Mixed Story S2

By Naya_Taf

3.9K 521 88

Season 2 dari Mixed... Seperti biasa cast utama wanita sudah pasti Im Nayeon... Bisa jadi remake atau cerita... More

Exile (2)
Exile (3)
Puisi Sang Dewa (1)
Puisi Sang Dewa (2)
Scars (1)
Scars (2)
Malam Badai
Aku, Kamu & Ayahku
(Remake) No One Knows
Missing You
Elang (1)
Elang (2)
Elang (3)
The Devils
The Devils (2)
Pak Dosen (1)
Pak Dosen (2)

Exile (1)

400 31 2
By Naya_Taf







"Kapan nikah?"

"Umur lo udah ngga muda lagi loh, udah 28 tahun, buruan gih nikah"

"Jangan kelamaan pacaran takutnya jagain jodoh orang"

Sekiranya itu lah kata-kata yang sedari tadi Nayeon dengar dari beberapa temannya, membuat Nayeon hanya bisa membalas dengan sebuah senyuman tipis dari bibirnya. Tentu saja ia merasa tidak nyaman, dan hal ini pula yang membuatnya hampir tidak pernah mengikuti acara reuni sekolahnya.

Disampingnya ada Jisoo yang senantiasa mengelus lembut lengan Nayeon, mencoba untuk memberikan ketenangan pada sahabatnya itu. Jisoo paham betul jika Nayeon merasa tidak nyaman saat ini karena perkataan dan pertanyaan teman-temannya yang lain tentang pernikahan, dan Jisoo bisa pastikan jika sepulang dari acara reuni ini Nayeon akan sibuk dengan pemikirannya.

"Omongan mereka jangan terlalu dipikirin Nay, anggep aja angin lalu" ujar Jisoo, kini mereka berdua sudah kembali ke apartment tempat mereka berdua tinggal.

Nayeon yang sedang menatap wajahnya dipantulan cermin itu menghela nafas, kemudian ia menatap Jisoo dari cermin.

"Gue juga sebenernya ngga mau kepikiran Jis, tapi ya gimana ya? Bukan mereka doang yang bilang, pihak keluarga gue juga udah nanyain soal nikah ke gue" ujar Nayeon dengan nada rendah.

"Sorry Nay sebelumnya, emangnya Johnny ngga ada omongan apapun ke lo tentang pernikahan?" tanya Jisoo hati-hati.

Lagi-lagi suara helaan nafas terdengar dari Nayeon, gadis itu tersenyum getir lalu menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Ngga ada, Jis. Kalau gue mulai buka obrolan tentang pernikahan, dia selalu ngalihin" jelas Nayeon.

Jisoo menatap Nayeon dengan sedih, Jisoo adalah teman Nayeon sedari mereka duduk dibangku SMA, Jisoo juga mengenal Johnny kekasih dari sahabatnya itu, Nayeon dan Johnny sudah berpacaran dari semasa sekolah tepatnya saat mereka berada ditingkat dua dan masih terjalin sampai sekarang.

Jisoo pun tahu itu bukan waktu yang sebentar bagi Nayeon dan Johnny, sepertinya mereka sudah berpacaran sekitar 11/12 tahun lamanya, dan Nayeon juga belum mendapatkan kepastian dari Johnny tentang akan dibawa kemana hubungan mereka berdua.

"Lo tau ngga sih, Jis? Kadang gue iri banget sama lo, lo dan Joshua pacaran baru dua tahunan tapi Joshua langsung lamar lo dan kalian akan nikah tahun ini, sedangkan gue?"

"Nay, mungkin Johnny punya pertimbangan lain kenapa dia belum juga ngelamar lo"

"Gue juga berharap kaya gitu" lirih Nayeon, Jisoo dapat mendengar suara Nayeon yang bergetar.

Jisoo menghela nafas, lalu mengetikkan sesuatu pada ponselnya. Setelahnya ia menghampiri Nayeon dan memeluk sahabatnya itu, menenangkan Nayeon yang saat ini sedang terisak.

.
.
.

Joshua baru saja menerima pesan dari kekasihnya, Jisoo. Matanya sedikit membola saat membaca pesan tersebut, sepertinya kekasihnya itu saat ini benar-benar kesal. Setelah membalas singkat pesan dari Jisoo kini Joshua menatap seseorang yang berada dihadapannya. Kebetulan seseorang yang kekasihnya sebutkan namanya itu sedang bersama dengannya.

"Lo abis ngapain Nayeon?" tanya Joshua menatap curiga kearah Johnny.

Johnny yang tiba-tiba mendapat pertanyaan seperti itu tentu saja bingung.

"Apaan? Kan dari tadi gue sama lo dan Yuta, Jo" ujarnya.

Joshua memutar bola matanya malas, setelahnya ia menggeser ponselnya kearah Johnny.

"Baca!" titahnya pada Johnny.

Johnny mengambil ponsel milik Joshua yang menampilkan roomchatnya bersama Jisoo. Johnny membacanya, raut wajahnya tiba-tiba saja berubah dan Joshua tahu sekali akan hal itu.

"Kali ini apa lagi?" tanya Joshua setelah Johnny mengembalikan ponsel miliknya.

"Lo tau kan kalau Nayeon sama Jisoo abis ikut reunian SMA?"

Joshua mengangguk pelan, tentu saja ia tahu karena Jisoo sempat meminta izinnya untuk datang ke acara tersebut. Sedangkan Yuta hanya memilih diam sedari tadi, ia lebih memilih mendengarkan kedua temannya itu.

"Disana Nayeon ditanya-tanyain kapan nikah dan sebagainya, tadi Nayeon juga sempet cerita ke gue lewat chat"

Sepertinya Joshua mulai paham kenapa Jisoo terlihat sangat kesal dengan Johnny.

"Dan seperti biasa lo malah ngalihin? Iya?" tebak Joshua.

Johnny mengangguk, Joshua dibuat tidak habis pikir dengan temannya sedari kuliah itu.

"John, lo sebenernya serius ngga sih sama Nayeon?" tanya Joshua, jujur saja Joshua juga terkadang lelah dengan Johnny yang bahkan sampai detik ini tidak terlihat ada niatan untuk membawa hubungannya kearah jenjang yang lebih serius.

Berbeda dengan Joshua, Joshua mengenal Jisoo saat dibangku kuliah berkat Nayeon yang mengenalkan mereka berdua. Sampai akhirnya membuat keduanya berteman lama, namun dua tahun lalu ia menyatakan perasaannya dan diterima oleh Jisoo, setelah setahun lebih menjalin hubungan Joshua segera melamar Jisoo.

"Gue juga sempet penasaran sih John, hubungan lo sama Nayeon udah kelamaan menurut gue, lo mau nunggu apa lagi? Lo berdua udah sama-sama mapan, kerjaan udah enak, tabungan juga oke" ujar Yuta ikut menimpali.

"Jo, Yut, lo berdua tau kan keluarga gue kaya gimana? Gue cuma takut kalau nanti hubungan rumah tangga gue sama Nayeon juga seperti keluarga gue, ngga harmonis, berujung perceraian, gue trauma" tutur Johnny.

Joshua dan Yuta saling berpandangan.

"Lo bukan trauma, tapi lo itu pengecut. Kalau lo trauma, seharusnya dari awal lo ngga memulai hubungan apapun, sedangkan lo sendiri malah pacaran sama Nayeon, semua orang yang pacaran itu ingin diakhiri dengan sebuah pernikahan, John. Begitupun dengan Nayeon" ujar Joshua.

"Kalau lo kaya gini, lo sama aja udah menyia-nyiakan waktu yang udah Nayeon habiskan buat bareng sama lo" tambah Yuta.

Johnny yang mendengar penuturan kedua temannya itu hanya terdiam, tentu saja ia tidak bisa membalas ucapan Joshua dan juga Yuta padanya. Karena pada kenyataannya yang dikatakan Joshua dan Yuta adalah suatu kebenaran, ia adalah seorang pengecut yang berlindung dibalik kata trauma.

.
.
.

Nayeon saat ini sedang berada diapartment milik Johnny, keduanya sedang menikmati quality time mereka. Seperti biasa jika diakhir weekend Nayeon akan mengunjungi apartment milik Johnny, dan berakhir dengan cuddle yang ditemani oleh film yang mereka tonton.

Johnny memeluk tubuh Nayeon, sesekali menciumi puncak kepala Nayeon dengan sayang. Sedangkan saat ini pikiran Nayeon benar-benar sedang tidak berada ditempatnya, pikirannya sedang melanglang buana entah kemana. Bahkan saat Johnny memanggilnya beberapa kali pun Nayeon sama sekali tidak bereaksi.

"Nay" entah ini panggilan yang keberapa kalinya, namun berhasil, Nayeon sedikit menoleh kearah Johnny.

"Iya?"

Johnny tersenyum lembut, "Kamu aku panggilin dari tadi, sayang. Kamu mikirin apa sih?" tanya Johnny.

Nayeon terdiam, menimbang-nimbang haruskah ia mengatakan tentang kegelisahannya dan kekhawatirannya? Apa Johnny mau membahasnya? Namun jika bukan hari ini, lalu kapan? Tidak mungkin kan Nayeon menyimpan beban pikirannya seorang diri, apa lagi jika ada sangkut pautnya dengan Johnny.

"John?"

"Iya sayang?"

Ada jeda beberapa detik sebelum Nayeon mengeluarkan suaranya, dan Johnny dengan setia menunggu.

"Kira-kira kapan kamu mau lamar aku?" pada akhirnya pertanyaan yang selama ini Nayeon tahan dapat ia keluarkan.

"Nay ak-

"Plisss, kali ini jangan menghindar lagi, John" pinta Nayeon.

Johnny menghela nafas lalu melepaskan pelukannya pada Nayeon. Mereka berdua kini sudah duduk diatas sofa dengan posisi saling berhadapan.

"Nay, apa kita ngga bisa kaya gini terus?"

Nayeon mengerutkan keningnya, tidak mengerti.

"Maksud kamu?"

"Kita tetap kaya gini tanpa ada ikatan pernikahan"

Ada sesuatu yang terasa perih didada Nayeon, Nayeon tentu saja paham apa maksud dari Johnny. Johnny tidak menginginkan sebuah pernikahan.

Nayeon menitikan air matanya, "John, apa kamu pernah ngebayangin gimana rasanya ketika bangun tidur hal yang pertama kali yang kamu lihat adalah wajah aku?"

"Apa kamu pernah ngebayangin ketika kamu pulang kerja ada aku yang sambut kamu dirumah?"

"Apa kamu pernah ngebayangin kalau nanti kita punya anak?"

"Apa kamu pernah ngebayangin gimana rupa kita berdua saat kita menua bersama?"

Pertanyaan Nayeon itu sama sekali tidak dijawab oleh Johnny, Johnny hanya terfokus pada Nayeon yang mengatakan itu dengan penuh luka, dan Johnny tidak menyukai perasaan dimana hatinya juga ikut terluka. Ini adalah kali pertamanya Nayeon menangis dihadapannya dengan sebuah pertanyaan yang tidak bisa Johnny jawab.

Tidak adanya jawaban dari Johnny membuat Nayeon tersenyum miris, hatinya sakit sekali.

"Ngga pernah ya, John? Tapi aku selalu ngebayangin itu semua sama kamu John-

Ada jeda beberapa detik sebelum Nayeon melanjutkan kata-katanya karena isak tangisnya yang menyulitkannya untuk berucap.

"Jadi selama ini aku sendirian ya, John?" suara tangis itu semakin pilu dipendengaran Johnny.

Johnny tidak sanggup lagi mendengar suara tangisan Nayeon yang semakin terasa menyesakkan untuknya, ia akan mendekat namun suara Nayeon mampu menghentikan pergerakannya.

"Apa kamu pernah ngebayangin kalau suatu saat kamu kehilangan aku, John?"

Lidah Johnny benar-benar kelu, tentu saja ia tidak pernah membayangkan bagaimana kehilangan Nayeon dari hidupnya, membayangkannya saja rasanya Johnny tidak sanggup.

Nayeon menghapus air matanya, ia berdiri dari duduknya dan Johnny dengan cepat menahan pergelangan tangan Nayeon.

"Jangan pergi" pinta Johnny dengan lirih.

Nayeon memejamkan matanya, "Johnny, kita udahan aja ya" pinta Nayeon, "Aku ngga bisa lanjutin ini, terlalu sakit untuk aku, aku juga ngga mungkin lanjutin hubungan tanpa arah dan tujuan kaya gini, John" lanjutnya.

Setelahnya ia melepaskan tangan Johnny dari pergelangan tangannya.

Ya, Johnny tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya kehilangan Nayeon. Namun malam ini, Johnny merasakan bagaimana Nayeon memilih untuk mengakhiri hubungan mereka berdua dan pergi begitu saja dari apartment miliknya tanpa pernah menoleh sedikitpun kearahnya.

.
.
.

Jisoo memeluk tubuh Nayeon yang bergetar karena tangisannya, Jisoo terkejut karena Nayeon pulang dalam keadaan berantakan, wajahnya dipenuhi jejak-jejak air mata, namun saat Nayeon bercerita disela-sela tangisnya baru lah Jisoo paham dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Jis, gue mau pulang ke rumah" ujar Nayeon dengan sisa-sisa tangisnya.

Jisoo tersenyum kemudian mengangguk, "Iya, nanti gue yang urus izin cuti lo dikantor" menurut Jisoo yang Nayeon butuhkan saat ini adalah rumah, bertemu dengan keluarganya adalah pilihan yang terbaik agar Nayeon bisa menenangkan diri.

Sedikitnya Jisoo bisa merasakan perasaan Nayeon saat ini, mengakhiri hubungan yang sudah terjalin sangat lama bukan lah hal yang mudah, namun rasanya ini adalah pilihan terbaik menurut Jisoo untuk Nayeon. Bukan karena ia tidak mendukung Nayeon dan Johnny, hanya saja Jisoo merasa jika Nayeon dan Johnny harus berhenti sejenak, dan mungkin ini bisa menjadi suatu hal yang bisa merubah Johnny kedepannya. Karena bagaimana pun Jisoo sangat tahu jika Johnny begitu mencintai sahabatnya tersebut.

"Besok gue anter ke stasiun ya, Nay" ujarnya pada Nayeon.

Nayeon hanya mengangguk sebagai jawaban, rasanya ia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk membalas ucapan Jisoo, tenaganya sudah habis terkuras karena menangis.

.
.
.

Jisoo dan Joshua baru saja keluar dari stasiun sehabis mengantar Nayeon, Jisoo sedari tadi hanya diam dan itu sedikit mengusik Joshua yang berjalan disebelahnya.

"Masih mikirin Nayeon?" tanyanya.

Jisoo mengangguk, "Aku ngerasa ini berat banget buat Nayeon, tapi disisi lain aku juga ngerasa lega, karena Nayeon ngga perlu nunggu sesuatu yang ngga pasti" ujar Jisoo.

Joshua merangkul Jisoo, "Kita doain yang terbaik aja buat Nayeon, dan buat Johnny nanti aku mau ke apart dia, mau tengokin dia dulu, chat aku ngga dibales dari kemarin sama dia" ujar Joshua.

Jisoo berdecak, "Males banget aku denger nama dia" sebalnya.

Joshua hanya menggelengkan kepalanya, sepertinya dibanding Nayeon, Jisoo lah yang menaruh dendam pada Johnny.

~

Sedangkan Nayeon saat ini sedang menatap kearah luar jendela kereta, perjalanannya ke Bandung kali ini terasa berbeda karena ia membawa sebuah luka beserta rasa kecewanya. Nayeon bahkan sudah bisa membayangkan wajah kakaknya yang kebingungan karena ia pulang tanpa mengabari dan dihari kerja seperti ini, mungkin Nayeon harus segera merangkai sebuah skrip saat kakaknya itu bertanya.

.
.
.

Joshua masuk kedalam apartment Johnny saat pria itu membukakan pintu, Joshua menatap seluruh penjuru unit temannya itu, setelahnya ia hanya bisa menggeleng tidak habis pikir, dibanding sebuah tempat tinggal, unit temannya itu lebih mirip dengan sebuah kandang kuda. Dan Joshua tahu betul ini sama sekali tidak menggambarkan seorang Johnny, pria itu adalah pria paling bersih dan rapi yang pernah Joshua kenal.

"Berantakan banget" ujar Joshua yang saat ini sudah duduk disebuah sofa.

"Ngga sempet bersih-bersih" sahut Johnny, "Ngapain lo kesini?" tambahnya dengan sebuah pertanyaan untuk Joshua.

Joshua mengamati penampilan Johnny, mungkin keadaan apartment Johnny terlihat berantakan, namun rasanya Johnny jauh lebih berantakan dibandingkan dengan keadaan unitnya.

"Lo baru ditinggal Nayeon belum ada 24 jam aja udah mengenaskan kaya gini, John" cibir Joshua.

Johnny sama sekali tidak menimpali, ia memilih bungkam, sepertinya Joshua sudah mengetahui kabar putusnya ia dan Nayeon. Sudah pasti Nayeon bercerita pada Jisoo dan Jisoo sudah pasti menceritakan semuanya pada Joshua.

"Gue kesini cuma mau liat keadaan lo aja sih" ujar Joshua.

"Thanks"

Joshua hanya mengangguk, sebenarnya ia tidak tega melihat keadaan temannya tersebut, Nayeon mungkin bisa menangis sekencang apapun yang ia mau karena Nayeon seorang wanita, tapi Johnny? Pria itu sudah pasti menahan semuanya sendirian karena egonya yang tinggi.

"Sekalian gue mau kasih tau lo kalau Nayeon pulang ke Bandung hari ini, tadi gue dan Jisoo yang anter dia ke stasiun" ujar Joshua.

Johnny terlihat meremas jari jemarinya, terlihat ingin mengatakan sesuatu kepada Joshua. Joshua yang terlampau peka pun akhirnya buka suara kembali.

"Kalau lo mau nanya gimana keadaan Nayeon, keadaan dia ngga jauh beda sama lo, kata Jisoo dia nangis semaleman"

Mendengar itu Johnny mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menyisir rambutnya kebelakang dengan kepala yang tertunduk dan mata yang terpejam.

"Gue udah nyakitin dia, Jo" lirihnya.

Joshua hanya diam, memilih untuk mendengarkan apa saja yang ingin Johnny utarakan.

"Gue sayang banget sama Nayeon, Jo. Tapi yang lo bilang itu benar, gue terlalu pengecut, gue ngga bisa lepas dari bayang-bayang keluarga gue yang berantakan dan hancur...gue takut kalau gue kaya bokap yang selingkuhin nyokap dan lebih milih pergi sama selingkuhannya" suara Johnny sedikit bergetar, menceritakan tentang keluarganya sama saja membuka luka lama yang selama ini Johnny coba balut ratusan kali.

"Tapi lo bukan bokap lo, John. Lo ngga akan kaya gitu, lo beda sama bokap lo" Joshua sedikitnya tahu tentang keluarga Johnny, bagaimana ayah Johnny memilih untuk meninggalkan keluarganya hanya untuk bisa bersama dengan wanita lain.

"Gue juga takut Nayeon ninggalin gue karena latar belakang keluarga gue"

Joshua menghela nafas, "John, Nayeon bahkan udah tau latar belakang keluarga lo seperti apa, dan dia ngga masalah sama sekali. Kalau Nayeon berniat buat ninggalin lo, dari awal dia udah pergi, tapi lo liat? Dia bahkan bertahan disisi lo selama ini padahal belum ada kepastian tentang hubungan kalian berdua" tutur Joshua, sedikitnya ia sebal dengan pemikiran Johnny, tapi disisi lain ia juga tidak bisa menyalahkan Johnny sepenuhnya.

Setelahnya hanya ada keheningan yang melanda, keduanya sama-sama terdiam. Johnny sibuk memikirkan ucapan Joshua, sedangkan Joshua sesekali menatap kearah arlojinya. Joshua menepuk kedua pahanya sebelum berdiri dari duduknya membuat Johnny mendongak menatapnya.

"Ya udah, gue balik dulu dah, besok gue kesini lagi, inget lo masih punya perusahaan yang harus lo urus" ujar Joshua mengingatkan Johnny.

"Ngga perlu nganter gue kedepan" ujar Joshua saat melihat pergerakan Johnny yang akan berdiri dari duduknya.

"Gue balik" pamitnya.

Johnny mengangguk.

Joshua melangkah pelan namun sebelum benar-benar mencapai pintu ia menghentikan langkahnya, dengan kepala yang sedikit menoleh kearah Johnny.

"John, mungkin keluarga yang ayah lo bangun itu udah runtuh dan hancur, tapi bukan berarti lo ngga bisa bangun keluarga baru yang utuh untuk lo dan Nayeon. Gue yakin banget kalau rasa cinta lo ke Nayeon itu lebih besar dari pada rasa takut lo" tutur Joshua, setelahnya ia membuka pintu dan segera keluar dari unit milik Johnny.

"Keluarga yang utuh? Apa mungkin?" gumam Johnny.

.
.
.

Sudah sekitar 2 jam yang lalu Nayeon tiba di Bandung, dan semua sesuai dengan apa yang ia bayangkan, ayah dan ibunya terkejut terlebih lagi kakaknya. Kini Nayeon berada di dalam kamarnya, kamar yang mungkin hanya Nayeon tempati setahun sekali karena ia jarang pulang ke rumahnya setelah ia memilih untuk merantau ke Jakarta, ia hanya akan pulang jika hari-hari besar.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok Namjoon sang kakak yang masuk kedalam kamarnya. Nayeon tersenyum lembut, kemudian memilih duduk dipinggiran tempat tidurnya begitupun dengan Namjoon.

"Kamu ada masalah di Jakarta?" tanya Namjoon.

Nayeon tersenyum tipis, kakaknya itu memang kelewat mengenal dirinya luar dan dalam, kakaknya juga tanpa basa-basi langsung menanyakan hal yang terlihat mengganggunya sejak pertama kali melihat kehadiran dirinya dirumah.

"Emang aku kalau pulang pas ada masalah doang apa?" tanya Nayeon dengan nada yang dibuat-buat sebal.

"Ya ngga gitu, biasanya kamu pulang setahun sekali, tapi ini ngga ada angin ngga ada hujan tiba-tiba kamu pulang, mana di hari kerja pula, udah gitu tanpa ngabarin ayah sama bunda" tutur Namjoon.

"Aku ngga ada masalah apa-apa di Jakarta, emang lagi kangen rumah aja"

"A'a tuh kenal kamu bukan setahun dua tahun ya, kamu tuh adeknya A'a, kita tumbuh bareng, kamu mungkin bisa bohong ke ayah sama bunda, tapi ngga bisa bohong ke A'a"

Nayeon menghela nafas kemudian menunduk, membuat Namjoon yang duduk disebelahnya merangkul bahu adiknya, membuat Nayeon bersandar pada dada bidang sang kakak.

"Sok cerita, A'a dengerin"

Tidak lama kemudian yang Namjoon dengar adalah suara isak tangis dari adiknya, Namjoon tidak akan bertanya lagi, ia membiarkan sang adik menyelesaikan tangisannya. Sekitar 5 menit suara tangisan itu memenuhi kamar Nayeon, namun lama kelamaan suara isak tangis itu berhenti.

"Aku putus sama Johnny" ujar Nayeon dengan suara yang masih bergetar.

Satu kalimat itu sukses membuat Johnny terkejut, bahkan kedua matanya membola sempurna dengan mulut yang terbuka.

"Kok bisa?" bingung Namjoon.

Nayeon melepaskan pelukannya dari tubuh sang kakak, kemudian menghapus air matanya. Namjoon dapat mendengar hembusan nafas Nayeon yang memberat.

"Mungkin emang Johnny bukan jodoh aku" jawab Nayeon pelan.

Nayeon tidak akan menceritakan tentang alasannya putus dengan Johnny, ia tidak mau Namjoon berpikir jika Johnny hanya mempermainkan perasaan Nayeon.

"Dek? Jangan bilang Johnny selingkuh, karena kalau kamu bilang gitu A'a akan langsung pesen tiket ke Jakarta sekarang juga buat ngehajar dia" ujar Namjoon.

"Johnny ngga selingkuh, A'a. Lagian aku yang putusin dia"

Mendengar itu membuat Namjoon lebih bingung, karena yang ia tahu Nayeon begitu menyayangi Johnny, bahkan dulu Namjoon sempat cemburu karena adiknya itu lebih memilih mendukung tim futsal Johnny dibanding tim futsal Namjoon. Lalu sekarang Namjoon mendengar jika Nayeon lah yang memutuskan hubungannya dengan Johnny? Benar-benar tidak masuk akal, pikir Namjoon.

"A', jangan cerita dulu ke ayah dan bunda ya, jujur aku belum siap buat cerita ke mereka berdua" pinta Nayeon.

Namjoon mengusap lembut kepala adiknya dengan sayang, "Iya ngga, tapi kalau bisa jangan lama-lama, mereka pasti nanyain Johnny" ujar Namjoon, membuat Nayeon mengangguk.

.
.
.

Sudah tiga hari sejak Johnny terakhir kali melihat Nayeon, dan ia tidak bisa mengelak jika dirinya begitu merindukan Nayeon. Johnny sudah mencoba menghubungi Nayeon, namun sepertinya nomornya sudah diblock oleh Nayeon, sekarang ia tidak memiliki akses sama sekali untuk menghubungi Nayeon, hanya sekedar untuk menanyakan kabar wanita itu.

Hari ini Johnny sedang menemani Joshua disebuah pusat perbelanjaan, tentu saja dengan sedikit paksaan dari Joshua yang mengatakan jika Johnny tetap harus keluar rumah untuk menghibur diri. Dan disini lah mereka berada, disebuah toko perhiasan; Joshua berniat untuk membeli cincin pernikahannya dengan Jisoo.

"Harusnya lo ajak Jisoo, bukan ajak gue" protes Johnny yang berjalan dibelakang Joshua.

"Jisoo sibuk, John. Lagian juga gue udah tau ukuran jari manisnya, dia juga udah bilang mau model yang simple aja" ujar Joshua tanpa menoleh kearah Johnny, ia sibuk menyusuri etalase yang menampilkan berbagai macam cincin cantik.

Johnny hanya menghela nafas, ia tetap mengikuti Joshua dari belakang, sesekali ia juga melihat-lihat kearah etalase yang terlihat berkilauan tersebut. Matanya terpaku saat melihat sebuah cincin yang terlihat sangat cantik dengan design yang begitu manis namun tetap terkesan elegan, entah mengapa melihat cincin itu mengingatkannya pada Nayeon.

"Mungkin kalau Nayeon yang pakai bisa jauh lebih cantik" ujar Johnny tanpa sadar.

Joshua yang mendengar itu tersenyum tipis, Johnny bisa mengatakan jika ia tidak ingin menikah, namun matanya saat melihat cincin tersebut seolah-olah ia sedang mendambakan sebuah pernikahan.

Joshua menepuk bahu Johnny, "Lo bener, kalau Nayeon yang pakai cincin itu bisa lebih cantik" ujarnya.

Johnny hanya melirik Joshua sekilas, kemudian mengalihkan tatapannya dari cincin cantik tersebut.

"Gue tunggu diluar aja" tutur Johnny, setelahnya ia segera melangkah keluar dari toko perhiasan tersebut.

Joshua tertawa kecil, ternyata tidak sia-sia ia mengajak Johnny untuk menemaninya membeli cincin.





To be continue...

.
.
.

Haloooo, ini cerita pertama yg aku publish di Mixed S2
Sekalian aku mau tes ombak dulu guys...

Happy reading guys...☺️



















Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 233K 96
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
10.7M 249K 60
𝐅𝐫𝐨𝐦 𝐄𝐧𝐞𝐦𝐢𝐞𝐬 𝐭𝐨 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐫𝐬 Enzo Mariano is known for being nothing but ruthless. He is feared by all in the Italian mafia. He kills on...
732 101 7
هەلاو چۆنن باشن ئەوەش چیرۆکە تازەکەمە هیوادارم بەدڵتان بێت💗
7.5K 291 58
Action, Romance, Fantasy