✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

Von DeaPuspita611

371K 23.1K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... Mehr

[Day 00] ㅡ PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 32] WHAT HAPPENED?

4.1K 289 4
Von DeaPuspita611

Happy Reading In #day32

#bestari

bes·ta·ri
Luas dan dalam pengetahuannya; bijak

Film itu terputar, suasana yang awalnya riuh dengan suara penonton, kini langsung senyap setelah lampu bioskop dimatikan.

Mereka memutuskan untuk menonton film romantis Love Again. Walaupun, Elios lebih menyukai film aksi dan horor, tapi kali ini ia menuruti kemauan Ben. Tentu saja karena ia berhutang nyawa dengan Ben karena sudah menyelamatkannya.

Tapi, baru setengah jalan film itu terputar, mata Elios sudah cukup berat, bahkan ia sudah menguap berkali-kali karena film yang baginya terlalu melow. Ia juga sedikit bosan.

Ben sesekali menoleh ke arah Elios yang sudah mengangguk-anggukkan kepalanya karena mengantuk, disodorkannya popcorn yang ada di tangannya kepada Elios sambil mencoba membangunkan pemuda itu.

"Psst ... makan nih, supaya lo gak ngantuk." Ben mencoba berbisik pada Elios agar tidak mengganggu penonton yang lain.

Elios mengernyit, ia tidak begutu dengar apa yang dikatakan Ben. Didekatkannya telinganya ke wajah ben hingga jarak mereka hanya beberapa senti saja.

"Nih, popcorn gue lo aja yang makan, daripada lo ngantuk gitu gegara gue milih nih film." Ben berbisik sekali lagi.

Elios memutar kepalanya dan menatap ke arah Ben. Jarak mereka sangat dekat, bahkan mereka bisa saling merasakan napas orang yang sedang mereka tatap.

Mata mereka seakan terkunci satu sama lain, tidak ada niat untuk mengalihkan pandangan mereka.

"Lo ternyata ganteng juga, ya." Elios menceplos tanpa sadar, saat menatap mata hazel milik Ben seakan ia benar-benar terhipnotis dengan mata itu. Sangat langka sekali melihat warna mata hazel di negara ini, tapi walaupun ada, warna mata itu sangat indah dipadukan dengan wajah Asia.

Ben terperangah kaget, ia tidak pernah dipuji seperti ini dalam hidupnya, bahkan jika ada gadis-gadis yang menitip salam pada masa sekolah dulu, itu pun bukan untuk dirinya melainkan untuk teman-temannya yang mana sudah pasti lebih tampan dari dirinya.

Ben memang lebih mirip ayahnya yang asli berasal dari Brazil, bahkan warna matanya juga mengikuti warna mata ayahnya. Ia hanya mengambil gen warna rambut hitam dan warna kulit putih gading dari ibunya.

Elios terpesona, bukannya memperjauh jarak mereka, tapi ia semakin memperdekat wajahnya dengan wajah Ben.

Ruangan itu gelap, hanya ada cahaya dari layar bioskop yang menunjukkan kemesraan pemeran utama yang bahkan bukan perhatian mereka saat ini.

Padahal, hanya sepermilisenti saja jarak bibir mereka, Ben langsung memundurkan wajahnya menjauh dari Elios, walau tidak terlalu jauh namun cukup untuk melihat dengan penuh wajah Elios.

Ben tidak berkata apa-apa, ia tidak tahu ingin mengatakan apa. Jadi, ia hanya menatap Elios dan mencoba mencari maksud Elios melakukan hal seperti tadi dari wajah itu.

"Kalo lo luang, habis ini kita kencan, yuk!" Ucapan Elios yang tiba-tiba membuat Ben mengalihkan wajahnya kembali dan mencoba fokus ke film yang tengah terputar itu.

Jantung Elios berdebar sangat cepat, bahkan seakan jantung itu ingin leluar dari wadahnya. Ia salah tingkah mengingat kelakuannya sendiri, tapi ini satu-satunya cara untuk semakin dekat dengan Ben yang selalu menjadi pusat perhatiannya sedari mereka pertama kali kenal.

"Sorry." Akhurnya Elios kembali bersuara setelah tidak mendengar jawaban dari Ben yang kembali menatap layar bioskop itu. Kini, matanya kembali segar dan tidak mengantuk,  bahkan ia menjadi tertarik dengan film yang ditayangkan, walau sesekali matanya melirik ke arah Ben yang fokus menatap layar.

Di satu sisi, Ben tidak menunjukkan ekspresi apapun, bahkan tidak ada yang bisa mengetahui apa yang di pikirkan Ben saat ini. Tapi ada satu yang pasti, Ben sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang ditontonnya, kepalanya penuh dengan segala pertanyaan dan pemikiran random.

Lampu bioskop itu kembali menyala setelah film berakhir begitu pula dengan Ben yang langsung bangkit meninggalkan Elios yang masih terduduk di kursinya.

"Eh! Tungguin gue dong, Ben. Lo mau ke mana buru-buru gitu?" Elios mencoba menggapai tangan Ben, tapi sayangnya gerakan Ben lebih cepat untuk menghindar.

"Pulang." Ucapan Ben sangat singkat, tapi ia langsung berhenti setelahnya. Ia mengingat sesuatu.

"Bukannya lo harus nganter gue dulu? Kalo lo tinggalin gue, gue pulang naik apa, dong?" Elios bukan orang yang bestari, tapi ia tahu apa yang dapat membuat Ben berhenti kabur darinya. Ia tersenyum saat ia punya kesempatan untuk lebih lama dengan Ben.

Elios langsung saja menggenggam tangan Ben saat ada kesempatan dan bergelantungan manja, walau Ben tetap dalam ekspresi datarnya. Ia juga sempat mengistirahatkan kepalanya di pundak orang yang sedikit lebih pendek darinya itu.

"Ben?" Suara itu sungguh familiar di telinga Ben. Ia langsung memutar kepalanya melihat ke arah suara yang menanggilnya. Betul saja, itu Ozarn dengan setelan rapi berwarna hitam dari ujung kepala hingga sepatunya.

"Jak? Ngapain lo di sini? Bukannya lo bilang ada acara keluarga?"

Mata Ozarn bergantian menatap ke tangan Ben yang dipegang Elios dan juga kepala Elios yang bersandar nyaman di pundak Ben.

"Gue yang seharusnya nanya ke lo. Bukannya lo bilang bakal di rumah aja? Lo ngapain di sini bareng temennya Aksa yang ... gue lupa nama dia siapa." Mata Ozarn memincing menatap Elios, bahkan jarinya menunjuk ke arah Elios.

"Gue Elios, masa lo lupa?"

"Gue gak nanya sama lo!" Tatapan Ozarn semakin tajam saat mendengar Elios bersuara.

Ben menghela napasnya panjang. Ia paling benci bertemu masalah seperti ini, bahkan wajah Ozarn yang biasanya tersenyum saat melihatnya kini tidak ada sama sekali.

"Kita tuh-"

"Kita lagi kencan!" Itu Elios. Ia sengaja memotong perkataan Ben hanya untuk melihat ekspresi yang ditunjukkan Ozarn.

Ozarn terdiam sebentar, ia melipatkan tangannya di depan dada dan menatap Ben dan Elios lekat-lekat.

Suasana sedikit canggung bagi siapapun yang melihat mereka, padahal saat ini mereka masih tepat di pintu masuk bioskop dan banyak mata yang memandang mereka dengan tatapan aneh.

"Kok, lo gak bilang kalo lo pacaran sama El sih, Ben?" Ozarn tersenyum lebar lalu menepuk pundak Ben.

"Bu-bukan gitu ..."

"Gak perlu malu kalo sama gue, tinggal bilang kalo lo mau kencan sama Elios. Dah ah, gue gak mau jadi obat nyamuk" Ozarn tertawa kecil sesekali mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Gue harus balik lagi, nih. Gue titip Ben sama lo ya, Elios." Ozarn berucap cepat dan langsung berlalu meninggalkan Ben dan Elios.

Ben hanya bisa terdiam kebingungan melihat Ozarn yang terburu-buru seakan hal itu sangat penting. Padahal, ia tahu Ozarn tipe orang yang tidak perduli dengan hal yang menyangkut keluarganya.

Apalagi bertemu seperti ini, ia merasa ketahuan sedang selingkuh.

"Kita jadi kencannya?" Ben memutar kepalanya menghadap Elios dan menghela napasnya.

"Terserah lo deh, El."

Ben sudah pasrah.

~~~~~

"VIER!!!"

Tawa terdengar dari ruangan luas bernuansa hitam putih. Ruangan itu terdengar ramai dengan omelan dari pemuda mungil yang kini terduduk di lantai yang beralaskan karpet bulu, wajahnya tampak memerah karena kesal terus menerus digoda oleh sang dominan.

"Berhenti mengganggu Aksa~"

Sial! Xavier benar-benar tidak bisa mempertahankan ekspresinya. Ia benar-benar tertawa lepas saat melihat Aksa merengek karenanya.

Entah mengapa, setelah kejadian malam itu Aksa berubah sedikit kekanakan. Bahkan, terdengar sangat imut saat pemuda itu memanggil dirinya sendiri dengan nama.

Sejak beberapa waktu lalu, Aksa sudah berani membalas interaksinya. Walaupun, awalnya sedikut takut dan canggung, sekarang tidak lagi. Terbukti bahwa Aksa berani merengek bahkan sesekali meninggikan suaranya.

Di tengah suasana yang cukup hangat itu, keduanya harus terganggu karena dering dari ponsel milik Xavier.

Air muka Xavier berubah malam melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ayahnya.

"Aku tinggal sebentar."

Xavier berjalan menjauhi Aksa yang kembali menyibukkan diri dengan beberapa benda yang diberikan Xavier. Bahkan, Aksa terkesan tidak peduli, ia cukup bebas dari Xavier yang terus mengganggunya sedari tadi.

Xavier pergi ke sudut ruangan untuk menerima telpon dari sang ayah.

"Katakan."

"Kamu terlihat santai setelah menghancurkan acara besar perusahaan." Suara di seberang tidak kalah dingin membalasnya.

"To the point. Aku cukup sibuk hari ini, dan tentang insiden perusahaan itu masih dalam penyelidikan."

"Temui aku bersama Mattheo. Jangan menghindar atau kamu akan menerima akibatnya."

Tangan Xavier meremat ponselnya, "Kamu tidak bisa mengancamku, Tua Bangka."

"Oh, jangan kira aku tidak bisa melakukannya, Xavier."

Xavier semakin m meremat ponselnya, berbicara dengan sang ayah hanya akan memicu penyakitnya muncul. Xavier menoleh, menatap Aksa yang masih asik dengan dunianya sendiri. Senyum tipis terlukis mengingat hubungannya dengan Aksa tidak seperti sebelumnya.

Xavier kembali menatap ponselnya untuk mendial nomor Mattheo. Karena, jika tidak dituruti, pria tua itu akan terus menerornya. Dan jika pria tua itu sampai datang ke sini, maka keberadaan Aksa akan terbongkar.

Ia jelas tidak akan mengijinkan siapapun bertemu malaikatnya.

~~~

"Ahh ... lebih dalam, Danu ..."

Dering ponsel sedari tadi terus berbunyi, namun dari keduanya tidak ada yang berhenti untuk sekedar mengangkatnya.

"Kamu bener-bener gak mau ngangkat?"

"Aku tahu itu Xavier, nada deringnya aku buat khusus."

"Kenaoa gak diangkat dulu? Siapa tau penting?"

"Come on, kita bahkan masih terhubung, dan kamu suruh aku angkat telpon?"

Sial! Gara-gara Xavier, kenikmatannya jadi tertunda. Mattheo meraih ponsel yang berada di atasnya. Posisi mereka sedang saling menindih di atas meja makan. Niatnya sih ingin memasak untuk makan malam, tapi malah melenceng jauh.

"Sial! Aku sibuk, Adhiyaksa!"

"Ke mansion sekarang, aku tidak ingin ada bantahan apapun."

Mattheo tidak percaya saat Xavier mematikan panggilan secara sepihak, dan apa tadi? Hell! Di tengah kenikmatan yang belum tercapai, mereka harus terganggu dengan dering telpon. Bahkan, sekarang mereka masih belum mencapai puncak, tapi Mattheo harus pergi?!

Jika Xavier bukan bosnya, sudah Mattheo tendang orang itu.

Melihat raut wajah muram Mattheo, Danuar tahu jika sesuatu yang penting telah menunggu pria di bawahnya.

Jadi, Danuar perlahan mengeluarkan miliknya yang masih tertancap dalam lubang surga milik Mattheo. Membuat pria itu melenguh pelan.

Double sial! Cemilan sebelum makan malam harus tertunda gara-gara Xavier.

"Kenapa kamu keluarkan?"

"Kamu gak denger? Bos kamu udah marah-marah di telpon."

"Tapi kita belum selesai! Lihat, punyamu bahkan masih tegang."

Tangan Danuar terulur mengapit dagu Mattheo, "Kita bisa lakukan nanti, ada pekerjaan menunggumu. Lagi pula, melakukannya sekarang pun tidak akan membuatku puas dalam waktu satu ronde."

Sial! Mattheo mendapatkan kantong hormon.

~~~~

Pria dengan tubuh cukup tegap itu berjalan memasuki mansion pribadi milik atasannya. Tentu saja itu Mattheo. Namun, orang-orang dapat melihat raut muram pada wajah yang cukup tampan itu. Tangannya bahkan mengepal di sisi tubuh, Mattheo terlihat benar-benar kesal.

Mattheo masih menahan dirinya untuk tidak meninju wajah serius Xavier yang sudah menunggunya di sofa.

"Jangan pernah meneleponku di luar jam kerja!" Suara Mattheo sedikit meninggi. Ia kesal, tidak perduli mau itu boss ataupun musuhnya, ia tidak suka jika waktunya diganggu. Apalagi saat berdua dengan Danuar.

Perusahaan diliburkan setelah insiden itu. Jadi,  selama beberapa hari ini Mattheo menghabiskan waktu dengan Danuar, di galeri maupun di apartemen pemuda itu. Dan hari ini, saat mereka tengah mengejar kenikmatan dunia, orang yang sayangnya berstatus sebagai bos sekaligus sahabat harus mengganggunya.

"I don't care," Xavier hanya menatapnya datar Mattheo yang sedang mengomel di depannya.

"Ck! Kamu tidak tahu apa yang harus aku korbankan hari ini. Lagi pula, ada apa memanggilku ke sini? Perusahaan libur karena renovasi dan penyelidikan."

"Tua bangka itu ingin menemui kita."

"Untuk apa kamu mengajakku? Kamu anaknya."

Bukankah benar begitu? Mengapa Mattheo harus ikut jika Xavier ingin menemui Arthur?

"Tidak tahu, pria itu memintaku ikut juga."

Shit! Mattheo sangat bestari, ia merasakan firasat yang tidak baik. Ada keperluan apa mantan direktur ingin menemui mereka? Jika membahas insiden itu, perusahaan juga masih mencari bukti-bukti jika itu adalah hal yang disengaja dan dibuat oleh musuh.

"Bersiaplah, kita segera berangkat."

"Jadilah sedikit bestari, aku merasakan hal yang janggal."

Ya, apapun itu ... Mattheo harap tidak menimbulkan masalah untuk Xavier. Ataupun, memicu bipolar Xavier kambuh.

Karena demi apapun, Mattheo tahu jika Xavier akan kembali melampiaskan kepada pemuda yang disekap olehnya jika ia kambuh.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

STRANGER Von yanjah

Aktuelle Literatur

289K 33.1K 37
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
17M 816K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
OneShoot 🔞 Von ItchyPussy

Aktuelle Literatur

1.1M 5.2K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
Gus Fahry Von yaa_rhm

Aktuelle Literatur

3.5M 269K 60
"Diantara semua nikmat yang ada, Una adalah nikmat termanis yang pernah Aa' terima," -ungkap Fahry tulus pada una *** "Una harus nikah sama Gus Fahry...