π€πƒπƒπˆπ‚π“πˆπŽποΌŒBLUE LOCK

By PRlMROSES

474 44 2

βͺγ‘­γ€‚πš…π™°πšπ™Έπ™Ύπš„πš‚! π™±π™»πš„π™΄ 𝙻𝙾𝙲𝙺 πš‡ 𝙡𝙴𝙼! πšπ™΄π™°π™³π™΄πš ❫ ❝ π–Έπ—ˆπ—Ž 𝗁𝖺𝗏𝖾 𝗆𝖾. 𝖴𝗇𝗍𝗂𝗅 𝖾𝗏𝖾... More

π€πƒπƒπˆπ‚π“πˆπŽπ

π†πˆπ•π„ π”ποΌŒitoshi sae

241 25 2
By PRlMROSES

KAU BENAR-BENAR TIDAK TAHU CARANYA MENYERAH YA?

⠂⠂⠂

ENTAH SUDAH BERAPA KALI SANG PUJAAN HATINYA INI MENOLAKNYA. Puluhan? Mungkin ratusan kali ia terus menolak (Name)dan gadis itu pun tak bosan-bosannya untuk terus mengajukan diri sebagai kekasihnya. Katakan saja bahwa (Name) tak tahu malu, ia begini hanya kepada orang yang ia suka.

Satu sekolah pun tahu bahwa (Name) benar-benar tergila-gila pada Itoshi sulung ini. Tiada hari tanpa mendekati dan mengajukan diri sebagai kekasihnya, pun dengan tolakan yang selalu diterima oleh gadis tersebut. Tak masalah. (Name) sudah terbiasa.

Hari ini (Name) bangun lebih awal dari biasanya. Biasanya ia akan bangun beberapa menit sebelum masuk ke sekolah. Hey, itu bukan kemauannya bangun jam segitu. Itu karena alarm sialan yang tidak membangunkannya— atau ia yang terlalu tuli untuk mendengar alarm yang terus menerus berdering memekakkan telinga satu rumah.

Ia sangat bersemangat untuk memberikan bekal untuk gebetannya. Dengan langkah yang bersemangat, kakinya ditujukan pada sebuah kelas yang tak jauh dari kelas miliknya. Ia mengintip sedikit dari balik jendela sebelum maniknya menatap seorang lelaki bersurai merah sedang menelungkupkan wajahnya bosan di atas meja.

Sebuah senyuman lebar terukir pada wajah (Name). Pintu terbuka lebar dengan presensi seorang gadis yang membawa sebuah kotak makan di tangannya. Lelaki bermarga Itoshi tersebut  sontak mengangkat kepalanya dan mengalihkan pandangannya kepada (Name).

Kursi kosong di sebelahnya tersebut tertarik dan diduduki oleh (Name) dengan kotak makan yang senantiasa berada di atas tangannya. Senyuman lebar masih terukir pada wajahnya, "Selamat pagi, Sae!"

Sae melirik sejenak ke arah (Name) sebelum berdehem dan kembali menelungkupkan wajahnya pada lengannya yang terlipat di atas meja. Ia sama sekali tak berminat untuk membalas sapaan dari sang gadis.

Sementara itu (Name) memasang wajah cemberut. Ia menaruh kotak makan yang ia buat pada laci meja Itoshi sulung tersebut. Kemudian ia segera keluar tanpa mengatakan sepatah dua patah kata pada Sae.

Sae mendongakkan kepalanya sejenak dan melirik ke dalam laci mejanya yang terdapat kotak makan. Kotak makan tersebut diraih dan dibawa ke atas mejanya. Tarikan kecil pada ujung bibirnya menjadi bukti bahwa ia cukup senang dengan apa yang diberikan oleh (Name).

Tanpa diketahui oleh (Name) bahwa seorang Itoshi Sae tersenyum kecil pada kotak makan yang diberikannya. (Name) sebenarnya cukup jenuh dengan sikap Sae yang tak bosan-bosannya bersiap dingin dan menolaknya. Tinggal mengiyakan permintaannya apa susahnya?

(Name) terus menggerutu kesal selama menuju kelasnya. Siswa-siswi yang berlalu-lalang di koridor hanya menggeleng pelan mendengar gerutuannya yang tentu saja tentang Sae.

"Hey, (Name)!"

Dengan jengkel, (Nama) menolehkan kepalanya ke arah suara asal yang memanggil namanya. Lelaki bersurai pirang dengan biru mewarnai bagian bawahnya merangkulkan lengannya pada tengkuk (Name).

"Tsk. Ini masih pagi, Kaiser. Jangan buat aku kesal, " decak (Name) jengkel. Sementara Kaiser hanya terkekeh mendengar penuturan perempuan yang lebih pendek darinya ini.

"Kau ini masih pagi sudah marah, " balas Kaiser dengan nada yang menggoda dan bermain-main. Iris birunya menatap pada (Name) yang memasang wajah jengkel, bibirnya mengukir seringaian.

"Sudah berapa kali ditolak? Daripada dengannya, lebih baik kau berkencan denganku saja, " ucap Kaiser sambil mengeratkan rangkulannya pada (Name).

(Name) memutar bola matanya malas. Bibir mungil tersebut masih menggerutu tidak jelas dengan Kaiser yang hanya terkekeh mendengarnya. Tanpa keduanya sadari, sepasang mata menatap mereka dari kejauhan.

⠂⠂⠂

Siang ini pertandingan bola antara kelas (Name) dan kelas Sae diadakan. Dengan semangat gadis tersebut menempatkan dirinya pada bagian terdepan tribun. Manik hitamnya menatap sang pujaan hati dengan tatapan memuja.

'Sial. Hari ini ketampanannya masih sama.' Inner (Name) bergejolak ketika Sae masuk ke lapangan dengan angkuh. Hatinya dibuat bimbang harus mendukung kelasnya sendiri atau Sae.

Selama pertandingan berlangsung, (Name) yang paling bersemangat dan suaranya paling lantang ketika Sae bermain ataupun memboboli gawang tim lawan. Teman sekelasnya memakluminya karena memang ia selalu melakukan itu ketika Sae bertanding.

Kelas (Name) dan Sae bertanding selama beberapa match. Tentu saja dimenangkan oleh kelas Sae, dengan Sae yang terus membobol gawang kelas (Name). Gadis itu berniat untuk membawakan sebotol minum dan handuk untuk Sae.

Saat ia telah sampai di pinggir lapangan, manik hitamnya tertuju pada lelaki bersurai merah yang sedang terduduk. Senyuman yang awalnya terukir lebar di wajah (Name), perlahan memudar. Tangannya yang membawa botol dan handuk kecil untuk Sae diturunkan.

Di sana, dapat ia lihat salah seorang anggota cheerleader membawakan Sae sebotol minum dan handuk. Sae bahkan tak menolak pemberian perempuan tersebut. Lelaki bermarga Itoshi itu malah tersenyum pada perempuan itu. Ingin sekali (Name) berkata, namun suaranya tertahan di tenggorokan. Matanya terasa panas dan basah.

Sebuah tangan menutup pandangan (Name) dan menarik gadis tersebut menjauh dari lapangan. Tubuh (Name) ditarik ke dalam sebuah pelukan oleh lelaki bersurai pirang kebiruan. "Sudah aku bilang kan? Harusnya kau berkencan denganku saja," bisik Kaiser sambil mengelus lembut kepala bagian belakang (Name).

Tak ada jawaban dari (Name). Gadis tersebut terdiam di dalam pelukan yang diberikan Kaiser. Pikirannya kalut dan sudah terbang ke mana-mana.

'Jika Sae memang sudah memiliki kekasih, kenapa tidak bilang saja dari awal? Aku merasa seperti orang bodoh yang mengejar cinta seseorang yang sudah memiliki kekasih, ' batin (Name). Ia menarik napas dengan dalam mencoba menenangkan perasaannya yang terasa sakit dan sesak.

"Pulang nanti mau pergi ke coffee shop yang baru buka?" tawar Kaiser tanpa melepaskan pelukannya. Anggukan menjadi jawaban dari sang gadis di dalam pelukannya.

⠂⠂⠂

Sudah beberapa hari— bahkan minggu, (Name) tidak lagi datang untuk menghampiri Sae ke kelas ataupun melihat pertandingan Sae. Gadis itu seolah-olah menyibukkan dirinya dengan berbagai tugas dan kegiatan sekolah.

Sae sendiri tak peduli dengan itu. Ia mungkin cukup senang karena tidak ada yang mengganggunya lagi. Hanya saja, harinya terasa berbeda karena tidak ada (Name) yang menghampirinya setiap hari.

Jujur saja, di lubuk hati terdalamnya ia cukup kesepian karena tidak ada (Name). Setiap ia dan (Name) berpapasan di koridor, gadis tersebut selalu menghindar, berputar balik, ataupun melewatinya begitu saja seolah-olah Sae bukanlah siapa-siapa baginya. - kan emang bukan siapa siapa banh 🤨 -

Tak jarang Sae mendapati bahwa (Name) sedang bersama Kaiser. Gadis tersebut tampak senang dan bahagia ketika bersama Kaiser. Kesal. Ia merasa kesal karena melihat (Name) tersenyum, tertawa dengan bahagia pada lelaki selain dirinya.

Sae memang tidak menunjukkan raut kesal ketika (Name) menghindarinya ataupun sedang bersama Kaiser. Tapi, ia benar-benar kesal di dalam lubuk hati terdalamnya. Ingin sekali ia merutuki Kaiser yang selalu berdekatan dengan (Name).

Kali ini Sae benar-benar akan memastikan sendiri pada (Name) mengenai perasaan gadis tersebut. Iris teal miliknya menelisik satu persatu siswi di dalam kelas (Name). Tangannya terlipat di depan dada sambil menunggu di sebelah pintu kelas (Name).

Lirikan tertuju pada seorang gadis yang tampak akan keluar dari kelas dengan setumpuk buku. Ketika (Name) keluar, tanpa basa-basi ia mengambil buku-buku dari gadis tersebut.

"Ini mau dibawa ke mana?"

Mendapati tak ada jawaban dari (Name), ia mendengus pelan sebelum menyenggol pelan lengan (Name) dengan sikutnya. Iris teal nya terus menatap semua pergerakan (Name).

"Huh? Oh, ke perpustakaan, " balas (Name) tanpa menatap Sae. (Name) merasa canggung dan kikuk ketika Sae tiba-tiba mengambil setumpuk buku dari tangannya.

Keduanya berjalan menuju perpustakaan tanpa percakapan. Sae yang setia memasang wajah datar dan (Name) yang menatap ke arah lain dengan perasaan canggung dan tidak enak.

"Kenapa?"

Suara dari lelaki bermarga Itoshi tersebut menginterupsi perhatian (Name). Gadis tersebut langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung, "Apa yang kenapa?"

Sae tak langsung menjawab. Lelaki tersebut berpikir sejenak sebelum berdeham. Maniknya melirik ke arah perempuan yang lebih pendek darinya itu.

"Kenapa tidak lagi menghampiriku?"

(Name) menelan ludahnya dengan kasar. Tenggorokannya terasa gatal untuk menjawab, "Tidak apa apa. Aku merasa tidak sopan saja mendekati seseorang yang sudah memiliki kekasih, " balas (Name) tanpa menatap lelaki di sebelahnya.

"Apa? Siapa yang punya kekasih?" Langkah kaki Sae terhenti. Raut wajahnya menampilkan ekspresi kebingungan. Alisnya mengernyit bingung. Sementara, (Name) menoleh ke belakang karena Sae yang tiba-tiba berhenti.

"Tentu saja, kau. Pertanyaan bodoh macam apa itu?" decak (Name) jengkel. (Name) memalingkan wajahnya ke arah lain, tak mau menatap wajah Sae terlalu lama. Ia takut akan jatuh cinta lagi jika menatap Sae terlalu lama. Faktanya, ia masih menyukai Sae walaupun ia berusaha untuk menghapus rasa sukanya.

Sae mendekat ke arah (Name) dengan kilatan mata jengkel dan sedikit marah. Iris teal miliknya beradu dengan iris hitam sang gadis. Matanya memicing tajam, "Siapa yang menyebarkan info seperti itu? Aku tidak punya kekasih. "

Rahang (Name) mengeras mendengarnya. Sebegitu tidak inginnya kehilangan fans kah Sae? Sampai tidak mengakui kekasih sendiri. Tatapan tajam dilayangkan kepada Sae, "Kau— Tsk. Kau ingat pertandingan minggu lalu?"

Satu alis Sae terangkat sambil mencoba mereka ulang pertandingan seminggu yang lalu, "Ada apa dengan pertandingan minggu lalu?"

"Tsk. Kau harusnya mengatakan padaku bahwa kau telah menjalin hubungan dengan anggota cheerleader. Tahu begitu, aku akan berhenti mengejarmu dari awal, " balas (Name) sambil melipat lengannya di depan dada. Iris hitamnya menatap tajam pada iris teal miliknya.

"Apa? Sia— anggota cheerleader? " Perkataan Sae terhenti kala mengingat anggota cheerleader yang membawakannya sebotol minum dan handuk kecil untuknya.

Sae mengulum senyumannya dan menatap pada perempuan di depannya. Ia mendekat ke arah (Name) sambil menatapnya dengan intens, "Itu sepupuku. "

(Name) terdiam. Ia mencoba mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Sae. Lidahnya terasa kelu, tenggorokannya terasa kering. Pipinya sedikit memerah karena malu akan kesalah pahaman. Bibir bagian bawahnya digigit pelan dengan kepala tertunduk malu.

"Apakah kata-kataku sudah jelas?"

Pipi (Name) semakin merah menahan rasa malu. Gadis itu langsung meraih setumpuk buku yang dibawa Sae. Ia berniat untuk segera kabur menuju perpustakaan, namun lengannya tertahan oleh Sae.

Sae mendekatkan wajahnya pada telinga (Name) yang memerah dan berbisik, "Jangan salah paham lagi. Aku tidak mungkin kencan dengan orang lain. "

Kalimat Sae terjeda sejenak sebelum ia melanjutkan, "Ku rasa aku telah jatuh cinta padamu, bodoh. "

Sontak wajah (Name) memerah dan panas. Sementara itu, Sae memasang wajah puas melihat (Name) yang memerah karena dirinya. Siswa-siswi yang berlalu-lalang di koridor heboh karena interaksi antara Sae dan (Name).

⠂⠂⠂

𖥔﹚NOTES!
ㅤㅤㅤKaiser nt 😿 Requestnya di kolom request ya, biar
ㅤㅤㅤaku ga bingung 😅 Pasti aku buatin kok
ㅤㅤㅤHappy reading and Have a great day! 🤍

Continue Reading

You'll Also Like

51.5K 6.9K 31
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
AZURA By Semesta

Fanfiction

221K 10.6K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
567K 57.5K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
147K 14.5K 26
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...