āœ”[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

By DeaPuspita611

371K 23.1K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... More

[Day 00] ć…” PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 17] THE BEGINNING

7.1K 466 23
By DeaPuspita611

Happy Reading in #Day17

#am
am

N. Tidak terbatas pada orang atau golongan tertentu; umum; awam

Semenjak insiden kemarin, Aksa sudah tidak banyak memberontak. Ia seakan sudah pasrah menerima keadaannya sekarang. Tangan yang terikat, mata yang tertutup, dan kini baju yang terlucuti. Ia bisa merasakan angin berhembus menerpa kulitnya, ia dapat merasakan jika dirinya hanya menggunakan celana pendek. Bahkan, ia tidak dapat merasakan keberadaan baju di tubuhnya.

Klek

Kepala Aksa tertoleh mencari dari mana asal suara itu. Suaranya seperti pintu yang dibuka, dan terdengar langkah kaki yang mendekat.

"Kamu menyerah juga?"

Tubuh Aksa menegang, rasa ketakutannya perlahan timbul. Suara ini ... Aksa seperti mengenalnya.

"Si-siapa? Siapa lo?!"

"Coba tebak."

Aksa tidak bisa memikirkan satu nama pun, pikirannya kacau. Tubuhnya kembali tersentak kala ia merasakan sesuatu yang membelai kepalanya. Di saat bersamaan, Aksa merasakan ikatan kepalanya mengendur, dan perlahan terbuka.

Cahaya menyilaukan matanya, membuat Aksa berkedip beberapa kali untuk menyesuaikannya. Namun, pupilnya membesar kala mengetahui siapa yang berada di depannya.

"Surprise?"

Mulut Aksa kelu, ia tidak bisa berkata-kata. "Mattheo?"

"Kita berjumpa lagi, Aksara Ranendra."

~~~~

"Ben~"

Ben menoleh ke arah Ozarn yang tengah memutar-mutar ponsel di tangannya. Kali ini mereka hanya berkumpul berdua, sejak skandal yang menimpa Danuar dan Aksa. Sekarang sangat sulit menemui keduanya.

Padahal Ben sudah sering mengajak yang lain untuk berkumpul lagi, tapi Aksa dan Danu yang selalu menghindar.

"Ben, yang dikirim Danu beneran? Tapi Aksa kok gak pamit sama kita?"

Ben terdiam, dia juga berpikir seperti itu. Pindah ke Milan bukan perkara mudah, apalagi untuk Aksa yang notabenenya masih menjadi karyawan baru. Seharusnya, orang yang dipindahtugaskan adalah orang berkompeten dengan pengalaman kerja yang sesuai.

Sebenarnya Ben merasa ada yang aneh dari pesan tiba-tiba itu. Dia yakin melihat Aksa beberapa hari lalu. Ia bertemu Aksa di minimarket, walaupun saat itu ia tidak sempat menyapa.

Dan sekarang ia mendapat kabar jika Aksa memilih bekerja di Milan? Bukan, bukan maksud Ben merendahkan skill Aksa, namun ini tetap saja terasa aneh baginya. Ini terbilang tiba-tiba.

"Mungkin gak sempet, lo tau 'kan skandal mereka booming banget."

"Se-gak sempet apa sih? Handphone punya, masa gak bisa ngabarin kita? Aksa juga tiba-tiba keluar dari grup."

"Jak, kita gak tau apa yang terjadi sama mereka. Mungkin Aksa punya alasan."

"Lo juga. Lo tau sesuatu 'kan? Tapi gak bilang sama gue. Kalian semua main rahasia-rahasiaan tapi gak ngajak gue."

Ben berdecih, "Kek anak kecil lo! Salah siapa lo pulang duluan malam itu."

"Kapan?! Gue selalu barengan kalian, ya!"

Ben menoyor kepala Ozarn, "Malam di mana kita kumpul buat rayain keberhasilan Aksa, lo pulang dulu waktu itu. Jadi gue sama Danu cuma ngobrol dikit."

"Ngobrolin apa?"

Ben menghela napas, ia memutuskan untuk memberi tahu Ozarn juga. "Malam itu, setelah Aksa dan lo pulang, Danu narik gue buat ngobrolin masalah hati. Kayak yang lo tau, kejadian kemarin ngebuktiin kalo Danu suka sama Aksa. Dan lo tau fun fact-nya apa?"

Mata Ozarn berbinar penasaran, tanpa sadar ia menggeleng.

"Danu udah suka sama Aksa sejak SMP."

"GILA!!"

"Jadi malam itu, Danu ceritain kalo dia pengen Aksa tahu perasaannya. Setidaknya, Danu udah berani ngungkapin perasaannya."

Ozarn mengernyit, "Tapi kemarin Danu gak kayak lagi ngungkapin perasaannya, malah kayak maksa Aksa."

"Nah, adegan Danu yang cium Aksa sebenernya gak ada pas briefing. Gue juga gak tau tuh bocah kerasukan apa sampe maksa Aksa ciuman."

"Lo kata adegan film?!"

Ben hanya terdiam mendengar Ozarn yang tidak bisa diam seperti cacing kepanasan. Sebenarnya, sebelum Danuar memberitahunya, ia sudah tahu temannya itu menyukai Aksa. Segala hal yang dilakukan Danu selalu berdasarkan Aksa. Bahkan, dari tatapan Danu pada Aksa sudah terlihat sangat jelas.

Suasana sungguh sepi tanpa Danu dan Aksa, pasalnya Ben tipe orang yang tidak banyak bicara sedangkan Ozarn tipe yang selalu menyahuti perkataan orang.

Orang am biasanya menyebut Ben dengan Ozarn sebagai 'plus minus'. Bagai dua kutub magnet yang berbeda tapi saling menarik satu sama lain yang membuat mereka mudah dekat.

Ben melihat Ozarn yang sibuk dengan benda pipih di tangannya sambil tersenyum nakal.

"Cewek mana lagi yang lo embat? Senyam-senyum kek gitu."

Bukannya langsung menjawab, Ozarn malah merangkul Ben dan mendekatkan badan mereka.

"Siapapun itu, tapi lo tetap yang nomor satu kok, Ben. Lo paling the best."

Ben memutar matanya. Padahal ia tahu Ozarn sedang gencar-gencarnya mendekati Nada setelah ekshibisi galeri Danuar.

"Gue rada jijik tapi untung aja lo sahabat gue. Masih gue terima lo yang kaya gini."

Ben kembali melirik Ozarn, "Pasti Nada, kan?" Ben menebak yang mana langsung dibalas anggukan semangat dari Ozarn.

"Lo tau aja, Ben. Sumpah Nada tuh cantik banget, beruntung banget gue bisa dapetin nomornya."

Padahal jika bukan karena Ben yang mengacuhkan Nada dan teman kerjanya Aksa yang satu lagi, mereka tidak akan berbicara dengan Ozarn yang seperti anak tetangga yang tidak bisa diam.

Ben hanya mengangguk. "Minggu depan lo free gak?"

"Kenapa? Mau ngajak hangout bareng lagi? Gak deh kalo Danuar ujung-ujungnya nolak buat ngumpul lagi."

Ben mendengus pelan.

"Gue mau ngajak ke bioskop. Cuma kita berdua, lo sama gue."

~~~~~~~

Acara peluncuran mobil tipe terbaru Viern hanya tinggal hitungan hari. Adhiyaksa disibukkan dengan banyaknya media yang berdatangan yang meminta izin untuk meliput pada hari peresmiannya karena mereka tidak ingin berurusan dengan pihak Adhiyaksa yang menuntut saluran televisi mereka karena meliput kegiatan perusahaan Adhiyaksa tanpa izin.

Amarah Xavier memuncak kala melihat rencananya yang berantakan karena ulah seseorang yang meretas akun perusahaan dan mengambil semua data-data milik perusahaan bahkan mencuri semua desain Viern yang di rencanakan untuk di luncurkan 5 tahun mendatang.

"THEO!" Xavier memanggil Mattheo yang sedang berbincang dengan kepala keuangan.

Xavier biasanya yang berada di ruangannya, kini berada di ruangan kantor karyawan, melihat hasil perkembangan karyawannya yang mencoba untuk mengembalikan data-data dan mengumpulkannya kembali.

Mattheo yang mendengar atasannya itu marah langsung berlari ke hadapan Xavier.

"Ada yang bisa dibantu, Pak?"

Xavier membungkukkan badannya lalu berbisik di telinga sang tangan kanannya itu.

"Lacak siapa mata-mata yang berani masuk ke perusahaan ini." Xavier berbisik tajam.

Mata Xavier menyala-nyala. Ia merasa terhina melihat Adhiyaksa goyah hanya karena ia tidak memperhatikannya dalam sehari saja.

"Bunuh siapapun yang berani bermain-main denganku."

Mattheo mengangguk mengerti. Senyum Mattheo mengembang saat ia diberi tugas untuk membunuh. Dia membenci hal itu tapi ia menikmatinya.

Baru saja Mattheo berbalik badan, tangan Xavier menggapai pundak Mattheo kali ini dengan mata yang sedikit lembut.

"Bagaimana kabar Aksa?"

Selama hidupnya, Mattheo tidak pernah melihat Xavier dengan tatapan seperti itu bahkan ia juga tidak menunjukkannya di hadapan keluarganya.

Apa yang membuat tatapan Xavier berubah drastis seperti ini?

Apakah hanya karena sosok Aksa? atau karena beban keluarga Adhiyaksa yang semakin berat karena masalah balas dendam yang akhir-akhir ini mendatangi Xavier.

Xavier tidak memiliki musuh, bahkan semua orang mengagumi sosok berkuasa itu. Namun, ia harus menanggung semua rasa dendam yang seharusnya diberikan kepada ayahnya setelah ia menjadi pimpinan di Adhiyaksa maupun organisasi gelap mereka.

Mattheo tersenyum tanpa jawaban dan melanjutkan kerjaannya untuk melacak musuh mereka. Karena ada satu prinsip keluarga Jansendra yang masih melekat nyaman di nama mereka yaitu siapapun musuh yang ingin menjatuhkan Adhiyaksa harus melewati Jansendra terlebih dahulu.

Tangan Mattheo bergerak lincah mencari nomor di ponselnya. Setelah matanya menangkap nama tersebut ia langsung menekan tanda menelepon.

Di satu sisi, perempuan itu tengah menaik turunkan badannya dan menikmati tiap tumbukan pada dinding rahimnya.

"Euhmm... Disitu sayang. Lagi~" desahannya memenuhi ruangan yang bermandikan cahaya jingga kemerahan.

"Telur dadar~, kamu di mana telur dadar~" nada deringnya yang berbunyi seketika mengganggu konsentrasinya yang sedang bersetubuh dengan musuh dari client-nya.

Dengan kasar ditariknya penis yang sudah melemas itu dari kemaluannya dan berjalan mengambil handphone-nya yang tergeletak asal di atas karpet yang sudah dipenuhi bercak merah.

Dia berdecak saat tahu siapa yang menghubunginya. Digeserkannya tombol hijau itu dan menjawab teleponnya.

"Kau mengganggu acaraku, Theo! Apa maumu?" Ia tidak ingin berbasa-basi dengan Mattheo karena masih banyak yang harus ia kerjakan.

"Kamu masih ahli dalam meng-hack?" Tanya Mattheo dari ujung sana.

Perempuan itu berjalan ke depan cermin setinggi dirinya yang berdiri tegak di ujung ruangan.

Di tatapnya refleksi dirinya sendiri yang tanpa sehelai kainpun dari ujung kepala hingga kakinya. Biasanya orang am akan mengagumi diri mereka saat di depan cermin, namun berbeda dengan dirinya yang seakan ingin membunuh orang yang sedang ia tatap.

"Kau tahu, aku masih ahli dalam segala hal yang aku bisa."

Kulitnya yang berwarna sawo matang itu sangat cocok dengan rambut bergelombang hitamnya yang menambah kesan wanita ideal.

Ia mengambil beberapa helai rambutnya dan menggulung-gulung rambut dengan jari telunjuknya sambil mendengar permintaan Mattheo.

"Data perusahaan? Bukankah keamanan Adhiyaksa selalu yang paling luar biasa?" Sebelah bibirnya naik ke atas, ia merasa lucu dengan perkataan Mattheo dan ia yakin kalau Mattheo sedang bercanda dengannya.

"Ada mata-mata di Adhiyaksa dan aku yakin kalau itu suruhan dari 'dia'."

Ia mematikan ponselnya. Senyumnya memudar dan digantikan dengan kemarahan yang tak tertahankan.

Dilihatnya pemuda yang terbaring di lantai yang mana sempat ia setubuhi itu tadi.

Pemuda itu sudah bersimbahan darah bahkan mata sebelah kanannya sudah tidak pada tempatnya.

Dia kembali berjalan menghampiri tubuh itu dan memainkan jemarinya di dahi pemuda yang sudah tidak bernyawa itu.

"Aku pengen ketemu sama dia sekali lagi." Ia berbicara dengan mayat itu seakan ia bisa mendengar dan menjawabnya.

Telunjuknya bergerak dari dahi menuju leher mayat pemuda itu. Ia menikmati tiap goresannya.

"Sayang banget dia selalu nurunin anak buahnya yang bego banget kayak lo."

Di tekannya jemarinya tepat di tenggorokan mayat itu dengan kuat hingga kulit itu mulai tergores dan mengeluarkan cairan merah yang kini mengalir di jarinya dengan lancar.

Perempuan itu kembali berdiri dan mengambil celana dalam rendanya yang tergantung di sofa dan memakai kemeja kebesaran milik targetnya yang menutup badan hingga panggulnya.

Di tatapnya sebentar mayat itu, "Sampaikan salamku ke dewa neraka, Hades kalau aku masih mengumpulkan pasukannya yang berdosa dan akan kembali setelah semuanya kembali ke neraka," ucapnya sebelum menghilang di balik pintu kayu apartemen berdarah itu.

Continue Reading

You'll Also Like

801K 29.7K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI šŸš«] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
925K 18.2K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
274K 713 55
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
5.8M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...