Kun Little Wife (HIATUS)

By AraZwaka

1K 159 50

"Biarku beritahu, aku memilihmu bukan untuk dijadikan sebagai pengganti dirinya. Kau dan dia memiliki tempat... More

Attention
00: Prologue
01: KLW
02: KLW
03: KLW
04: KLW
05: KLW
06: KLW
07: KLW
08: KLW
10: KLW
11: KLW
12: KLW
13: KLW
14: KLW
15: KLW
16: KLW
17: KLW
18: KLW
19: KLW
20: KLW
21: KLW
22: KLW
23: KLW
24: KLW
25: KLW
26: KLW
27: KLW
28: KLW
29: KLW (Special chapter)

09: KLW

28 5 5
By AraZwaka

***

"Boss, kau mengenal gadis tadi? Siapa dia? Di mana kau bertemu dengannya? Bagaimana kalian bisa bertemu?" cerocos Sungchan begitu mereka tiba di ruangan sang CEO

"Tutup mulutmu dan kembalilah bekerja" jawab Kun sembari memasang kaca matanya

"Tidak bisa! Jawab dulu pertanyaanku!" seru Sungchan amat penasaran

"Kau ingin tahu?"

Pertanyaan tersebut lantas membuat sang sekretaris mengangguk

"Kemarilah"

Begitu polosnya lelaki Jung itu mendekat, mengharuskan kepala belakangnya ditepuk pelan oleh sang atasan.

"Hyung-nim!" pekik lelaki itu terkejut dengan matanya yang membelakak

Kun tersenyum kecil. "Makanya, jangan bicara banyak omong kosong. Sekarang kembali ke ruanganmu dan bekerja"

"Sangat tidak seru. Selalu saja membuat orang penasaran" cibirnya pelan

"Aku mendengarnya"

"Baguslah, agar kau tahu apa isi hatiku!" Sungchan berbalik dan menutup pintu ruangan Kun sedikit kencang karena kesal. Bukannya marah, pria itu malah tertawa kecil.

Sepeninggalan sang sekretaris, pria itu fokus ke arah komputernya. Tak sampai 10 detik, tiba-tiba saja wajah seseorang terlintas kembali di benaknya.

"Siapa dia? Untuk apa dia kemari?" gumamnya pelan.

Karena penasaran Kun pun mengambil ponselnya dan menghubungi sang ayah untuk meminta bantuan.

Begitu terhubung Kun langsung berkata, "Ini aku."

"Wah, ada gerangan apakah putra sulungku menelepon" seru Qian Wang Hao di seberang sana

"Aku tak suka berbasa-basi, jadi langsung saja," Kun menarik napasnya panjang. "Aku ingin menyelidiki seseorang, tolong Ayah kirimkan nomor telepon Paman Min padaku"

"Siapa yang ingin kau selidiki?"

"Teman,"

Wang Hao menghela napasnya. "Baiklah, akan Ayah kirimkan padamu."

Paman Min adalah bawahan kepercayaan Wang Hao, seorang detektif. Min sudah sangat lama berkerja untuk keluarga Qian. Maka dari itu, Min sudah dianggap sebagai keluarga Qian juga. Dan sekarang, Kun ingin meminta bantuannya.

20.00 KST

Yeon soo duduk berhadapan dengan Yeon jung di atas sofa ruang keluarga. Kedua kakak beradik itu memandang satu sama lain, khususnya Yeon jung yang penasaran dengan perkataan Yeon soo tadi siang.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

Sang adik berdesis lalu membalas, "Tentang seseorang yang bekerja di perusahaan yang sama denganmu."

Alis Yeon jung mengeryit dengan wajah yang serius.

"Di kantormu, siapa orang yang memakai jas?"

Pertanyaan tersebut sontak membuat sang kakak memukul lengan Yeon soo kesal

"Astaga, kenapa kau memukulku!?" pekik sang adik terkejut

"Karena pertanyaanmu sangat tidak berguna. Untuk apa kau menanyakan sesuatu yang tidak harus dijawab, huh!"

"Memangnya kenapa? Aku 'kan hanya bertanya saja"

Yeon jung menghela napasnya. "Semua orang di kantorku memakai jas, jadi aku tidak tahu orang mana yang kau maksud"

"Ah, begitukah? Lalu, siapa orang yang memiliki anak buah di belakangnya?"

"Anak buah?" Gadis Park itu nampak berpikir. "Beberapa manager dan direktur bahkan Presdir memiliki anak buah di belakang, lebih tepatnya asisten atau sekretaris mereka."

"Apakah dia salah satu manager di sana?" gumam Yeon soo pelan sembari bersandar di punggung sofa

"Kenapa kau bertanya?"

Yeon soo menoleh. "Tadi siang, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria yang memakai jas dan ada anak buahnya di loby kantor. Pria itu sedikit familiar di kepalaku, dan seakan-akan aku pernah bertemu dengannya hingga jantungku berdetak sangat kencang"

"Benarkah?"

"Hmm, bahkan suara pria itu masih terdengar jelas di telingaku" jawab gadis itu seraya menyentuh telinga kanannya

Yeon jung ikut berpikir lalu kembali bertanya, "Kau ingat wajah pria itu?"

Yeon soo menggeleng ragu. "Mungkin akan ingat jika bertemu lagi,"

"Mungkin saja dia temanmu, atau teman Dejun"

"Tidak mungkin, aku rasa Xiaojun pun tak mengenalnya"

Sang kakak mendengus. "Kalau begitu biarkan saja, jika memang ditakdirkan maka kalian pasti akan bertemu lagi" ujar Yeon jung santai

Yeon soo tak menyahut. Ia malah berdiri dan berjalan menaiki tangga menuju kamar. Masih dengan wajah yang bertanya-tanya sembari mengingat.

•••

"Boleh aku minta minumanmu, Tuan?"

"Ahhh, enak sekali!" seru gadis itu sembari menyeka mulutnya.

"Kau tampan" ucapnya lalu membelai lembut wajah pria itu.

"Mau tidur bersamaku, Tuan?"

Gadis itu menarik tengkuk si pria dan berjinjit untuk mencium bibirnya. Manik gadis itu juga dapat melihat sang pria membelalakan matanya. Tak berlangsung lama dikarenakan sang gadis langsung melepaskan pagutan sepihaknya.

"Dasar payah!"

"Kau kekasihnya?"

"Urus kekasihmu dengan baik. Dia sangat tidak sopan!"

"Siapa dia?"

"Entahlah, mungkin jodohku" Gadis itu berjongkok di depan meja bar

•••

Mata itu terbuka cepat dan memperlihatkan manik hitam yang bulat nan indah. Deru napasnya tak beraturan dan bulir keringat membasahi pinggiran wajah cantiknya terutama dibagian kening. Bibirnya sedikit terbuka, jantungnya berdetak kencang.

Tangannya berkeringat dingin akibat mimpi yang nampak tak asing itu.

"Mimpi itu..." gumam Yeon soo seraya mengusap kening dan pinggiran wajahnya. Matanya melirik sekilas jam di dinding yang menunjukkan pukul 02.00 pagi.

"Pria itu... tidak mungkin!"

Ya, Yeon soo telah mengingat semua kejadian 3 bulan yang lalu di Shanghai. Kilasan ingatan tentang bagaimana ia datang ke kelab dan bertemu dengan Kun hingga dengan beraninya mencium seorang pria yang sama sekali tak ia kenal sampaikan mengajak pria itu untuk tidur bersama.

Astaga! Itu sungguh memalukan!!!

"Ciuman pertamaku! AAAAAAAAAAAA!!!!" Yeon soo memekik di dalam selimut saking malunya.

"Oh, Tuhan..." Gadis itu mengusap rambutnya ke belakang. "Kau sangat bodoh, Yeon soo! Sangat bodoh! Di mana otakmu saat itu, huh!?" Ia menutup wajahnya yang panas dan langsung menghempaskan tubuhnya kembali ke ranjang.

Gadis itu menendang-nendang angin dan mengumpat-ngumpat pelan agar tidak menimbulkan suara yang akan membuat semua orang terganggu.

Beberapa jam kemudian...

"Astaga, apa yang terjadi padamu?" tanya Yeon jung terkejut mendapati sang adik duduk lesu di kursi makan dengan mata seperti panda serta rambutnya yang sedikit berantakan

"Jangan bertanya padanya, kau tidak akan mendapatkan jawaban" sahut sang Ibu setelah menaruh sup ke atas meja

"Kenapa?"

"Berulang kali Ayah dan Ibumu bertanya tapi tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya" jawab Park Haneul, sang Ayah seraya meminum kopi

Yeon jung hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja meskipun ia masih bingung dengan sikap sang adik.

Keluarga itu makan dengan tenang, namun hanya Yeon soo yang sama sekali tak menyentuh piringnya.

"Kau tidak makan?" tanya Yeon jung yang hanya dibalas dengan gelengan kepala dari gadis di seberangnya. "Minum susu?"

Kembali, Yeon soo menggeleng masih dengan wajah yang lesu, sehingga membuat kakaknya berdecak tak mengerti sekaligus mendengus sabar.

"Omong-omong, apa kalian tadi malam mendengar suara teriakan?" Yeon jung bertanya ingin tahu

Sontak kepala Yeon soo mendongak melihat ke arah Yeon jung.

"Teriakan?" beo Nara, "Ibu tidak mendengarnya, kapan itu?"

"Sekitar pukul 2 pagi, tidak terlalu nyaring tapi cukup terdengar"

"Ahh, Ayah juga dengar tapi sedikit samar-samar" timpal Haneul

"Benarkan? Itu artinya aku tidak salah dengar" gumam sang putri sulung

"Hentikan, itu suaraku"

Tiga kata yang membuat semua keluarganya menoleh

"Suaramu?" Nara sedikit bingung

Yeon soo menghela napasnya. "Aku sudah berusaha keras agar tidak terdengar, tapi ternyata usahaku sia-sia"

"Mengapa kau berteriak di tengah malam?" tanya Yeon jung seraya menahan tawanya

"Aku frustasi karena membuat kesalahan besar"

"Kesalahan? Apa maksudmu?" tanya Haneul semakin bingung

"Entahlah, nasibku akan ditangguhkan pada takdir ini" jawab Yeon soo lesu kemudian tiba-tiba saja berteriak sembari mengacak rambutnya.

"Yaa, jangan gila di meja makan! Kau sungguh menyeramkan!!" sarkas Yeon jung bergidik ngeri

Yeon soo menghembuskan napasnya kasar. Lalu berdiri dari duduknya sembari berkata, "Aku pergi dulu."

"Yaa, kau mau ke mana?!" teriak Nara pada putri bungsunya. "Aish, dasar anak nakal! Kesalahan apa yang dia maksud?" Sang Ibu geleng-geleng kepala

Haneul tertawa melihat keluarganya yang sangat harmonis ini. Selanjutnya mereka kembali menyarap dan menyisakan sedikit makanan untuk gadis yang kini sedang tengkurap di atas ranjangnya itu.

•••

Yeon jung duduk di kursi meja riasnya. Perempuan itu nampak rapi dengan pakaian kantor yang melekat di tubuhnya. Setelah selesai bersiap, ia keluar kamar. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati sesosok orang berkostum panda duduk berjongkok di depan pintu kamarnya, terlebih lagi wajah orang itu tertutup dengan rambut.

"Astaga, Yeon soo, apa yang kau lakukan di sini, hm?"

"Eonni, pria yang kumaksud kemarin..." Bukannya menjawab, gadis Park itu malah mengatakan hal lain beriringan dengan kepalanya yang mendongak

"Eoh, kau sudah tahu siapa dia?"

Yeon soo menggeleng. "Aku tidak tahu namanya, tetapi aku ingat dengan jelas bagaimana bentuk rupanya,"

"Lalu?" Yeon jung sedikit penasaran

"Lalu, kesalahan yang sudah kuperbuat sangat tidak bisa dimaafkan. Kesalahan itu begitu fatal, hingga aku tak tahu bagaimana caranya menatap pria itu jika kami sampai bertemu" ocehnya lesu

Yeon jung semakin tak mengerti, ia pun berdehem sebentar kemudian kembali berbicara. "Aku tak tahu apa maksudmu, tapi jika memang kau melakukan kesalahan sebaiknya kau meminta maaf, terlebih lagi kau ingat dengan jelas rupa pria itu. Dan juga, berhentilah seperti orang gila, kau sungguh menakutkan." tutur sang kakak tulus sembari membantu Yeon soo berdiri, menegakkan kembali tubuh sang adik

"Haruskah?" tanya Yeon soo sendu

Yeon jung mengangguk mantap. "Meminta maaf adalah jalan yang terbaik"

"Tapi, bagaimana jika pria itu meminta ganti rugi?"

Putri sulung keluarga Park itu berpikir sejenak. "Maka berikan apa yang dia mau, gantilah dengan yang sesuai apa yang kau perbuat. Kau mengerti?"

Perlahan, Yeon soo menganggukan kepalanya, masih dengan wajah yang murung.

"Sudahlah, jangan seperti ini. Kau bukan Park Yeon soo yang kukenal" ujar sang kakak mencoba menghibur seraya memukul pelan lengan sang adik

Yeon soo terkekeh lalu tiba-tiba saja berteriak kencang.

"Kau benar, seorang Park Yeon soo tidak pernah takut apa pun!" Gadis itu menaikkan kedua alisnya memasang wajah angkuh. Hal itu membuat Yeon jung tersenyum simpul, sepertinya sang adik sudah kembali seperti awal.

Syukurlah -batin Yeon jung tenang lalu berjalan meninggalkan Yeon soo yang masih tersenyum angkuh.

"Eonni, cepatlah pulang. Kita makan pizza malam ini!!!" teriak gadis Park itu pada sang kakak yang sudah menuruni beberapa anak tangga.

Yeon jung tak menyahut, ia hanya tersenyum kecil mendengar teriakan itu. Yeon soo tak pernah berubah pikirnya.

Kun menghela napasnya dan tersenyum tipis dengan penuturan Min. Hanya dalam waktu beberapa jam, Min langsung mendapat informasi yang cukup banyak.

"Terima kasih, Paman" ucap Kun sopan pada pria itu

Min tersenyum lebar, lalu menepuk bahu Kun. "Tak perlu sungkan, kau sudah seperti anakku sendiri. Apa pun yang kau minta, jika kumampu, akan kuberikan."

Mendengar hal tersebut, Kun kembali tersenyum lalu mengangguk.

"Tetapi, jarang sekali kau mencari tahu seseorang apalagi seorang gadis, memangnya siapa dia?" tanya Min bergurau

Kun tertawa kecil. "Hanya seorang kenalan biasa"

"Sungguh?"

Kun hanya mengangguk diriingi dengan senyuman.

"Baguslah, semoga kenalan ini bisa membuatmu tambah tersenyum, Kun"

Tanpa sadar Kun kembali menganggukkan kepalanya samar.

Tak lama setelah Min pergi, Kun pun juga pergi meninggalkan kafe itu. Langkah kakinya menuju mobil dan segera melajukannya menuju Qian Group.

Setibanya di sana, Kun mendapati Sungchan yang sedang bercanda dengan beberapa karyawan wanita yang kebetulan sedang berkumpul di depan meja repsesionis.

"Ekhem! Sekretaris Jung" kata Kun berniat untuk menegur mereka

"Eoh, Hyung-" Sungchan menutup mulutnya sejenak. "Presdir" lanjutnya membenarkan kata tadi kemudian menghampiri pria itu

Kun memandang datar padanya yang dibalas dengan cengiran lebar dari sang sekretaris.

"Jangan salahkan aku, mereka yang mengajakku lebih dulu" ujar lelaki itu membela diri

"Aku tidak peduli" jawab Kun acuh

"Lalu, kenapa kau memanggilku tadi?"

"Ah itu, tolong kau panggilan manager Park. Suruh dia ke ruanganku"

"Manager Park?" beo Sungchan. "Untuk apa kau menanggilnya?"

"Bisnis" sahut Kun tersenyum kecil lalu menepuk bahu sekretarisnya itu.

Sungchan yang tak mengerti hanya mampu mengangguk patuh. Akhir-akhir ini atasannya itu memang sedikit tidak waras. Sering senyum-senyum sendiri dan bahkan tertawa kecil.

"Apakah dia sudah gila?" ucap Sungchan pelan sembari menatap punggung Kun yang sudah di depan sana

Tak ingin membuat Kun menunggu lama, Sungchan pun segera memberitahukan hal tadi pada si manager.

Di depan ruangan manager, Sungchan berdehem singkat untuk menetralkan jantungnya yang berdetak kencang. Kemudian ia memeriksa tampilan wajahnya melalui layar ponsel dan setelahnya membenarkan dasi yang agak miring. Lelaki itu menarik napasnya panjang sebelum mengetuk pintu ruangan itu

Tok... tok... tok...

"Masuk"
Sahutan dari dalam yang sukses membuatnya ingin berjingkrak senang

Sungchan pun membuka pintu perlahan seraya mengulum senyumannya.

"Hai, Manager Park" katanya canggung

"Eoh, sekretaris Jung. Kenapa kau kemari?" tanya Yeon jung bingung

"Itu, karena..." Sungchan bergeming karena tercengang dengan kecantikan manager Park itu. Sungguh, dia adalah karyawan tercantik di perusahaan ini!

"Karena apa?" Yeon jung mengeryit tak paham. "Sekretaris Jung? Kau baik-baik saja?" tanyanya sembari menyentuh lengan Sungchan yang langsung menimbulkan sengatan listrik pada lelaki itu

"Y-ya, aku baik-baik saja" ucapnya gugup lalu menyentuh jantungnya. "Mengapa setiap kali berdekatan dan berbicara denganmu, jantungku berdebar kencang?" tanya si lelaki

"Maaf?"

"Sungguh, aku menyukaimu" tutur Sungchan tulus. "Apa kau mempunyai pacar?"

Yeon jung tertawa. "Jika tidak, apa kau mau menjadi pacarku?"

"Bolehkah?" tanya Sungchan polos

Gadis Park itu kembali tertawa. "Berapa usiamu? Sepertinya kau sepantaran dengan adikku"

"24 tahun"

"Wah, kau sungguh muda dariku"

"Memangnya berapa usiamu?"

"Coba kau tebak" ujar Yeon jung bercanda

"Kau lebih muda dari Presdir Kun, dan kau juga tak terlalu tua darinya, itu artinya..." Sungchan menjentikkan jarinya di depan wajah Yeon jung. "25! Usiamu 25 tahun, benarkan?"

"Apa kau membaca dataku?"

"Tidak, sama sekali tidak pernah. Walaupun aku sekretaris Kun Hyung, aku tidak pernah membaca milikmu"

"Kenapa begitu?"

"Karena aku menghormati privasimu" jawabnya pelan sembari menundukkan kepala

Yeon jung tersenyum. "Sebelum aku menjawab pertanyaanmu tadi, sebaiknya kau katakan padaku alasanmu datang kemari"

Sungchan menepuk dahinya. "Benar. Presdir Kun memanggilmu"

Mata Yeon jung melebar. "Sungguh? Kenapa?"

Lelaki Jung itu menggidikkan bahunya tak tahu. "Dia tidak bilang apa pun padaku"

Yeon jung bergeming lalu menghela napas. "Baiklah, terima kasih sudah memberitahuku, ya" ucapnya sembari tersenyum manis

Lagi-lagi Sungchan tercengang dengan senyuman itu. Hingga tak menyadari jikalau sang manager hendak meninggalkan ruangan.

"Kau benar, usiaku 25 tahun" ujar Yeon jung sebelum pergi

Sungchan berbalik dengan mata berbinar. "Kalau begitu, bolehkah aku memanggimu Noona? Agar kita terlihat akrab"

Yeon jung nampak berpikir. "Tidak buruk. Kau boleh menggunakannya padaku"

Lantas, Sungchan berjingkrak senang. Ia berjoget-joget tak jelas di ruangan itu seorang diri. Ia tak peduli dengan CCTV yang ada di ruangan tersebut. Yang jelas, tujuannya sudah hampir terwujud sekarang!

"Yeon jung Noona, cepat atau lambat kau pasti jadi milikku!"

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

9.2K 1.3K 32
Ini adalah cerita tentang bagaimana rasanya menjadi istri seorang XIAO DE JUN Berawal hanya dari Angkuta yang berakhir di KUA šŸŒ¼ Cast : - Xiaojun ...
383K 39.5K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. Ā° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
29K 1.4K 33
Aku takut jika rasa ini hanyalah sebuah mimpi untukku - Mina Aku di sini, selalu di sini hanya untuk kamu, Minaku - Jungwoo āš  Bahasa Baku
42.2K 6.3K 27
Bagi Tuan dan Nyonya Huang, putra semata wayang mereka bukanlah anak yang 'nakal' hanya saja menurut mereka Renjun butuh sedikit perlindungan dari se...