Sebelum 365 Hari (End)

By thedreamwriter13

34.5K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... More

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
28. ROOFTOP SEKOLAH
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
35. RUMAH BARU
36. LIBRARY DATE
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
41. DANCING IN THE RAIN
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
46. BERDAMAI
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI
50. KITA SELAMANYA

22. PUNYA GEBETAN

468 45 123
By thedreamwriter13

Selamat membaca kisah milik Galang Reynandika dan Calithea Zevanya Aurora di "Sebelum 365 Hari."

Don't forget to tap the star and comment 🌟

Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Happy Reading, enjoy love 💗

Sabtu, 3 Juni 2023

22. PUNYA GEBETAN

🌻🌻🌻

Hari terus berlalu, tak pernah ikut terhenti meski di sini masih ada seorang lelaki yang mengharap gadis nya lekas kembali. Ini, adalah hari ketiga setelah dimana Galang berusaha menghubungi Thea. Hingga kini, gadis itu masih tak membalas pesannya.

Entah apa yang membuatnya kacau, Galang takut Thea tak baik-baik saja. Padahal sebelumnya, tanpa Thea pun tak apa. Tapi, setelah mengetahui apa yang kini terjadi pada gadis itu, Galang menjadi orang yang paling khawatir.

Thea kenapa?

Apa Thea baik-baik saja?

Sedang apa dia sekarang?

Apa yang terjadi padanya, hingga hilang begitu saja?

Beragam pertanyaan terus muncul di kepala Galang tanpa henti.

Setiap pagi, lelaki itu selalu mengintip dari balik jendela kelas XII-IPA 1, hanya untuk memastikan apakah Thea hadir di sekolah? Namun, sampai kini, tak juga dia temukan wajah unyu gadis itu.

"Lang, mungkin Thea masih sakit," ucap Xavi.

Ketiga lelaki itu baru saja selesai bertanding bola sepak dengan anak kelas XI, karena jam olahraga kedua kelas ini bersamaan. Galang ini mengelap butir keringat yang masih menghiasi dahi nya dengan sebuah handuk kecil.

"Lima hari, Xav. Gimana perasaan lo kalau tiba-tiba Ilona hilang tanpa kabar? Apalagi terakhir yang lo tau, dia gak baik-baik aja." Galang menatap Xavi sedikit datar.

Xavi terdiam, perasaan yang sama mungkin akan dia rasakan. Ya, dibuat bingung seperti ini menyakitkan memang.

"Maaf, Lang."

Galang kini berjalan meninggalkan kedua sahabatnya yang masih berada di lapangan sekolah, tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Kita harus apa ya, Xav? Sedih gue ngeliat Galang kayak gini," kata Toya.

"Iya, Ya. Thea kemana sih?"

🌻🌻🌻

Sebuah buku terjatuh di hadapan Galang, saat baru saja dirinya tak sengaja menabrak seseorang. Galang baru selesai mengganti baju olahraga nya dengan seragam putih abu nya.

"Maaf." Galang meraih buku tersebut lalu memberikan kepada pemiliknya.

Keduanya sama-sama terdiam. Saling menatap sejenak.

"Ini bukunya."

Galang berjalan, berlalu dari hadapan gadis yang masih terdiam memandangi kepergiannya.

"Galang."

Galang berhenti dan menoleh, membiarkan gadis dengan pipi chubby nya itu mendekat.

"Kenapa, Shell?"

"Ada yang perlu kita bicarain?" tanya Galang.

Shella hanya menggeleng pelan.

"Ibu sama Abel gimana keadaan nya?"

"Mereka baik, kok."

"Gue duluan ya."

Shella masih diam kala Galang dengan cepat pergi dari hadapannya. Memang Shella yang memintanya menjauh, namun entah mengapa aneh rasanya saat Galang bersikap seperti ini. Shella merasa sakit.

Apa perasaan nya ke gue benar-benar udah hilang? batin Shella.

Shella menggeleng. "Kenapa gue malah nanya gitu ya? Bagus dong, kalau Galang bisa ngelupain perasaan itu. Tapi, apa gue juga ikut hilang dari dia?"

"Ternyata ngeliat lo menjauh, juga nyakitin gue, Lang," ucap Shella pelan.

🌻🌻🌻

"Theo!"

"Hai." Shira menunjukan deretan gigi nya pada Theo yang masih dengan wajah datarnya.

"Kenapa?"

"Lo mau kemana?"

"Ke kelas."

Theo asik dengan langkahnya, tanpa memperdulikan Shira yang kini di sampingnya. Gadis bertubuh mungil itu tetap mengikuti Theo dengan senyuman manisnya.

Shira memang semiris itu, gadis pengagum seorang Theodika Elvano sejak pertama kali Shira melihatnya menjadi anak baru di SMA Angkasa.

Ya meski, Theo tak pernah memperdulikan perasaan nya. Dan meski Shira tau, bahwa hanya seorang Aurel yang Theo cintai.

"Theo, gue boleh nanya gak?"

"Tanya aja."

"Soal Thea." Ucapan Shira membuat Theo menghentikan langkahnya, lalu mereka saling menatap.

"Kenapa tiba-tiba nanyain Thea?"

"Thea kemana sih? Terus kenapa waktu itu lo gak izinin gue sama Ilona buat ketemu dia? Kita khawatir sama kondisi Thea. Udah lima hari ini dia gak ke sekolah juga."

"Thea ada kok. Baik-baik aja. Kan gue udah bilang, Thea gak mau ketemu sama kalian."

"Gak mungkin Thea kayak gitu. Kita juga lagi gak ada masalah apa-apa."

"Terserah kalau gak percaya."

"Apa ini karena Galang?" Perkataan Shira kali ini membuat Theo kembali diam, padahal tadi, dia sudah akan melangkah pergi.

Theo berbalik arah, menatap Shira dengan tajam. "Gak usah nyebut-nyebut nama bajingan itu di depan gue."

"Tapi, Theo—"

"Tapi apa? Lo gak usah sok-sok an bantuin dia buat deket sama adek gue. Sampai kapanpun gue gak bakal biarin Galang sama Thea. Thea terlalu berharga buat gue kasih ke bajingan itu."

Theo membentak Shira dengan keras. Membuat gadis mungil itu terdiam dengan mata berair nya.

"Lo bilang sama Galang, berhenti untuk nyariin dimana Thea. Berhenti berharap, dan jangan pernah naruh perasaan apapun sama Thea."

Shira masih mematung setelah melihat sikap Theo padanya tadi. Theo memang benar-benar lelaki yang keras. Shira tau sejak awal, mencintai Theo memang menyakitkan.

Tapi ini soal sahabatnya. Soal Galang dan Thea, Shira tau bahwa Thea sebenarnya juga memiliki rasa pada pemuda itu, pemuda yang di benci oleh kembarannya.

Gue gak tau harus ngejelasin ini dari mana supaya lo paham, Theo. Gue juga belum tau kapan gue bisa berani untuk kasih tau lo dan kalian soal Aurel yang sebenarnya, batin Shira.

🌻🌻🌻

"Thea, Thea, kenapa sih lo selalu bikin gue bingung?"

Galang kini mengendarai motor butut miliknya itu menuju ke rumahnya. Kini pukul tiga sore hari, karena rapat, bel pulang maju beberapa saat.

"Coba deh lo pikirin lagi, lo sadari lagi, siapa Thea buat lo. Gue yakin lo bakal nemu jawabannya."

Perkataan Xavi yang satu itu masih Galang putar terus menerus. Selama Thea menghilang ini, Galang juga membiarkan waktu membawa nya untuk berfikir dan meyakinkan mengenai perasaannya pada gadis itu.

Jawabannya, belum pasti, tapi Galang memiliki.

Mata Galang kini tertuju pada seorang lelaki yang tengah berdiri di dekat sebuah mobil berwarna hitam. Lelaki itu menjalankan motornya mendekat.

"Bang Ali bukan sih?"

Setelah tiba, Galang memarkirkan motor bututnya di depan mobil seseorang yang dia hampiri.

"Bang Ali? Ada apa, bang?" Galang bertanya setelah turun dari atas motornya.

"Eh Galang."

"Galang temennya Thea kan ya?" tanya Ali.

"Iya. Mobil nya kenapa, bang?"

"Ini, Lang. Tiba-tiba mesinnya mati. Gue gak bisa benerin lagi. Bengkel juga gak ada di dekat sini, mana jalanan sepi."

"Em, saya telepon in tukang bengkel gimana? Kebetulan punya kenalan yang dekat sini." Galang menawarkan bantuan pada Ali.

"Oh boleh-boleh. Minta tolong ya."

"Iya, sebentar, bang. Saya telepon dulu orang nya."

Galang mencoba menghubungi orang yang bekerja di bengkel langganannya yang kebetulan tak jauh dari tempat ini.

Setelah orang tersebut mengiyakan permintaan Galang. Galang menutup teleponnya dan memutuskan untuk menemani Ali hingga orang bengkel tersebut tiba. Sesekali, Ali bercerita pasal mobil nya, dan keadaan gimana bisa tiba-tiba mobil ini mogok.

Mereka berdua tampak asik berbincang. Sepertinya, Ali cocok dengan cara Galang menanggapi ucapan nya. Sambil berbicara, sambil mengamati, seperti apa lelaki yang katanya sedang dekat dengan adik perempuannya itu.

🌻🌻🌻

"Thanks, sekali lagi ya, Lang."

Galang tersenyum. "Iya Bang Ali, sama-sama."

Galang mengantar kan Ali pulang dengan sepeda motor miliknya, karena mobil Ali harus menginap di bengkel lebih dulu.

Ali merogoh sesuatu dari dalam dompet milik nya. "Ini gue ada sedikit, anggap aja tanda terimakasih, Lang."

"Ah gak usah bang. Beneran gak usah. Saya ikhlas kok bantuin nya." Galang menolak pelan apa yang akan Ali berikan padanya.

"Ambil aja, sedikit doang kok."

"Gak perlu bang. Simpan aja."

"Bener nih?"

"Iya."

"Ya udah. Makasih sekali lagi ya."

Galang mengangguk dan tersenyum.

Lelaki itu kini melihat kearah rumah besar yang berada di sampingnya. Tiba-tiba nama Thea kembali melintas di benaknya. Apa Thea ada di dalam? Apa bisa Galang masuk kesana sebentar saja untuk melihatnya?

"Lang?" panggil Ali pelan.

"Kenapa ngeliatin rumah gue gitu banget?" tanya Ali.

"Nggak, nggak apa-apa kok."

"Em, bang. Boleh nanya sesuatu gak?" Galang berbicara dengan hati-hati.

"Boleh, tanya aja!"

"Saya mau tanya—"

"Gue, lo aja biar lebih akrab. Gak usah tegang-tegang kalau ngomong sama gue." Ali terkekeh dengan sikap Galang saat ini.

Galang menunjukkan cengiran andalannya. "Hehe, oke. Em ini, gue mau tanya— soal Thea."

Ali tersenyum kecil, sudah bisa di tebak dari gelagatnya, bahwa pemuda tampan dihadapannya ini akan bertanya mengenai gadis kecil nya. Apalagi yang bisa Galang tanyakan selain hal tentang Thea?

"Iya, boleh, tanya apa?"

"Thea baik-baik aja kan?"

"Baik dong. Kenapa nanya gitu?"

"Soalnya udah lima hari ini gue gak liat dia di sekolah. Terakhir kali yang gue tau, Thea pingsan pas acara demos di sekolah. Thea beneran gak apa-apa?"

Galang masih berusaha meyakinkan dirinya dengan mengulang pertanyaan yang sama pada Ali.

"Baik, Lang. Kemungkinan besok dia bisa mulai sekolah. Tapi, balik lagi nanti gue cek dulu keadaan nya gimana."

"Katanya Thea baik-baik aja. Kok segala nge cek keadaan sih? Thea emang nya sakit apa?"

"Besok lo tanya sendiri aja. Simpan pertanyaan lo, buat jadi topik kalau ngobrol sama Thea." Ali menepuk pundak Galang pelan dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Udah tenang aja. Thea baik kok. Lo khawatir atau gimana?"

Lagi-lagi Galang gugup. Aduh, gue lagi berasa di sidang sama calon kakak ipar ini mah, batin Galang.

"Em, iya. Khawatir lah, kalau nggak, nggak mungkin gue nanya sama lo, bang."

"Khawatir doang, apa kangen juga?"

Ali paling bisa menjebak Galang dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Galang jadi terlihat konyol sendiri karena sangat gugup menjawabnya.

"Bercanda, Lang," kata Ali.

"Maaf ya, belum bisa ngizinin lo ketemu Thea sekarang. Gue masih mau dia istirahat. Tapi in syaa Allah, besok dia sekolah," kata Ali lagi.

Galang mengangguk-anggukkan kepalanya, tangan Galang menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Mencoba menetralkan kegugupannya.

"Kalau gitu gue pamit pulang aja ya, bang."

"Iya iya silahkan."

Galang baru saja akan berbalik arah, namun melihat Ali sekali lagi.

"Em, titip adek lo ya, bang." Galang memejamkan matanya sekejap dan memasang cengiran andalannya kala sadar dirinya salah berbicara.

"Eee— maksud gue, titip sampein salam buat Thea. Iya gitu maksudnya."

Ali tertawa kecil, benar-benar sangat menghibur, pemuda yang satu ini.

"Pasti lah, pasti Thea gue jagain."

"Gue juga titip ya, kalau di sekolah, jagain adek gue," ucap Ali meledek.

"Titip? Titip berapa lama, bang? Seumur hidup? Eh— maksudnya kalau di sekolah aja?"

Ali menahan tawanya lagi. "Enak aja udah berani minta dititipin seumur hidup. Ngomong sama gue aja masih gugup," ledek Ali yang membuat Galang semakin malu sendiri.

"Hehehehe, pulang ya, bang. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Galang dengan cepat menaiki motornya dan memakai helm lebih dulu. Lelaki itu pergi meninggalkan rumah besar milik keluarga Bimantara ini. Sementara Ali masih dengan tawanya, melihat tingkah aneh lelaki itu.

"Thea unik juga, bisa jatuh suka sama konyol nya Galang," oceh Ali dengan kekehan nya.

🌻🌻🌻

"Aduh Galang, tengsin, tengsin." Galang kini memukuli bibirnya sendiri dengan pelan. Wajahnya benar-benar menahan rasa malu nya.

Pemuda tampan ini baru saja tiba di rumah, dan kini berdiri di depan pintu rumahnya yang masih tertutup.

"Mau taruh di mana muka gue ini? Ya Allah, Lang, Lang. Semoga second impression bang Ali ke gue gak jelek deh. Bener-bener gak tau tempat lo emang," oceh Galang pada dirinya sendiri.

Bagaimana bisa, Galang terlihat konyol di depan kakak laki-laki dari gadis yang di kagumi nya? Benar-benar menghancurkan citra nya sendiri kalau begini ceritanya.

"Hm, semoga aja Bang Ali gak nyeritain ini ke Thea. Makin malu gue yang ada."

Batinnya kini merasa jauh lebih lega setelah mendengar penuturan langsung dari Ali bahwa Thea kini baik-baik saja. Meski perkiraan nya benar, Thea seperti nya sedang sakit. Sakit selain penyakit langka itu.

Galang membuka pintu rumahnya dan tak lupa mengucapkan salam. Mendengar suara jawaban salam dari Amira yang kini terdengar dari arah dapur, Galang pun bergegas menghampirinya.

"Wah, pesanan lagi, Bu?" tanya Galang saat akan menyalimi tangan ibu nya.

"Iya, alhamdulilah, bang."

Galang langsung meletakkan tas sekolah nya di kursi meja makan, lalu mencuci tangan nya lebih dulu. "Galang bantu ya, Bu. Biar lebih cepet."

"Boleh."

Setelahnya, lelaki itu kini duduk di kursi yang tersisa, dengan tangannya yang mulai membantu Amira membungkus pesanan bolu kukus terenak milik ibu nya ini.

"Abel belum pulang, Bu?"

"Belum. Ada kerja kelompok katanya."

"Sekolah kamu gimana, bang?"

"Baik kok, Bu."

"Untuk bayaran, gimana?"

"Eee—masih aman, kok."

Galang tersenyum kecil.

"Oh iya, bang. Ibu lupa mau nanyain ini."

"Mau tanya apa?"

"Itu, Shella gimana? Kok gak pernah kesini lagi udah lama?" tanya Amira yang membuat wajah Galang berubah.

Ya, ini pertanyaan yang sangat Galang takut kan. Pertanyaan soal Shella yang tak tahu harus Galang jawab seperti apa?

"Shella ada kok, Bu. Cuma sekarang lagi jarang main aja. Dia udah punya pacar soalnya, jadi—"

"Hah, serius kamu, bang? Terus kamu gimana? Baik-baik aja, kan?"

"Ih ibu apa sih? Ya baik-baik aja lah. Galang sama Shella kan cuma sahabatan aja."

Galang dengan cepat mengelak dari ucapan Amira. "Lagi pula, Galang—"

"Galang kenapa?" tanya Amira.

"Galang juga udah punya gebetan," jawab nya dengan enteng.

Amira tersenyum kecil. "Masa? Mana kalau punya? Kenalin dong sama ibu."

"Kalau itu, boleh kok. Nanti, nanti Galang ajak dia ketemu ibu."

Aduh, lagi-lagi gue ngomong tanpa mikir. Gebetan yang mana lagi, Lang? Thea maksud lo?  batin Galang merutuki dirinya.

"Bu, ibu gak apa-apa kan kalau bukan Shella?" tanya Galang pelan. Entah kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti ini.

Namun, seperti yang Galang tau, Amira sangat menyayangi Shella. Beberapa kali juga sempat berkata pada Galang, berharap agar dirinya bisa bersama Shella.

"Kamu ngomong apa sih, bang?"

"Hati kamu itu milik kamu. Hak kamu lah mau sama siapa. Cuma kamu yang tau, kemana hati kamu berlabuh, kamu yang bisa ngeyakinin dan pastiin itu. Ibu gak punya andil apa-apa," ucap Amira.

Wanita paruh baya itu menepuk pundak Galang pelan. "Santai aja ya. Kejar bahagia kamu."

Amira tersenyum manis. Tangannya kemudian melanjutkan untuk membungkus pesanan bolu itu. Sementara Galang terdiam dan mencerna perkataan terakhir dari mulut ibunya.

Ibu benar. Cuma gue yang bisa tau, apa yang gue rasain, batin Galang.

To Be Continued ....

Hallo gimana bab 22 nya?

Gak kerasa udah sampe bab segini wkwk, semoga kalian selalu suka yaa sama ceritanya, dan gak bosan untuk baca sampai akhir.

Penasaran sama batin Shira tadi? Kira-kira Shira tau apa ya soal kasus Aurel?

Kangen Galathe, gak? Udah dua bab mereka ga ketemu 😥

Santai dulu gak sih? Wkwk

Scene mereka masih banyak yang belum keluar. Pokoknya tunggu aja di sini yaa sampai selesai, tetap baca, tetap vote, dan comment.

Semoga bisa menghibur kalian!

NIH ❗Semakin rame vote dan comment nya, kata di setiap bab nya akan aku banyakin biar kalian puas.

See you hari Selasa!

Kalo ada typo bisa dikasih tau ya.

Tunggu aku up bab selanjutnya!

Follow:

Wattpad : @thedreamwriter13

Instagram : @thedreamwriter13

Twitter : @worldofjingga13

Tiktok: @blueskyitsyouu

Makasih love 💗

Continue Reading

You'll Also Like

4.4K 695 32
Seperti rinaian hujan yang jatuh tanpa diketahui, begitupun takdir. Entah ini lelucon ataupun sudah ketentuan kehidupan, Alsava Kanaya hanya ingin me...
49.8K 844 44
jim street x gender neutral!reader oneshots, crossposted from my tumblr
40.7K 1K 42
"kalau lu gak bisa jaga Aluna, gak bisa perlakukan dia dengan baik. Gua anggap hari ini lu sama Aluna resmi putus, lu cuma laki-laki brengsek yang da...
751K 2.8K 67
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!