Putih abu-abu ( Junod & Gadis...

By ZhiLalaco

1.8K 160 42

Junod Aaqil Abraham, pemuda berusia 19 tahun. Anak SMA yang di juluki 'Si Kutub Utara' oleh teman-temannya. F... More

Awal Mula
Pendekatan
Lamaran
Tak peduli
Bertemu lagi
Pernikahan
Malam Mendebarkan !
Belum Saatnya
Selalu Jatuh Cinta

Jangan panggil kakak !

135 13 1
By ZhiLalaco

Junod dan Fatimah dengan khusyuk mengikuti setiap sesi acada pengajian malam itu, sampai pada acara inti mereka masih tetap duduk anteng di bangku masing-masing yang sudah di sediakan.

Dan yang pasti ada sekat pembatas antara bangku para lelaki dan para perempuan. Agar menghindari hal yang tak etis di kalangan pondok pesantren tersebut.

Junod duduk di samping kanan Bara, sedangkan Dimas ada di samping kirinya. Orang itu seperti sengaja ingin mendekati Junod, belum tahu saja bagaimana es kutub kalau terkena sesuatu yang panas ya. Bisa buat orang celaka.

Kepeleset misalnya !

"Aku masih nggak percaya, Fatimah udah ada calon suami !" Suara Dimas terdengar lirih di samping Junod, namun jelas masih terdengar jelas di telinga sih kutub Utara.

Junod melirik tanpa minat, tak berniat juga untuk menanggapi orang yang jelas dirinya anggap tak penting itu.

"Dan aku juga tak yakin, kamu lelaki yang tepat dan baik untuk Fatimah.. dia gadis baik-baik yang cocok nya hanya untuk lelaki yang baik-baik pula !" Dimas berucap lagi, padahal Junod sudah tak menanggapi.

Namun Junod jadi menoleh dengan tatapan datar nya, karena ucapan tak penting dari Dimas.

"Orang baik tidak butuh di akui dirinya baik.. cukup orang lain yang bisa menilai, bahwa orang itu cukup baik dan layak di sebut baik !" Dimas sampai butuh mengerjabkan matanya sekali, karena ucapan Junod.

Antara tepat, namun butuh di ajak muter dulu otaknya. Agar sampai tujuan tanpa tersesat.

"Intinya, Fatimah nggak mungkin dengan rela begitu saja di jodohkan dengan orang seperti kamu.. aku lebih layak jadi pendamping nya !" Akhirnya perkataan itu keluar juga.

Junod tersenyum miring, dirinya sejak awal sudah menduga. Jika lelaki tak penting di sampingnya ini memiliki perasaan pada gadis kecilnya.

Ingin sekali Junod mengatakan sebenarnya, bahwa sejak awal Fatimah lah yang sudah tergila-gila pada ketampanan nya kan. Namun Junod tak akan pernah mengatakan kebenaran itu, karena jelas itu akan merendahkan Marwah Fatimah sebagai seorang wanita Solehah dan terdidik kuat ilmu agama nya.

"Sayangnya, Fatimah tak menyukai orang yang terpaut lebuh tua jauh darinya.. dia lebih suka pemuda yang masih fresh !" Kata Junod santai, dengan kembali menatap depan panggung.

"Apa kamu bilang ?" Dimas sampai menyentak bahu Junod sedikit kasar, agar mau menghadap padanya, "Maksud kamu, aku ini tua ?" Tanya Dimas tak terima.

"Bukan saya yang bilang, itu keluar dari mulut anda sendiri loh ya !" Ucap Junod jadi terkesan sangat formal.

"Kurang ajar !" Dimas sudah akan bangkit, saat Bara yang ada di samping kanan Junod lebih dulu berdiri.

"Dim, bisa kita bicara sebentar ?" Kata Bara dengan tatapan yang sulit di artikan.

Dimas jadi gelagapan sendiri, "I-iya A' !".

"Junod, kamu juga ya.. kita bicarakan ini diluar" Bara ternyata juga meminta Junod untuk keluar terlebih dahulu.

Junod tak menjawab, namun dirinya mengangguk dan berdiri mengikuti langkah Bara yang lebih dulu berlalu.

Akhirnya Junod, Dimas dan Bara berlalu pergi dari tenda, menuju keluar sedikit menjauh dari kerumunan.

"Ada apa ini sebenernya ? Aku perhatikan sedari tadi kalian debat dengan suara lirih, namun cukup mengganggu orang lain !" Kata Bara to the points.

Dimas yang tanya tak mau mengangguk kepalanya, sedari tadi dirinya hanya menunduk. Karena merasa malu, Bara tahu akan perdebatan tadi. Padahal sedari awal bertemu dengan keluarga Fatimah, Dimas selalu terlihat santun dan baik tutur katanya.

"Dia masih nggak percaya, kalau aku ini calon suaminya Fatimah kak !" Junod akhirnya bersuara.

Bara langsung menatap Dimas lebih intens, "Kenapa kamu masih tak percaya, Dim ? Padahal aku dan Fatimah sudah mengiyakan hubungan itu".

Dimas terlihat meneguk ludah dengan kasar, "Aku nggak percaya kalau Fatimah punya calon suami seperti anak ini kak, karena Fatimah berhak dapat yang lebih baik darinya !" Bara menatap Junod penuh permusuhan.

"Kayak anda gitu contohnya ?" Tanya Junod dengan alis yang terangkat satu, seolah mengejek.

"Yang jelas bukan seperti kamu ini !" Dimas jadi meninggikan suaranya, karena cukup terganggu dengan wajah tengil Junod.

"Jangan berteriak Dim, ini masih ada acara pengajian.. dan nggak etis juga kamu berteriak di komplek pondok" Bara mengingatkan.

"Maaf A', aku hanya kelepasan.. anak ini benar-benar menyebalkan !" Kata Dimas jujur, karena detik ini juga, rasanya Dimas ingin sekali menggigit Junod dengan gemas.

"Tuhan tahu, mana jodoh yang terbaik untuk gadis sebaik Fatimah.. dan lelaki kasar dan tak sanggup menerima kenyataan seperti Anda ! Jelas sangat tak pantas untuk Fatimah !" Kata Junod masih dengan santai, namun tatapannya terlihat menghujam tepat di bola mata Dimas.

"A-apa ? Aku sama sekali tak pantas ?" Dimas masih saja tak mengerti, wajah Junod juga sudah tak sabar ingin menerkamnya.

"Sudah, ini benar-benar hal yang tak patut di besar-besar !" Bara akhirnya menengahi, "Maaf Dimas, Junod ini benar-benar calon suami Fatimah.. mereka tinggal memilih hari untuk bertunangan dan melanjutkan jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu pernikahan. Jadi aku mohon, jangan buat ribut hal ini lagi, karena Fatimah sendiri yang menginginkan Junod sebagai suaminya.. tanpa paksaan pihak manapun !" Ucap Bara panjang lebar.

Dimas mengangguk dengan sangat berat hati, karena dirinya benar-benar masih tak terima akan kabar yang mengejutkan ini. Gadis incarannya sedari dulu, sudah ada yang memiliki.

"Aku ke tenda lagi kak, nanti Abah nyariin" pamit Junod kepada Bara, sedangkan Dimas hanya Junod lirik sekilas saja dengan bibir yang tersenyum penuh dengan ejekan.

"Udah Dim, kamu mau gimana ? Lanjut ikuti pengajian, atau pulang lebih dulu ?" Tanya Bara dengan perhatian.

"Aku masuk lagi aja A', karena nggak mungkin ninggalin Mama sama Papa pulang berduaan" kata Dimas dengan senyum yang di paksakan

"Ya sudah, tapi aku mohon.. jangan ada perdebatan lagi" peringat Bara lagi

Dimas mengangguk, dan akhirnya kembali masuk tenda bersama dengan Bara. Saat mereka sampai di tempat duduk yang tadi pun, tak ada Junod disana. Entah kemana anak itu pergi, Dimas malah bersyukur tak melihat wajah menyebalkan itu lagi.

Sedangkan Junod sendiri, memilih nyasar kedalam dapur umum. Tempat dimana Fatimah juga sudah berada disana, karena ingin membantu pekerja catering yang bertugas.

"Loh, kak Junod ? Ngapain disini, ini kan dapur kotor.. banyak asapnya !" Fatimah cukup terkejut, melihat Junod yang berdiri di ambang pintu daput.

"Mau ngomong sebentar" kata Junod singkat.

"Tapi kak.."

"Sebentar aja, nggak jauh-jauh juga.. jadi orang lain masih bisa liat kita" kata Junod sedikit panjang, agar Fatimah tak ragu mengikuti nya.

Karena Junod tahu, jika gadisnya itu tak akan mau berbicara jauh dan hanya berduaan saja. Takut jadi fitnah yang mengerikan.

Akhirnya Fatimah dan Junod berdiri bedua, namun tempat merka terang benderang. Dengan beberapa orang yang berlalu lalang.

"Kenapa kak ?" Tanya Fatimah dengan suara lembutnya.

Junod melirik Fatimah sebentar, benar-benar hanya sebentar. Karena dirinya ingin merekam wajah cantik dan imut gadisnya itu dalam ingatan. Untuk menambah stok kagum di otaknya.

"Aku bener-bener nggak suka kamu deket sama cowok yang bernama Dimas itu !" Kata Junod dengan tatapan ke depan, dimana tenda berada.

"Iya kak, insyaallah mulai sekarang Fatimah akan menjauh dari kak Dimas" sebenarnya Fatimah sendiri juga tak begitu nyaman dengan Dimas, karena lelaki itu suka menatap nya terang-terangan.

Membuat Fatimah malah jadi tak nyaman !

"Satu lagi" kata Junod lagi.

"Apa kak ?' tanya Fatimah heran, ternyata Junod bisa ngomong banyak juga.

"Jangan panggil aku dengan sebutan kakak, aku nggak suka panggilanku sama dengan cowok itu !" Yang di maksud Junod jelas sekali bukan, Dimas yang juga di panggil Fatimah dengan sebutan kak.

"Terus, Fatimah harus panggila apa ka... Emmpp" hampir kelepasan manggil lagi Fatimah kan.

Junod tak langsung menjawab, terlihat berfikir sebelum mengungkapkan pemikirannya.

"Panggil aku Aa'.. biarpun sama dengan panggilan kakak mu.. tapi aku lebih ikhlas, dari pada harus sama dengan lelaki itu !"

Ahhh, rasanya Fatimah ingin melting saja.

Ini maksudnya Junod masih cemburu apa gimana ?

Sepertinya si kutub Utara sedang cemburu mode cool ya !

_____________________

_________________

vote dan komentar di harapkan!

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 80.9K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.2M 113K 59
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
754K 90.4K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
433K 47.1K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...