Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Terima Hadiah?!

10.1K 169 7
By chihamusen

VOTE DAN KOMENTAR!!

DITUNGGU YA DARI KALIAN....

Sejak hari itu Meera sempat libur sehari absen tidak masuk kelas. Lalu besok harinya barulah ia bisa kembali bersekolah lagi walau sebenarnya masih dalam keadaan sakit. Ia memaksakan dirinya untuk bisa hadir. Belum lagi Rhea yang sepertinya akan marah-marah padanya karena Meera yang tak hadir sekolah saat itu. Ia tak mau membuat masalah lebih lagi dan membiarkan Rhea terus akan mengancamnya. Meera harus segera bertemu mereka.

"Eh eh tuh lihat dia anaknya baru datang,," kata Enggar berbisik pelan memberitahu temannya yang lain. Hal yang paling ditunggu oleh lelaki itu adalah bagaimana sekarang kabar Meera setelah tempo hari meminta rokok yang diberikan dari temannya itu.

"Masa dia sampai sakit gara-gara kena ciuman gue juga semalam sih?" gumam Sevan berpikir keras, sesaat melihat Meera yang enggan langsung menatapnya begitu sekilas melihat dirinya begitu berjalan masuk.

"Makanya jangan kebiasaan tolol! Kalau dia kena penyakit HIV dari Lo bisa bahaya! Bukannya mau ngajak tidur seranjang, malah ngajakin dia mati ke peti kuburan,," ujar Kaden mengingatkan akan kelakuan buruk cowok satu itu, saat tahu Sevan lebih maniak ketika sering asik bercinta dengan wanita manapun, bahkan beberapa kali dalam sekali main akan berganti lagi anak cewek baru yang berbeda begitu dia mengeluarkan benihnya dan terus berlanjut hampir setiap harinya sepanjang larut malam tanpa bosan bersenang-senang.

"Diem lo! Jangan mulai dah ngeselin shit! Gini-gini gue masih sehat banget ya... Lo bisa kalah beneran kalau kita bertanding soal ronde sama anak-anak!!" decak Sevan kasar sambil menekan ujung topi yang dipakai oleh Kaden hingga sedikit menutupi pandangannya karena tangan ulah cowok itu agar berhenti untuk melihatnya.

"Sialan bangsat!!" balasnya sengit. Sedangkan Sevan mengejeknya.

"Lawan Lo bukan gue, tapi Gaztra!
Tuh dia lebih jago kalau main soal gali lubang semut punya orang!!" sungutnya sambil melirik ke arah Gaztra yang sedang memakan permennya.

"Bayi gede kayak dia cuma tahu sukanya nyusu doang, mana paham yang begituan goblok! Kalau ada cewek cakep dia pasti cuma mainin balonnya sampai kelepasan terbang ke udara aduh gue malas membayangkannya!!" kesal Sevan sarkas sedikit tak terima melihat Gaztra yang hanya duduk anteng terlihat lebih menikmati sebuah permen yang ada dimulutnya sambil memutar-mutar tangkainya sebentar seperti anak kecil yang bodoh habis di sogok oleh bujukan mamanya. Sevan pun memijat kepalanya sendiri dengan tingkah aneh Gaztra.

"Gak usah ngomongin gue juga kali, siriknya keliatan banget jadinya,," lirik Gaztra agak malas. Lalu kemudian menyengir lebar seolah ikut meremahkan Sevan juga. Kaden kompak bertos ria sembari tertawa lucu bersama Gaztra.

"Eh Adhery mau kemana Lo?" tanya Enggar saat cowok itu bangkit berdiri dari duduknya namun tak digubris olehnya. Enggar ingin mengikuti tapi Adhery malah menyuruhnya untuk tetap diam saja ditempatnya sekilas meliriknya tajam.

"Dan Lo merasa nggak kayaknya ada yang aneh deh dari kita juga..." kata Kaden mulai serius.

"Apanya yang aneh?" cibir Sevan sinis masih kesal dengan menyahutinya tak santai.

"Anjing dah bikin kaget aja bangsat! Si Vanca kenapa dah matanya jadi hiteman gitu? Lo ketusuk ranjang yang mana dah pas gelut sama makhluk halus?" Enggar pun terkejut saat ia menoleh ke arah Vanca yang tiba-tiba bangun dari tidurnya sambil menatap ke arah lain dengan mata terbuka lebar. Terlihat cowok berhoodie dengan tudung di kepalanya itu kini ikut duduk didekat mereka. Tentu hal itu membuat para temannya terheran-heran.

"Sialan! Yang aneh bukan dari kita tau dasar bajingan. Tapi dari dia sendiri! Bilang aja dah Lo mau ngatain gue juga kan brengsek?!" ketus Sevan langsung menjitak Kaden yang membuatnya sedikit emosi sedari tadi.

"Vanca, lo balik lagi ke alam mimpi gih sana... Ngapain coba ileran sambil melek gitu? Bikin jorok aja lo!!" decih Gaztra sedikit bergidik ngeri saat melihat Rivanca yang terus saja tersenyum senang sendiri dalam pikirannya saat tahu begitu akhirnya  melihat kedatangan Meera dari kemarin sudah dia tunggu-tunggu akan keberadaannya. Bayangan gadis itu semakin hinggap di kepalanya tentang kebersamaan mereka berdua sempat melakukan hal lebih menarik di kamar kost Meera terakhir kali Rivanca ena-enakan disana.

Sedangkan Adhery sudah beranjak menuju ke arah meja tempat duduk Meera. Namun gadis itu lebih dulu memutuskan untuk beristirahat juga sebentar dengan merebahkan kepalanya diatas meja.

"Lo lagi sakit ya?" tanya Adhery begitu sampai didepannya. Bukannya menjawab. Gadis itu malah langsung ketiduran seolah tak sadarkan diri dengan keadaan tubuhnya yang masih lemah. Ia menelungkup tangannya di atas meja seakan hampir ingin menutupi wajahnya yang pucat.

"Apa benar kalau Meera beneran seorang perokok aktif? Dan gue salah udah kasih dia sesuatu yang seperti itu sampai dia salah menyalah gunakan?" lirik Adhery sambil bergumam cukup lama memperhatikan gadis itu.

Ia pun lalu menoleh ke arah tempat gengnya Rhea sembari menatap tajam pada ketiga para cewek itu yang sempat terkejut takut ketika Adhery ada di sekitar mereka.

Adhery tak banyak bertanya lagi setelah memandang sinis geng Rhea yang juga sedikit menundukkan kepalanya. Rhea memalingkan wajahnya. Sedang Della meneguk pelan ludahnya. Dan Yura juga mencoba balas untuk tersenyum ke arah cowok itu. Lantas pria remaja itu mendengus kembali berlalu ke arah tempatnya sendiri.

Hingga Adhery pun dibuat kaget saat ia ingin duduk dan melihat temannya itu Rivanca sedang mengigau dalam keadaan tak biasanya. Mata Rivanca dipenuhi lingkaran hitam dibawah kantong matanya. Bahkan lebih parahnya lagi air liur cowok itu ikut keluar dengan sedikit deras menetes tanpa henti.

"Kenapa dah dia? Lo kok kayaknya lebih parah dari dia... Lo gak sakit jiwa kan Vanca?!" heran Adhery sempat mengusap dadanya pelan.

"Tahu nih anak! Habis dihajar sama siapa dah dia ya sampai mukanya berubah nyaris mirip kayak kolong kelelawar?!" Enggar menggelengkan kepalanya.

"Gue masih dengar ya kalian.... Gak usah ngomongin gue bangsat! Gara-gara Lo anjing! Gue gak bisa tidur dengan tenang!!" kata Vanca yang tadinya santai kini langsung sedikit berteriak membuat teman-teman yang lain menjadi terkejut lagi akan tingkahnya yang tiba-tiba melotot keras.

"Kalem Van... Kok lo malah ngamuk sih anjirr?!" sahut Sevan mundur sebelum kena jotosan dari Vanca yang akan melayang. Ia tahu saat ini cowok itu agak gila sejak dari kemarin. Dan ini lebih parah dari ia harapkan.

"Tahu ah bangsat! Gak usah banyak bacot Lo semua dan jangan ada yang ikutin gue lagi berak!! Awas Lo pada!!" ketus Rivanca sengit. Ia berjalan menjauhi teman-temannya.

"Sialan Lo! Bilang dari tadi kalau mau pup! Siapa juga yang tahan mau hirup kentut busuk Lo itu ogah gue sebelahan sama dia,," decih Sevan.

"Hari ini Rivanca kayaknya makin strong deh!!" ujar Enggar.

"Why stronger?" tanya Gaztra mengerutkan dahinya

"Stress tak tertolong!!" kekeh Kaden.

"Hahaha... Betul banget. Lagian dari malam kemarin kita ajakin dia buat hiburan malam malah dia makin gila pengen pulang,," Enggar tak habis pikir. Rivanca yang tak mau ikut ke club lalu diseret oleh Sevan bersama teman lainnya saat tadi malam.

"Udah biarin aja kayaknya semangat dia udah hidup lagi tuh! Sampai bisa marah,," ujar Adhery meski agak heran tapi ia tak begitu peduli. 

_______

Sedangkan Rivanca yang sudah keluar dari kelasnya lebih dulu. Ia langsung pergi ke toilet pria dan masuk ke dalam sana. "Sial! Pagi-pagi begini gue masih sange berat hanya karena liat cewek itu doang yang baru  saja datang udah bisa bikin gue keringatan gerah parah,," desisnya sedikit kesal. Ia lantas membuka celananya lalu mengeluarkan barang miliknya dari dalam sana.

"Ohh shit! Udah gak tahan gue lagi!!" tanpa sadar Rivanca pun melakukan onaninya yang entah keberapa kali demi mengurangi ereksinya, setelah ia tersiksa lebih semalaman hingga melampiaskannya emosinya sebentar pada para temannya itu dikelas tadi.

"Akhirnya gue keluarin juga dengan benar... Meski hanya bisa sesaat itu belum sepenuhnya selesai, tapi cukup bisa membuat gue merasa sedikit lega untuk sekarang,," desah Vanca saat beberapa menit yang lalu mengocoknya tanpa bisa berhenti. Namun benda miliknya itu masih saja terus mengeras. Seolah semuanya belum berakhir begitu saja. Ia harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar tangannya. Ia sungguh membutuhkan bantuan orang lain. Tapi orang itu harus gadis it,  atau Vanca akan semakin membengkak jika tak terselamatkan secepatnya.

Rivanca yang duduk diatas closet. Ia memejamkan matanya sebentar sembari menarik napasnya yang belum teratur. "Gila gila! Kenapa wajah Meeara gak bisa hilang dari bayangan gue sih bangsat!? Erghh" umpat Vanca mengacak rambutku frustasi.

Bahkan saat Rivanca memaksa wanita lain untuk memberikan servis blowjob dari mulut mereka yang kerap berganti-ganti tetap belum bisa berhasil satu kali pun untuk membuatnya begitu merasa puas saat dia mencoba ingin menghibur diri sejenak di kelab malam bersama para temannya itu. Sungguh rasanya sangat berbeda jauh sekali dari Meera si empunya bibir ranum di dalam mulut manis gadis itu sendiri.

Sampai sekarang Rivanca terus memikirkannya tanpa bisa berhenti mengerang kesal. Semalaman penuh ia bergadang tak bisa tidur dengan tenang terus teringat saat membayangkan Meera lebih dari yang dia harapkan. Kepala Vanca seakan meledak dipenuhi oleh wajah manis Meera. Padahal Rivanca sudah berusaha keras menepisnya ketika ia termenung dalam kamarnya.

Sialan Rivanca semakin tak sabar untuk memasukkan miliknya ke dalam inti tubuh sempit Meera. Sudah seharusnya benda itu berada ditempat yang tepat, dimana kehangatan surgawi yang sesungguhnya ada pada tubuh gadis itu. Vanca harus bisa menyimpan barangnya ke dalam sana dari Meera sebelum ia akan ketahuan oleh musuhnya yang akan merampasnya.

Begitu pulang dari kostan cewek itu pada waktu itu. Rivanca tak bisa lebih tenang sehabis dari sana saat berada di kamarnya sendirian seorang diri. Bahkan setelah malam besoknya, ia ingin nekat kembali kesana untuk menemui gadis itu karena tak ada kabarnya yang ternyata Meera sakit sebelum dia tahu tapi malah datangnya Enggar yang menghalanginya dan Sevan yang menyeretnya langsung ke club tanpa membiarkan Rivanca untuk kabur dari acara pesta mereka.

Meera sangat disayangkan sekali untuk harus dia dilewatinya sebentar ia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamanya. Namun Rivanca masih bisa bersabar dan bertahan. Ia tak mau merenggut gadis itu langsung dalam keadaan tak sadar. Sebelum atas kemauan Meera sendiri yang menyerahkannya dengan suka rela. Ia tak akan harus keberatan menanggung resikonya nanti.

Tapi kenapa rasanya begitu sangat mustahil. Ia berperang sendirian dengan batinnya mengenai tentang tubuh gadis itu sepanjang malam terus mengutuknya. Katanya; Rivanca terlalu lebih bodoh hanya karena mementingkan gengsinya pernah diabaikan oleh Meera seakan cewek itu sempat hampir menolaknya yang waktu itu enggan mau menyenanginya ketika Vanca saat meminta kembali sesuatu hal menarik darinya.

"Gimana kalau dia langsung mengalami pendarahan hebat saat lubang semutnya gue obrak-abrik sama pedang jahanam keturunan dari bokap gue? Kan nggak lucu juga Meera jadi sampai keguguran sebelum bunting anak gue!!" Rivanca yakin otaknya sudah tak waras hanya karena mengkhawatirkannya dengan segala kemungkinan yang akan terjadi menimpa nasib malang gadis itu jika saja Vanca tak mempunyai hati nurani sebagai calon ayah masa depan. Ia pun terkekeh sendiri.

Tak biasanya ia menjadi orang linglung separah ini oleh pikirannya yang berkecamuk tak karuan setiap kali terbayang kalau Meera benar-benar masih rapet.

"Atau gue sikat aja pakai tembakan air mancur gue ini eh... Apa mungkin Meera langsung mati juga sebelum dia berhasil tekdung?" gumam Rivanca meringis tertahan sebentar saat memegangi batang miliknya yang keras masih berdiri tegak seakan meminta dilepaskan.

"Ugh... Sabar ya dick manja. Gue lagi harus memikirkan strategi baru cara buat nenangin Lo sebelum masuk bertempur ke tempat yang sesungguhnya. Tunggu aja gue pasti berhasil dan Lo harus bangga sama diri gue,," katanya berbicara sendiri pada batang miliknya yang lebih besar. Rivanca sedikit malu dan merasa senang. Seharusnya ia bisa lakukan dengan perlahan-lahan untuk menaklukkan Meera agar bisa beradaptasi dengan ukurannya sebelum gadis itu akan direbut paksa oleh orang lain.

****

"Nih obat buat Lo." kata Vanca datar. Cowok berhoodie abu-abu dengan tudung di kepalanya itu menyodorkan Meera sebuah kantong kresek yang dibawanya.

"Buat apa? Gak perlu!" jutek Meera. Ia ingin menjaga jarak dari cowok itu. Bahkan Meera sempat mundur agar lelaki itu tak terlalu dekat dengannya. Namun cowok itu semakin melangkah maju didepannya.

"Gue tahu Lo lagi sakit. Itu obat vitamin buat Lo biar gak sakit lagi Lo lebih membutuhkannya...." ujar Vanca. " Itu sebabnya hanya karena Lo suka ngerokok." lanjut Vanca berbisik kecil setelah lebih dulu mencondongkan tubuhnya ke arah telinga Meera.

Meera meneguk ludahnya pelan. Ia tak bisa mengatakannya langsung kalau dirinya bukan perokok. Atau nanti Rivanca akan tahu kalau Meera telah membohongi geng cowok itu karena telah berani meminta rokok dari mereka hanya karena untuk Rhea yang memaksanya.

Dan Meera pikir dirinya juga pernah mendengar bahwa perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif. Itu pun Meera tak sengaja harus menghirupnya saat kepulan asap rokok dari Rhea sengaja cewek itu hembuskan ke wajahnya.

Ia tidak tahu kalau nikotin itu mengandung zat adiktif yang cukup berbahaya bagi pengguna baru seperti dirinya yang kini terlihat lebih lemah setelahnya ia bernapas dengan asap rokok yang aneh itu. Sedangkan Rhea semakin merasa lebih senang dan terus tertawa-tawa bahagia begitu menghisapnya. Katanya Meera bisa diandalkan kata cewek itu. Syukurlah untuk saat itu Meera tak perlu khawatir.

"Kebetulan obat vitamin yang aku cari udah habis dari UKS. Jadi aku akan menerimanya." kata Meera begitu tersadar setelah dia sempat keluar dari ruangan kesehatan sekolah. Ia pun berdehem sebentar sebelum berbicara. Lalu ia juga terlihat celingukan takut untuk memastikan bahwa geng Rhea tak mengawasinya sekarang untuk saat ini ketika ia sedang bersama Rivanca ia terlalu lebib gugup. Bisa saja kan geng Rhea diam-diam muncul disekitarnya begitu cowok itu menjauh.

"Nih gue kasih, ingat minumnya harus tiap malam aja,," ujar Vanca. Meera pun lantas mengambilnya dan ingin segera pergi dari lelaki itu.

"Lo ingat nggak siapa yang meminta buat nganterin Lo ke rumah kostan saat Lo mau pulang dari sekolah sempat habis merokok?"

"Enghh... Aku ingat kok tapi gak tahu siapa gak jelas mukanya... Aduh kepala kok jadi sakit lagi sih setiap mau mengingatnya..." ujar Meera kini memegang kepalanya yang  mulai berdenyut nyeri sesaat.

"Gak usah dipikirin... Gue yang udah antarin Lo balik dengan selamat waktu itu sebelum Lo jatuh sakit kayak gini... Gue cuma gak mau Lo lupain gue gitu aja. Gue senang kok biar Lo tahu hal itu." ucap Lelaki itu sembari tersenyum. Namun di mata Meera terlihat lebih aneh soal tentang Rivanca yang tiba-tiba saja sedikit perhatian padanya.

"Hah?! Jadi kamu tahu tempat tinggal ku?" kaget Meera. Seketika ia terdiam sebentar dan menatap ragu.

"Hemh... Apa kamu liat aku buka pakai---?!" Meera pun menutup mulutnya sendiri saat ia hampir keceplosan di hadapan Rivanca yang masih hanya tersenyum terus memandanginya.

"Lo mau ngomong apa hmm?" kata Rivanca. Kini tatapan mata cowok itu mulai terarah pelan ke bibirnya. Bahkan ia tak bisa melepaskan pandangannya untuk sesaat dari bibir ranum gadis itu yang terlihat ada bekas luka kecil disekitar sudut bibir itu. Lelaki itu sedikit menelan ludahnya.

"Gak! Nggak kok." kilah Meera cepat. Ia bingung. Kenapa pikirannya masih saja kosong. Ia belum bisa mengingatnya dengan jelas. Semakin Meera mencoba lagi apa yang telah terjadi ia tetap tidak tahu. Atau Meera semakin kesakitan jika terus ia paksa seperti saat ini.

"Udah lupain aja." ujar gadis itu sambil menarik napasnya berpaling dan hendak beranjak namun terhenti oleh cowok itu.

"Tunggu." cekal Vanca memegangi tangannya langsung. Lalu saat Meera hendak kembali untuk melihatnya cowok itu pun sudah mendaratkan sebuah ciuman hangat tepat dibibirnya secara tiba-tiba.

Apa yang terjadi? Kenapa Rivanca harus menciumnya?! kaget bantin Meera tak habis pikir. Bahkan Rivanca menciumnya dengan lebih lembut dan dalam. Melumat sebentar bibir Meera dengan sapuan lidahnya yang hangat disekitar sudut bibir gadis itu dan membasahinya.

Meera ingin menolaknya kasar. Tapi ciuman yang dilakukan oleh Rivanca sempat membuatnya sedikit mabuk melupakan dirinya.

"Hadiah ucapan terimakasih kasih Lo buat gue... Biar Lo lebih ingat gue lagi,," ujar Rivanca mengulum senyum kecilnya lalu ibu jari tangannya pun terangkat bergerak untuk mengusap pelan sudut bekas luka kecil yang sudah samar dibibir Meera dengan penuh lembut pada wajah gadis itu.

"Apaan sih?! Apa yang udah kamu lakuin dasar kurang ajar!!" pekik Meera keras membuat Rivanca sedikit  terkejut dan tak menyangka kalau Meera bisa lebih marah karena hal seperti itu. Ia ingin membalasnya namun mulutnya tertutup saat melihat mata gadis itu seakan sudah berkaca-kaca. Air matanya sempat jatuh menetes saat gadis itu menatapnya dengan penuh emosi sesaat. Lalu Meera pun mendorong kasar tubuh Rivanca agar segera menjauh darinya dan berlalu pergi cepat dari hadapannya. Tanpa membiarkan Rivanca bisa melakukan apapun padanya lagi.

"Sialan Lo nolak gue lagi?! Siap-siap aja tunggu pembalasan dari gue!!" gumam Vanca begitu tersadar saat Meera sudah menghilang dari pandangannya. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga uratnya menonjol ngeri.

"Cih! Cewek brengsek!!" decih Vanca sinis, masih tak terima akan perlakuan Meera tadi padanya. Gadis itu ternyata lebih berani melawannya. Dan benar saja Meera bukan lah perempuan sembarangan. Dia tak bisa dijinakkan dengan mudah.

TBC.....

Mau dilanjutin atau berhenti aja?

Kasih tau dong gimana baiknya menurut kalian...

Gue sebenernya capek juga sih nulis tapi gue coba dulu... Siapa tau ada sesuatu yang menarik kan?

Tapi kayaknya kalian lebih suka silent readers deh. Harusnya kalian juga dukung dong! Bukannya minta menuntut.... suka membaca tapi gak menghargai karya apapun dari tulisan gue... Gue sih gak Masalah cuman kalau mau gue lebih rajin UPDATE YAA gitu harus didukung sama semangatnya juga jangan bisanya menuntut update tapi Males VoTe?

Duh jangan nyesal ya nanti kalau cerita ini..... Tau deh tebak sendiri sana!

Ingat ya kalau cerita gue bikin kalian betah. Harus follow dulu akun gue dan Vote. Kasih saran kek komentarnya biar pada tahu...

Salam dulu sekian....

Continue Reading

You'll Also Like

69.8K 5.1K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
178K 15.1K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
313K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
48.3K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...