[ āœ” ] SWEET PILLS

By DeaPuspita611

408K 24.7K 619

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... More

[Day 00] ć…” PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2

5.5K 307 12
By DeaPuspita611

Happy Reading in #Day28

#avunkulokal

Avunkulokal :
adat menetap bagi pengantin baru dengan bertempat tinggal di dekat kediaman saudara laki-laki ibu dari pihak suami

Mattheo tidak peduli dengan orientasinya saat ini. Hati, jiwa, dan raganya hanya ingin merasakan sentuhan, merasakan disentuh oleh pria yang sempat mengambil harga dirinya. Tidak hanya harga dirinya, namun juga mengambil kewarasannya.

Jantungnya mendesir tiap kali tangan itu meneliti lekuk tubuhnya. Dia bahkan bertanya-tanya apa yang dipikirkan Danuar saat mata itu hanya terfokus membelai perut dan pinggangnya. Padahal, ia tidak memiliki pinggang seramping layaknya wanita.

Mattheo melenguh, setiap sentuhan Danuar terasa baru. Sangat baru hingga tubuhnya memanas hanya karena sentuhan itu. Ia sekarang menginginkan lebih.

Tangan Mattheo meraih dagu Danuar dan mendekatkan bibir mereka.

"Cium aku."

Hanya itu kata yang terucap oleh Mattheo, tapi cukup untuk membuat Danuar menjadi bersemangat menyesap bibir penuh milik Mattheo, bahkan memperdalam ciuman mereka.

Bibir Danuar kini berpindah turun menciumi leher jenjang Mattheo dan sesekali menghisapnya kuat hingga meninggalkan bekas merah di sana.

"Nnghh ..." Mattheo menahan suara desahannya setiap kali Danuar menggigit kecil bahunya, tapi Danuar hanya terkekeh gemas mendengarnya. Dia ingin bermain-main dengan Mattheo sebentar.

Danuar tersenyum saat melihat leher Mattheo yang penuh dengan tanda-tanda merah yang ia buat, seakan menandakan Mattheo adalah miliknya.

Mereka berdua masih berpakaian lengkap, hanya kancing kemeja bagian atas milik Mattheo saja yang terbuka. Danuar bisa saja melucuti semua pakaian Mattheo. Tapi, ia lebih bergairah saat melihat kemeja putih yang digunakan Mattheo basah karena keringat.

Napas Mattheo tidak teratur. Junior di bawah sana sudah memberontak, tapi pemuda di atasnya masih asik bermain-main tanpa terlihat ingin melanjutkannya lebih jauh.

"Kau membuatku tersiksa, Danu." Mattheo menarik kerah baju Danuar dengan kedua tangannya seakan ingin mengajak berkelahi.

Danuar hanya menatap wajah yang terlihat marah dengan senyuman lembut, namun sesaat setelahnya langsung menyambar bibir Mattheo dan saling bermain lidah.

Mattheo menarik tangan yang masih mencengkram erat kerah Danuar, lalu mendekatinya bahkan menghisap segala yang ia inginkan tapi tetap saja ia merasa kurang.

Mattheo mendorong tubuh Danuar dan menjauhkan jarak wajah mereka. Ia ingin melihat wajah Danuar.

Ia menggeser badannya sendiri dan mencoba mengambil alih tubuhnya yang sedari tadi dibuat tidak berkutik oleh Danuar.

Bruk!

Kini posisi mereka berbalik, Danuar berada di bawah Mattheo, tergeletak di atas sofa empuk. Sedangkan Mattheo dengan nyaman duduk di pangkal paha Danuar.

Mattheo tersenyum angkuh saat berhasil mengungkung pria yang lebih muda darinya. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dibukanya kancing demi kancing kemejanya dengan perlahan sekaligus mencoba menggoda pria yang berada di bawahnya itu.

Danuar terpukau. Matanya membelalak tidak percaya dengan apa yang dilakukan Mattheo. Ia bahkan menutup mulutnya sendiri karena masih tidak percaya dengan pemandangan di hadapannya.

Ia tidak ingat jika Mattheo bisa berperilaku se-seksi ini. Ia terbutakan oleh bayangan Aksa hingga tidak menyadari bahwa tubuh Mattheo sangat indah dengan guratan otot itu saat mereka berhubungan beberapa minggu lalu.

Saat tangan kirinya sibuk menutup mulutnya, tangan kanannya bergerak memegang pinggang Mattheo yang lumayan ramping. Memang badan dan pundaknya terlihat tegap, tapi siapa sangka Mattheo mempunyai pinggang yang cukup ramping untuk seukuran pria, seakan ia pergi ke gym setiap hari untuk membentuknya.

"Anda sungguh seksi, Mattheo."

Ck. Mattheo berdecak kesal, ia sedikit kesal setiap kali Danuar berbicara formal dengannya, padahal ia ingin mendengar bibir manis itu memakinya atau berkata kotor di saat momen panas seperti saat ini.

Mattheo menyingkirkan tangan Danuar yang menutup bibirnya sendiri, lalu membungkuk dan meraup bibir Danuar. Awalnya hanya kecupan biasa, namun berubah intens saat ia ingat punya kekesalan yang harus ia luapkan.

"Aww!" Danuar sontak mendorong tubuh Mattheo saat ia merasakan sakit di bibirnya, bahkan ia bisa merasakan cairan yang terasa layaknya rasa besi keluar dari bibir bagian bawahnya.

Ia menjilati bekas luka bekas gigitan Mattheo.

"Mattheo memang kejam~" ucap Danuar dengan bubuhan puppy eyes-nya.

"Berhenti."

"Apanya?" Tentu saja Danuar bingung. Ia tidak mengerti yang dimaksud Mattheo, apalagi melihat raut kesal di wajah Mattheo.

"Berhenti berbicara sopan dan formal padaku."

Ah, Danuar mengerti mengapa sedari tadi Mattheo selalu mengernyitkan dahinya tiap kali berbicara. Ternyata karena hal kecil seperti ini.

Ia sebenarnya ingin menggunakan aku dan kamu pada Mattheo, tapi setiap melihat Mattheo ia tidak bisa memungkiri keadaan jika dia lebih muda dan ia secara naluriah berbicara dengan sopan dan formal saat menyadari status Mattheo.

"Aku tidak sengaja. Aku sedikit malu untuk berbicara nonformal kepada orang yang lebih tua." Danuar menjawab jujur.

"Aku tidak tua!"

"Orang yang lebih tua dariku."

"Shit! stop talking nonsense and fuck me!" Ini bukan saatnya berdebat, bukan sekarang. Mereka masih bisa berdebat di lain hari atau setelah ini. Yang terpenting sekarang adalah seks. Berikan kenikmatan untuknya.

Danuar kembali membalik Mattheo ke posisi awal mereka, bahkan ia langsung menarik celana Mattheo dan menampilkan junior yang sudah berdiri tegak di hadapannya.

Danuar hanya membuka kancing bagian atas kemejanya saja. Ia merasa gerah melihat Mattheo yang terlihat semakin seksi tanpa terbalut sehelai benang pun.

Danuar membuka resleting celananya dan memamerkan juniornya yang tidak kalah dengan milik Mattheo, tapi Danuar terpikirkan akan sesuatu.

"Aku tidak punya lube ataupun kondom-"

"Kamu bahkan tidak memakai keduanya saat terakhir kali kita berhubungan," ucap Mattheo tidak sabar. Sial! Danuar memang menguji kesabarannya.

"Sial! Anda- maksudku, kamu benar. Aku tidak memerlukan itu."

Danuar mengangkat sebelah kaki Mattheo dan meletakkannya di pundaknya.

Mattheo ingin mati saja karena menahan malu. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya, tapi baru kali ini ia menaruh perasaan, hati dan jiwanya untuk melakukan ini. Lagipula saat ini keduanya dalam keadaan sadar.

Danuar meludahi jarinya dan mengelusnya di bibir lubang Mattheo.

Mattheo menutup matanya kala jari itu perlahan masuk. Terakhir kali ia ingat, itu terasa sakit namun kali ini ia merasa sedikit nikmat, bahkan gairahnya seakan meningkat kala jari itu masuk semakin dalam dan memainkannya.

"Nggh ..." Mattheo mendesah saat Danuar memutar jarinya di dalamnya. Dan sialnya Mattheo menyukainya.

Danuar mengeluarkan jarinya dari lubang Mattheo. Membuat Mattheo langsung membuka matanya karena merasa kosong saat jari itu keluar darinya.

"Mattheo~"

Yang dipanggil terkejut saat mendengar suara yang dibuat imut dari belah bibir Danuar. Jantungnya semakin berdebar melihat wajah berkeringat Danuar, bahkan keringatnya sudah merembes di kemejanya.

Tangan Mattheo menggapai pipi Danuar dan membelainya. Danuar menutup matanya dan menikmati belaian Mattheo.

"Aku sudah tidak tahan lagi, Mattheo~. Boleh aku masuk sekarang?" Mata Danuar terbuka setengah. Ia benar-benar tidak bisa menahan gairahnya yang semakin memuncak.

"Memang itu yang aku minta dari tadi. Fuck me, you dumdass."

Sudut bibir Danuar naik. Ia sangat senang mendengar kalimat itu keluar dari bibir Mattheo.

Danuar mengocok penisnya dan perlahan memasuki lubang Mattheo yang sudah sedikit basah.

"Ngggh ... ahhh ... mmhhh ..." Mattheo membiarkan desahannya mengudara. Tidak ada gunanya juga menahannya. Jika nikmat, mengapa tidak pasrah saja?

Danuar berhasil memasukkan seluruh kejantanannya di dalam Mattheo. Ia menggerakkan pelan pinggulnya agar Mattheo terbiasa dengan milik Danuar di dalamnya.

"Ngghhh ... lebih ce-cepat!" Mattheo meminta, membuat Danuar menjadi lebih bersemangat.

Mattheo bisa merasakan penis Danuar yang semakin membesar di dalamnya, padahal ia hanya berbicara beberapa kata saja.

"Hhah ... ka-kamu sempit, Mattheo." Danuar semakin mempercepat gerakannya sambil menikmati pemandangan seksi di hadapannya.

Mattheo tidak berdaya dengan sensasi panas yang diberikan Danuar kepadanya. Ia ingin sekali menutup matanya dan menikmatinya, tapi menatap wajah erotis Danuar membuatnya lebih terangsang.

"Mattheo~ kamu tahu avunkulokal? Kita seperti tengah melakukannya di galeri ini, anggap ini kediaman keluargaku. Tapi, bedanya tidak ada anggota keluarga dan hanya ada kita yang melakukan seks," ucap Danuar di sela-sela genjotan penisnya di lubang Mattheo.

Shit! Mattheo sama sekali tidak mengerti apa maksud dari Danuar tentang avunkulokal atau semacamnya. Otaknya tidak bisa mengolah apapun lagi selain kenikmatan yang diberikan bertubi-tubi kepadanya. Bahkan, ia merasa candu dengan cara Danuar memanggil namanya.

"Stop talking!" Mattheo menarik tengkuk leher Danuar dan membiarkan bibir mereka saling bermain untuk sesaat sebelum melanjutkan genjotannya.

Saliva mereka saling bertaut, lidah mereka terus bermain seakan mereka tidak ingin berpisah.

"Aku menginginkanmu lebih dari ini ..."

Aku juga menginginkanmu ...

Kalimat ini berputar-putar di kepala Mattheo, namun ia enggan mengatakannya. Tenggorokannya merasa tercekat saat ingin mengeluarkan kata itu.

Bukan Mattheo menolak untuk mengatakannya, hanya saja hal ini terlalu cepat baginya. Ia menginginkan Danuar sekarang, saat ini, di ruangan ini. Tapi, ia tidak tahu bagaimana mereka kedepannya. Apa yang akan terjadi jika Danuar tahu akan jati dirinya? Ia tidak ingin memikirkannya sekarang, karena yang terpenting hanya seks dan ia menikmatinya.

Danuar semakin mempercepat tempo gerakannya, bahkan tangan Danuar juga memainkan penis Mattheo yang membuat pria itu menggelinjang nikmat di bagian depan dan belakangnya.

"Ngghh ... haahhh ... AH!!" Cairan putih itu keluar dari junior Mattheo, tapi tidak dengan Danuar yang masih menikmati genjotan di lubangnya.

"Ngghh ... Mattheo~ aku ingin keluar~" Danuar perlahan menarik dirinya, namun dihentikan oleh Mattheo.

"Di dalam. Keluarkan saja di dalam ..." Danuar tersenyum lebar, lalu melanjutkan genjotannya hingga ia puas setelah mengeluarkannya di dalam lubang Mattheo.

Dada Danuar naik turun setelah pelepasan itu. Ia merebahkan badannya di atas Mattheo dan wajahnya beristirahat nyaman di ceruk leher Mattheo.

"The best sex ever ..." Ucapan Mattheo terdengar pelan seperti bergumam, namun berhasil membuat Danuar melongo penasaran.

"Kamu pernah seks dengan yang lain sebelumnya?"

Mattheo merutuki dirinya karena mengatakan hal itu. Padahal, ia tidak ingin memberitahu siapapun akan hal itu, tapi ujung-ujungnya ketahuan juga karena kecerobohannya.

"Agnes ..."

Mata Danuar membelalak. "Agnes? Bukannya kamu hanya bertemu dengannya untuk membahas kontrak brand ambassador?" Danuar memukul pelan dada Mattheo.

"She will sign after the sex."

Tangan Danuar mengepal. Ia tidak suka ada yang menyentuh miliknya. Walaupun, ia belum mengklaim Mattheo menjadi miliknya setelah kejadian itu, tetap saja dirinya tidak suka.

"Ada yang lain?" Danuar juga penasaran. Mattheo terbilang sudah cukup berumur, tidak mungkin Mattheo tidak pernah berhubungan dengan yang lain.

"Ada satu orang ..."

"Siapa?"

"Danuar Yudhistira, orang pertama yang melakukannya denganku, bahkan mendesahkan nama orang lain padahal sedang berhubungan denganku." Mattheo mengalihkan pandangannya ke sudut lain ruangan di mana tempat lukisan bunga hyacinth itu dipajang.

Danuar bangkit dan mencium bibir Mattheo lembut. Hanya ciuman biasa saja, tidak ada gairah di dalamnya.

Mattheo tersenyum di sela ciuman mereka, "Setidaknya pria yang bernama Danuar itu kini mendesahkan namaku," ucap Mattheo sambil membalas ciuman dari Danuar

"Ingatkan aku untuk menghancurkan karir artis itu karena melakukan seks denganmu." Ucapan Danuar terdengar posesif saat melepaskan pagutan bibir mereka.

"Kamu gila?"

"Aku bisa lebih gila daripada yang kamu pikirkan. Aku adalah bahaya. Aku tidak takut akan apapun." Danuar tertawa kecil.

Namun ada satu hal yang Danuar tidak ketahui, bahwa Mattheo lah yang seharusnya ia takuti. Mattheo dengan nama Lucifer yang tersemat. Sebagian orang menganggapnya sebagai malaikat tanpa mengetahui dialah iblis dari segala iblis.

~~~

Ruang direktur utama tampak gelap dan berantakan. Barang-barang tampak hancur dan berserakan di lantai.

Xavier meremat ponsel yang berada di tangannya. Ponsel itu bahkan masih menyala menampilkan beberapa artikel yang memuat berita tentang Adhiyaksa.

Acara yang ia susun sedemikian rupa hancur karena terlalu lengah. Ia tahu, Natalie sudah menangkap orang yang mengambil data perusahaan, bahkan anak buahnya pun sudah Natalie bunuh. Ia kira mereka akan mundur, tapi ternyata mereka malah langsung menyerang.

Acara peluncuran mobil terbaru Adhiyaksa hanya menjadi lelucon hari ini.

"Sial!"

Kontra lebih menyudutkan Adhiyaksa, membuat citra perusahaan besar itu menjadi negatif.

Kelalaian pekerja, pengawasan yang kurang, dan banyak hal lain yang menyudutkan Adhiyaksa.

Tangan Xavier meremat ponsel itu, sebelum benda pipih itu melayang membentur dinding, lalu hancur. Gurat kemarahan jelas sekali tercipta di wajah Xavier.

Ia butuh pelampiasan.

Oh iya, satu lagi. Ini aku revisi berjalan ya. Jadi bisa aja ada perubahan mendadak.

See youu

Continue Reading

You'll Also Like

457K 16.6K 81
Wang Yibo Marvienz seorang CEO terkenal yang akan tegas dalam peraturan yang di milikinya. Sampai suatu saat ia pun bertemu dengan pria kecil yang b...
ALZELVIN By Diazepam

General Fiction

10.3M 543K 52
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
STRANGER By yanjah

General Fiction

664K 75K 52
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

374K 45K 100
hanya fiksi! baca aja kalo mau