I Did [VMin]

By WinAshaa

6.2K 828 304

Ada yang tahu arti kebetulan? Berapa kebetulan yang pernah terjadi dalam hidupmu? Apakah kebetulan itu beraki... More

Prolog 00
Chapter 1 - Nama
Chapter 2 - Pertama
Chapter 3 - Nomor
Chapter 4 - Tak Tidur
Chapter 5 - Bait kata
Chapter 6 - Canggung
Chapter 7 - Ingatan
Chapter 8 - Roti Isi
Chapter 9 - Aku cantik?
Chapter 10 - Hangat
Chapter 11 - Pintu
Chapter 12 - Api Unggun
Chapter 13 - Saingan
Chapter 14 - Kuyup
Chapter 15 - Aksi
Chapter 16 - Kakak datang!
Chapter 17 - Kembali
Chapter 18 - Pulang Bareng.
Chapter 19 - Kangen
Chapter 20 - Peduli
Chapter 21 - Jenguk
Chapter 22 - Pulang
Chapter 24 - Sibuk
Chapter 25 - Kembali
Chapter 26 - Makan Siang
Chapter 27 - Latu
Chapter 28 - Dia siapa?
Chapter 29 - Puzzle bertambah
Chapter 30 - Bercak Merah
Chapter 31 - Menyelamatkan
Chapter 32 - Dua orang aneh
Chapter 33 - Rahasia mulai terungkap
Chapter 34 - Jati diri
Chapter 35 - Penculikan
Chapter 36 - Barter
Chapter 37 - Terluka
Chapter 38 - Lengah
Chapter 39 - Titah
Chapter 40 - Nekat
Chapter 41 - Disekap
Chapter 42 - Tertangkap
Chapter 43 - Pertarungan
Chapter 44 - Dalang
Chapter 45 - Pembalasan
Chapter 46 - Kemarahan
Chapter 47 - Ganjaran
Chapter 48 - Rumah
Chapter 49 - Awal yang baru
Chapter 50 - Epilog

Chapter 23 - Diikuti

80 15 2
By WinAshaa

#Day23

#Haru biru ; kerusuhan; keributan; kekacauan; huru- hara;

Kata turunan: 
- mengharu biru ; membuat rusuh (ribut); mengacau;-
- Terharu biru; terkacauka n-
- Mengharubirukan ; mengacaukan; menimbulkan kerusuhan; mengacaubalaukan


POV NORMAL

Kepulangan Arkan disambut baik oleh penghuni Alstroemeria, menjadi utusan terpilih membuat Arkan mengemban tugas besar, menjadi tumpuan harapan bangsa Alstro. 

Kegelisahan Arkan membuatnya ingin pulang, ia khawatir akan keadaan Alstro saat ini, terlebih ia merasa kekuatan Almeta semakin dekat. Hal itu juga di rasakan para Lordum di Alstroemeria, petinggi Alstro bukannya tidak tahu tapi saat ini bersabar adalah jalan terbaik. 

"Kami harap ada kabar baik darimu Arkan." 

"Maaf Lordum, sampai saat ini saya belum bisa memberikan kabar bahagia, tapi saya merasakan energi Almeta yang semakin jelas dan dekat." 

Arkan duduk di kursi paling dekat dengan kursi utama sang Ketua. Di sana terukir indah sebuah tanda khas Alstro, di tiap kursi yang terbuat  dari akar terdapat satu tanda yang berbeda satu sama lain, untuk Arkan tanda itu berbentuk tunas pohon kecil, lalu ada juga di kursi lain ukiran itu berbentuk bulatan seperti membentuk pola bebatuan. 

"Begitukah?" 

"Ya, dan saya juga ingin tahu bagaimana perkembangan pemulihan Alstro, Lordum. Maafkan tapi saya sedikit khawatir dengan hal ini, sumber kekuatan kita makin melemah, dan kita juga tidak bisa memakai kekuatan inti dan memaksa Pangeran Alstro bangkit." 

"Ya, itu benar karena akan membahayakan jiwa Pangeran Alstro sendiri dan juga nyawa banyak orang. Kita tidak bisa berbuat banyak dengan mendahului takdir, Arkan." 

"Benar Lordum, kita harus memakai cara lain untuk mempercepat kebangkitannya. Sebelum Almeta kembali mengharubirukan Astro seperti dulu." 

"Kau benar, bagaimana yang lain? Apa kalian ada saran, apakah ada diantara kalian yang mempunyai cara yang cepat dan tepat untuk melindungi Pangeran dan juga Alstro khususnya saat ini?" 

Ketua Alstro melihat ke arah para petinggi, mereka terlihat sama seriusnya dengan Ketua, menyimak dengan seksama berharap ada solusi lain kali ini, hingga …. 

"Ya Lordum, saya ada. Ijinkan saya menjelaskan," ucap salah satu petinggi Alstro yang berada di sisi kanan Arkan.

oOo

Axcel sudah duduk dengan tampan seperti biasa di atas motornya, menunggu satu orang penumpang spesial yang sejak tadi belum muncul. Syukurlah tidak terlalu terik, jika iya mungkin Axcel akan terlihat mengenaskan. 

Kegiatan menunggunya terobati dengan munculnya sosok manis berlari kecil ke arahnya.

"Axcel, maaf ya kelasnya ngaret," ujae Aruna yang langsung meminta maaf dengan menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya. 

"Gak apa-apa, nih minum dulu aja," jawab Axcel memberi sebotol air mineral yang sudah tidak utuh. Aruna memandangi botol itu lalu menerimanya. 

"Gak apa-apa nih aku minum punya kamu?" Axcel hanya menjawab dengan anggukan.

"Kita langsung?" 

"Siap, langsung aja keburu sore." 

Mereka pun bersiap, Axcel sudah membawa dua buah helm dan memasangkannya ke Aruna. 

"Aku bisa sendiri kok, gak apa-apa." 

"Helmnya macet jadi susah biar aku bantuin." 

Aruna bukan tak ingin dibantu sebenarnya tapi wajah mereka yang berdekatan saat ia mendongakkan kepalanya agar tangan Axcel bisa memasangkan pengait helm membuat dadanya berdebar tak karuan. Setelah bunyi klik terdengar, Axcel menaiki motor dan menunggu Aruna bersiap. 

"Pegangan," ucap Axcel singkat dengan nada yang sangat datar. 

"Yang bener nanti jatoh, aku mau agak ngebut biar cepet sampe," ujar Axcel lagi saat ia mendapati Aruna hanya memegangi jaket dengan dua jari saja. 

Setelah drama kecil itu merekapun berlalu dari parkiran menuju jalan raya, hingga tak menyadari ada sepasang mata yang mengamati dan terlihat menyalakan mesin motor juga tepat di belakangnya dengan jarak tertentu. 

Setelah perjalanan hampir limabelas menit mereka sampai di Perpustakaan Nasional, untung saja belum terlalu sore jadi masih dibuka untuk pengunjung. 

Setelah administrasi untuk memasuki selesai, Axcel meminta catatan buku yang ingin dipakai Aruna. Secarik kertas di ambil dari dalam tas slempang milik Aruna, Axcel membaca singkat dan terlihat mengangguk-anggukan kepalanya.

"Mau ikut atau mau nunggu di sini?" 

"Ikut," jawab cepat Aruna. 

Axcel melangkah ringan namun pasti ke salah satu pojok perpustakaan, Aruna di belakangnya tampak mengamati tulisan di tiap blok rak yang mereka lewati, hingga tak sadar bahwa orang di depannya sudah berhenti dan terjadilah Aruna yang menabrak punggung Axcel. 

"Dah sampe, ini bagian Sosial, di sini dibagi lagi menjadi sepuluh kategori, nah untuk Hukum ada di bagian kelima persis di samping sub kategori Ekonomi," tunjuk Axcel ke arah yang di maksud. 

Aruna menatap setiap kategori yang Axcel maksud dan semua tepat seperti yang ia sebutkan. 

"Kok kamu kaya udah apal." 

"Sering ke sini." 

Setelah ber oh ria Axcel berjalan lebih dalam, mengamati barisan buku dan akhirnya menemukan yang ia cari. Setelah terkumpul ia mengajak Aruna ke meja terdekat. 

"Pilih yang mana paling kamu butuh, kita pinjam aja langsung karena waktunya ga akan cukup kalo harus dibaca sekarang," ucap Axcel dengan intonasi tegas tapi lembut. Setelahnya Aruna memilih dengan cermat dan meminjam, tak banyak percakapan karena Aruna tahu larangan umum perpustakaan. 

"Kamu pasti belum makan," tebak Axcel

"Iya sih." 

"Di sana ada warung makan yang lumayan enak, mau ke sana?" 

Setelah mengiyakan mereka pun makan di sana, Axcel cukup senang karena Aruna tak banyak mau atau banyak menolak. Biasanya orang akan enggan untuk makan di warung biasa tapi ternyata Aruna tidak. 

"Ini," ucap Axcel saat sudah  sampai rumah Aruna dan turun dari motor lalu menyerahkan sebuah buku yang ia keluarkan dari ranselnya.

"Apa ini? Buat aku?" 

"Ini buku terbaik yang pernah aku baca dalam bentuk novel yang mengandung hukum. Les Miserable karya Victor Hugo. Coba deh bagus banget, ini buku kesayangan aku." 

"Gak apa-apa nih aku pinjem," 

"Gak pinjem, itu buat kamu kok." 

Aruna terpaku seolah bertanya dengan tatapannya apakah benar Axcel memberikan buku itu kepadanya.

"Iya, buat kamu kak Runa, buku spesial buat orang yang special." 

Jawaban Axcel membuat Aruna lagi-lagi mematung, pasalnya yang mengucapkan hal itu kini masih tanpa ekspresi, membuat ia bingung harus bereaksi bagaimana saat debaran jantungnya berdetak cepat. 

"Udah mau malem aku pulang dulu, salam buat Kakak kamu ya, dia udah ngeliatin terus dari tadi, aku pamit," ucap Axcel dengan di akhiri usapan lembut di kepala Aruna tanpa canggung.

Aruna hanya diam, bahkan dia tak sadar jika Axcel sudah pergi,yang ia lakukan hanya memegangi rambut yang tadi di sentuh Axcel. Sungguh sentuhan kecil tapi mampu mengharubirukan hati Aruna. 

"Hayoo! Siapa itu kok pake elus-elus segala?" 

Tiba-tiba suara Darrel membuyarkan sesi diamnya Aruna. 

"Iya, dia siapa ya?" gumam Aruna melenggang meninggalkan Darrel yang gantian terdiam dengan jawaban aneh Aruna.

"Itu anak kenapa? Kok malah balik nanya sih," misuh Darrel yang berjalan di belakang Aruna.

Sementara itu di perjalanan pulang, terlihat sosok seorang pengendara motor celingukan mencari sesuatu. Terlebih saat motor Axcel yang ia ikuti tidak terlihat di tikungan yang baru saja ia lewati, motornya ia hentikan di ujung jalan karena ternyata gang itu buntu, sosok berhelm hitam itu terlihat mencari-cari Axcel, karena seharusnya Axcel ada di depannya. 

"Cari gue?" 

Axcel muncul entah dari mana, membuat si pengendara motor itu terkejut. 

"Mau lu apa?" tanya Axcel reflek menahan sosok itu yang saking kagetnya menyalakan kembali mesin motornya hendak pergi dengan tergesa-gesa.

"Lu pikir gue ga tau, sampein sama pemimpin lu, gue ga takut. Jangan jadi pecundang dengan ngirim kalian." 

Axcel melepas tangannya yang ternyata tak menyentuh si pengandara sama sekali, jarak merekapun sekitar dua meter dengan saling berhadapan. Si pengendara yang panik merasa senang saat Axcel membebaskan dia, segera dia memutar motornya dan keluar dari gang itu. 

Namun Axcel tidak ingin ia pergi semudah itu, tangan kanannya terulur di udara dan seketika motor yang baru pergi beberapa meter itu seolah tertahan tidak bisa melaju, roda bagian belakang terangkat dan kenalpotnya mengeluarkan asap putih keabuan yang mengepul tebal. Aksi saling tarik terjadi hingga Axcel dengan sengaja mengepalkan tangannya yang masih di udara, bersamaan dengan motor tersebut yang terpental ke dinding gang hingga membuat motor dan kepala si pengendara terbentur keras dan tersungkur.

Namun saat Axcel mendekati sosok itu, ia bangkit dan berlari secepat kilat karena tak ingin identitasnya di ketahui. 

Menyisakan Axcel yang terdiam tak berniat mengejar, ia justru menatap telapak tangannya dan melihat motor yang rusak parah itu bergantian, seakan tak percaya bahwa apa yang terjadi barusan adalah akibat ulahnya.

"Terjadi lagi …." 

Tbc


Yey chap 23 done. Gimana gimana? Udah bosen? Atau justru makin penasaran? Koment aja langsung gpp lho.
Buat IfaDita cepet sembuh ya.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 103K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
690K 34.2K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
336K 26.2K 57
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...
1.5M 135K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...