✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

By DeaPuspita611

372K 23.1K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... More

[Day 00] ㅡ PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 21] SWEET BEHAVIOR

6.9K 425 8
By DeaPuspita611

Happy reading in #day21

#pesakitan

•Pesakitan
-orang hukuman (nomina)

Seharian ini Aksa menghabiskan waktunya dengan termenung. Udara dingin yang melewati tubuh telanjangnya tidak dia hiraukan lagi.

Sedari ia membuka mata tadi, ia sudah dalam keadaan seperti ini. Telanjang dengan kaki mengangkang dan diikat di sudut ranjang. Bahkan tangannya juga tidak pernah lepas dari ikatan.

Perut Aksa mulai terasa sakit. Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia makan, karena ia hanya di sodorkan minum saja itupun tidak dapat menghilangkan rasa dahaganya.

Aksa sayup-sayup mendengar riuh suara dari arah luar ruangan tapi ia tidak mendengar jelas apa yang mereka bicarakan namun Aksa dapat mengenali salah satu dari banyaknya suara itu.

"Pak Xavier ..." gumamnya. Tubuhnya seketika menegang ketakutan setiap kali iblis itu datang. Kejadian lalu benar-benar mengguncangnya, membuatnya selalu mengingatnya.

Tubuhnya selalu dilecehkan setiap kali tangan kotor itu menyentuh dirinya, tapi satu hal yang membuat ia kesal, yaitu setiap sentuhan yang dilakukan Xavier berhasil membuat Aksa ejakulasi berkali-kali, bahkan mendesah layaknya wanita laknat.

Aksa mencoba menajamkan pendengarannya. Karena letak ranjang dan pintu sedikit jauh, ia tidak bisa mendengar cukup jelas. Ia bisa mendengar sosok Xavier yang tengah berdebat, bahkan membentak seseorang.

DOR!

Jantung Aksa mencelos keluar saat mendengar suara keras yang begitu tiba-tiba. Tubuhnya juga bergetar karena panik, apakah ada penyerangan? Sesuatu terjadi?

Aksa sangat mengenal suara itu, bukan suara benda terjatuh atau semacamnya. Itu jelas suara senjata api yang ditembakkan.

"Bawa tubuhnya, setelah aku mengijinkanmu masuk." Kini Aksa mendengar suara itu semakin jelas bersamaan wajah itu muncul dari balik pintu yang sedari tadi ia tatap.

"My Baby Aksa ..." Xavier mendekat ke ranjang tempat Aksa terikat dan duduk di pinggir ranjang itu. Tangan Xavier terulur mengelus paha Aksa yang jelas terekspos.

Aksa yang merasa geli menggeliat dan mendesis saat tali di tangan dan kakinya semakin menyayat kulitnya, gesekan tali dengan kulitnya jelas akan meninggalkan luka dan itu akan terasa perih.

Xavier menunduk, tangannya terulur memegangi kedua tangan Aksa yang mana membuat posisi wajah mereka sangat dekat, bahkan Aksa dapat melihat pupil indah milik Xavier.

"Kamu bisa melukai dirimu sendiri jika terus bergerak seperti itu, Baby. Sudah kukatakan jangan banyak bergerak."

Aksa membenci mata tajam yang menatapnya sekarang. Mata yang sangat menyiratkan perintah untuk memaksanya tunduk. Ia juga membenci saat ia dapat merasakan napas Xavier yang menerpa wajahnya.

"Lepasin gu ... tolong lepaskan saya, Pak." Hampir saja Aksa kelepasan berkata kasar pada Xavier, bukannya tidak berani hanya saja dirinya tidak mau mendapat hal yang lebih buruk dari ini.

Xavier melepaskan genggaman tangannya dari Aksa dan kembali duduk tegak, namun pandangaannya sama sekali tidak berani dan tetap menatap wajah Aksa. Wajah Aksa yang selalu terbayang bagaikan candu baginya.

"Saya bisa saja melepaskan kamu dan membiarkan kamu pergi dari rumah ini. Tapi sayangnya, iblis saya tidak mengijinkan kamu pergi sejengkal pun dari kamar ini." Xavier menyeret jari telunjuknya menelusuri tulang selangka Aksa yang terlihat sedikit menonjol.

"Saya..."

Kruuckk...

Perut Aksa berhasil menginterupsi perbincangan mereka, bahkan membuat Xavier seketika tertawa saat mendengarnya.

Namun di sisi lain, Aksa jadi terkejut. Ia terkejut saat orang yang dikenal sebagai kulkas berjalan bisa tertawa lepas seperti itu juga. Bahkan, saat di kantor ia hanya bisa melihat senyum tipis milik Xavier.

Xavier bangkit dari pinggir kasur itu dan berjalan menuju lemari di ujung ruangan itu. Padahal, Aksa mengira jika lemari itu hanya pajangan belaka karena tidak pernah terbuka,  namun ternyata berisi banyak pakaian yang tergantung rapi. Di bagian bawahnya terdapat tumpukan kain putih dan Xavier mengambil salah satunya.

Xavier membuka lipatan kain putih besar dengan bulu-bulu pendek itu lalu berjalan kembali ke arah kasur.

Xavier membentangkan kain itu di atas tubuh Aksa menutupi dada hingga ujung kaki Aksa.

"Pak Xavier?" Tentu saja Aksa kebingunga atas sikap Xavier kepadanya hari ini, ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Karena sikapnya benar-benar berbeda dengan sikapnya beberapa hari terakhir.

"Kamu lapar, kan?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan dari Aksa.

Xavier mengambil ponselnya dari dalam saku jasnya dan menelepon seseorang. Itu bukan smartphone, hanya telepon jadul yang hanya bisa dipakai untuk menelepon, mengirim pesan dan bermain permainan ular.

Hanya untuk sementara, karena khawatir jika ternyata ponselnya juga disadap.

"Bawakan makanan untukku." Hanya itu yang ia ucapkan lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku jasnya.

Tapi, Aksa yang penasaraan tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya banyak hal, namun kali ini bukan bertanya alasan Xavier menculiknya melainkan hal lain yang mengganggu pikirannya.

"Kenapa Anda menyelimuti saya? Anda terlihat peduli jika seperti ini."

Xavier ingin sekali tertawa melihat keluguan malaikatnya itu.

"Kulitmu dingin," jawab Xavier singkat. Xavier membuka jasnya dan menyampirkannya di headboard kasur itu, namun ia masih menggunakan rompi dan kemeja berwarna putih di dalamnya.

"Saya tidak terlalu kedinginan." Aksa mencoba untuk mencari jawaban yang sekiranya tidak menyinggung jika didengarkan oleh bosnya itu.

"Ck." Xavier mendecak kesal, memang benar jawabannya yang tadi bukanlah kenyataaan. Kenyataan sebenarnya ialah, ia tidak ingin siapapun melihat tubuh Aksa kecuali dirinya sendiri itulah mengapa ia membunuh salah satu bawahannya yang terpergok berani melihat tubuh Aksa saat memberikan Aksa minum.

"Kamu tidak akan kabur, kan?" Xavier mengganti topik, membuat Aksa mengernyit bingung.

"Maksud Anda?"

Xavier mendekat ke arah Aksa lebih tepatnya ia meraih tali yang mengikat tangan Aksa dan melepaskan simpulnya dan melakukan hal yang sama di tangan satunya lagi.

Aksa mendudukkan dirinya lalu memperbaiki letak tubuhnya mencari tenpat nyaman di atas kasur itu walau kakinya masihh dalam keadaan terikat.

Ditatapnya kedua tangannya di depan badannya, garis merah tercipta melingkar karena kuatnya ikatan tali itu. Dan dirinya merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tangannya yang bebas dari ikatan di ranjang, kini berganti dengan tali yang mengikat tangannya menjadi satu di depan. Bedanya bagian ujung tali yang mengikatnya tidak tersimpul di kasur itu.

Bunyi pintu yang diketuk itu membuyarkan lamunan Aksa.

"Masuk!" Aksa seakan sudah bertahun-tahun tidak mendengar kalimat itu dari Xavier.

Seorang lelaki yang terbilang masih muda itu masuk dengan membawa nampan besar yang dipenuhi dengan bermacam makanan dan minuman hingga ia memegangnya menggunakan dua tangannya.

Aksa tertegun sebentar kala langsung mengenal wajah orang yang baru datang itu. Sontak Aksa menutupi wajahnya menggunakan selimut yang diberi Xavier tadi.

"Ini makanannya, Pak Xavier."

"Letakkan saja di atas meja ini dan keluarlah."

Aksa yang mendengar suara pintu tertutup kembali langsung mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut.

"Itu tadi Giozan, kan?" Pekikan Aksa sedikit keras sambil menunjuk ke arah pintu.

Xavier mengangguk lalu mengambil salah satu makanan di dalam nampan dan mengaduknya.

"Kenapa Giozan di sini? Apa dia tahu kalau aku di sini?" Aksa seketika lupa dengan siapa dirinya sekarang hanya karena ia takut seseorang yang ia kenal tahu bahwa dia di situ.

"Dia pecundang milikku sekarang. Di sini karena dia pesakitan yang harus dihukum." Xavier menghembuskan sesendok bubur yang uapnya mengepul itu namun mengembalikannya ke dalam mangkuk karena merasa masih terlalu panas untuk dimakan.

"Wait ... wait ... wait. Apa?" tanya Aksa balik karena tidak mengerti.

Tangan kanan Xavier menarik dagu Aksa mendekat dan mencium bibir penuh itu sekilas yang membuat Aksa bungkam dan langsung menutup bibirnya.

"Pesakitan. Aku sedang menghukumnya karena bersikap kasar kepadamu." Xavier memberi sedikit penjelasan lalu menyodorkan sesendok bubur ke mulut Aksa yang tertutup oleh kedua tangan Aksa.

"Dan sekarang, makanlah ..." 

"Kenapa aku harus? Bagaimana jika bubur ini diberi racun?"

"Hei," Aksa menatap mata tajam Xavier yang menyiratkan sesuatu. Seperti ...

"Aksara Ranendra, untuk apa aku meracunimu? Aku tidak bodoh untuk merusak mainanku sendiri."

~~~~

Nada menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya, membiarkan dirinya terjebak di lautan berkas keuangan yang tak henti-hentinya datang ke meja kerjanya. Padahal ia masih terbilang karyawan baru, tetapi semua pekerjaan dibebankan kepadanya, bahkan kepala divisi keuangan itu juga melimpahkan pekerjaan miliknya ke Nada.

"Nada!" Ia mendogak kala mendengar namanya dipanggil, namun lagi-lagi ia didatangi oleh setumpuk berkas yang langsung disodorkan ke pelukannya.

"Ini berkas apa lagi? Aku sudah cukup banyak pekerjaan di sini." Nada sedikit menolak, perempuan ini terlihat kelelahan jika dilihat dari wajah pucatnya. Namun, perempuan berambut pirang yang memberikannya kerjaan tambahan tampak tidak peduli.

"Tolong kerjakan, ya! Kami mau pergi istirahat makan siang dulu. Setelah kami kembali, berkas ini harus sudah selesai semua." Perempuat berambut pirang itu pergi meninggalkan Nada tanpa berpikir jika Nada juga butuh makan dan istirahat.

Nada meregangkan tubuhnya sesaat lalu melanjutkan pekerjaannya walau matanya sedikit mengantuk karena menatap layar komputer terlalu lama.

"Kamu perlu bantuan?"

Nada hampir melompat karena terkejut saat seseorang berbisik di telinganya. Ia memutar posisi kursinya dan mendapati seorang wanita cantik nan elegan berdiri tepat di belakangnya.

Nada mengingat wajah cantik itu. Ia melihat wanita itu kemarin di pintu masuk Adhiyaksa saat ia ingin membeli kopi di café perusahaan, tapi ia tidak menyangka wanita itu juga seorang karyawan karena gaya berpakaiannya kemarin.

"Kamu karyawan di sini?" Nada mencoba untuk bersikap sopan, ia tidak tahu pasti wanita ini siapa.

Senyum Natalie merekah, ia bukan melihat ke arah Nada melainkan ke arah layar monitor komputer milik Nada.

Tanpa mengindahkan pertanyaan Nada, Natalie menggeser kursi Nada dan berhadapan dengan monitor itu seakan hanya tulisan di monitor itu yang menarik perhatiannya.

Nada merasa jengkel saat ia merasa disingkirkan seperti itu.

"Permisi ..." Nada menepuk pundak Natalie, namun Natalie hanya memperhatikan layar dan tangannya sibuk mengetik di keyboard, hingga Nada hanya membiarkan wanita itu berkutat dengan komputernya tanpa tahu apa yang ia perbuat.

Tangan Natalie dengan lihai membuka satu persatu berkas, membacanya sekilas lalu tangannya kembali menari di atas tombol keyboard, bahkan tanpa terasa waktu istirahat sudah berakhir.

"It's so easy!" Natalie tersenyum lebar saat ia menyelesaikan semua berkas-berkas yang ada di meja itu. Natalie selalu ingin bekerja kantoran seperti ini, namun karena suatu kejadian, ia tidak bisa menyelesaikan sekolahnya dan harus bersembunyi untuk bertahun-tahun lamanya dari dunia luar.

Natalie mengangkat kepalannya dan menatap aneh saat banyak mata yang melihatnya. Melihatnya dengan tatapan takut karena mereka mengenal Natalie ini sebagai salah satu asisten Xavier yang juga terkenal galak. Itulah rumor tentangnya yang beredar di sekitar Adhiyaksa.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Pergi dan kerjakan pekerjaan kalian!" bentaknya yang membuat semua karyawan yang melihatnya langsung pergi berhamburan tak tentu arah. Padahal mereka di sana hanya ingin mengambil pekerjaan yang mereka beri ke Nada.

Baru saja Natalie mau berbalik dan kembali ke ruangan Xavier, ia disuguhi Nada yang tengah tertidur di ujung mejanya bahkan hampir terjatuh.

Seketika Natalie teringat kalau dia mengambil pekerjaan seseorang.

"Hei ..." Natalie menggoyang-goyangkan tubuh Nada yang tertidur.

Mata lentik itu terbuka perlahan, namun ia langsung membelalak kaget. Seakan baru menyadari sesuatu.

"Pekerjaanku!"

Tapi, Nada semakin terkejut saat melihat mejanya sudah bersih dari tumpukan berkas yang sebagian ia letakkan di lantai, bahkan semua file yang seharusnya ia susun sudah selesai tanpa ia sentuh.

Nada menatap ke arah Natalie dan menyambar kedua tangan itu.

"Kamu yang kerjain, kan. Terima kasih banyak loh ..." seru Nada bersyukur, terlihat dari matanya yang berbinar senang.

"Aku minta maaf sudah mengambil pekerjaanmu. Padahal aku tidak bermaksud begitu, tapi aku terlalu excited jika mengerjakan hal seperti ini." Natalie berucap jujur.

Nada mengedipkan matanya berkali-kali. Ia terus menatap Natalie seakan telah menemukan sosok malaikat penyelamatnya.

"AKu sungguh bererima kasih atas bantuanmu. Bagaimana kalau aku traktir kamu makan?" tawar Nada pada Natalie, ia cukup tahu diri untuk membalas pekerjaan Natalie.

Natalie tersenyum, "Ide yang bagus, aku menyukainya." 

Continue Reading

You'll Also Like

Balance Shee(i)t By Raa

General Fiction

67.4K 5.7K 43
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...
941K 21.2K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
743K 6.5K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
Istri Kedua By safara

General Fiction

154K 5K 39
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...