menggelap dengan seringainya atas permintaan gadis itu yang seakan tak tahu malunya telah berani lancang mempengaruhi akal sehatnya saat dia mencoba lebih bersabar menunggu waktu yang tepat... Tapi Meera sendiri tak membiarkan Rivanca untuk berpikir tenang sejenak demi mengambil kesempatan emas langka itu dari seorang gadis perawan?!

TBC.....

Continue Reading

You'll Also Like

243K 36.4K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
64.9K 5.9K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
68K 5K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...