[ āœ” ] SWEET PILLS

By DeaPuspita611

408K 24.7K 619

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... More

[Day 00] ć…” PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 16] MESS

8.4K 551 12
By DeaPuspita611

Happy Reading in #Day16

#susu kambing

•susu kambing: air yang keluar dari buah dada, susu binatang mamalia, kambing.

Hidup keluarga Jansendra sama seperti masyarakat pada umumnya, tidak ada hal yang membedakan keduanya. Keluarga Jansendra tidak terlalu kaya namun dapat hidup di kalangan elit karena pekerjaan mereka, sebagai tangan kanan kepercayaan keluarga Adhiyaksa.

Mattheo Jansendra melanjutkan kehidupannya menjadi kepercayaan pemimpin Adiyaksa walau kenyataannya ia tidak ingin berada di lingkungan itu. Lingkungan di mana kekejaman dianggap biasa oleh mereka.

Lingkungan yang dipenuhi dengan tetesan keringat dan darah yang mana membuat Mattheo ingin meluapkan segala emosinya tanpa menodai nama keluarganya. Ia tidak bodoh melakukan hal yang akan mencoreng nama baik keluarganya, terlebih keluarga Adhiyaksa yang bisa saja ikut terseret.

Seni. Itulah titik kelemahan Mattheo. Setiap lukisan, kriya bahkan tarian mampu membuat emosinya menguap. Perasaannya selalu bisa lebih tenang setiap kali ia mempelajari seni-seni yang indah.

Segala seni yang dibuat selalu memiliki arti tersirat, Mattheo menyukai saat seni itu menceritakan kisah-kisahnya melalui segala hal di dalamnya. Bagaimana setiap goresan itu sangat berarti bagi seni itu sendiri.

Itulah yang membuat Mattheo saat ini bisa bertatapan dengan salah satu pelukis yang karyanya memiliki seribu arti, namun dipandang sebelah mata hanya karena tidak diakui oleh keluarganya.

Mattheo melihat raut wajah Danuar semakin memburuk setelah ia menceritakan kenyataan bahwa Aksa pindah ke perusahaan induk di Milan karena menghindari Danuar. Tapi ada satu hal yang tidak Mattheo ceritakan kepada Danuar, bahwa Aksara diculik dan sekarang masih tidak diketahui keberadaannya ada di mana.

Setelah mendengar semua itu, Danuar hanya ingin pulang dan beristirahat saja. Ia merasa bersalah setelah mencium Aksa dan membuat sahabatnya itu harus pergi seperti ini. Karena bagaimanapun juga, semua masalah ini berawal dari dirinya yang terlau nekat. Yang dipikirkan Danuar saat itu hanya Aksa yang harus mengetahui jika dirinya menyukai pemuda manis seperti Aksa.

"Padahal seharusnya aku yang pergi darinya, bukan dia. Kau memang pembawa masalah, Danu." Danu bergumam pelan, tangannya saling tertaut erat untuk melampiaskan kekesalannya.

Senyum Mattheo yang tadinya mengembang kini menghilang. Jika ia melihat orang lain  bersedih, ada rasa senang di dalam dirinya yang selalu muncul. Tapi berbeda kali ini, melihat wajah tampan Danuar yang biasanya tersenyum, selalu membuat dirinya merasa senang. Namun, melihat wajah itu yang menunjukkan kesedihan, ada rasa tidak nyaman di hatinya. Ia tidak suka melihatnya.

Mattheo tidak pernah mengerti mengapa hati manusia mudah untuk dibolak-balik seperti ini. Pertemuannya dengan Danuar secara langsung adalah hal yang pertama kali, namun jauh sebelum itu satu hari sebelum pembukaan galeri Mattheo sudah bertemu dengan Danuar. Hanya secara sekilas, saat pria itu terlihat sibuk dengan palet di tangannya.

"Danuar, tidak ada salahnya mengungkapkan perasaan pada seseorang. Kau tidak harus bersedih atas penolakan yang Aksa lakukan. Mungkin dia memikiki alasan untuk menolakmu."

Mattheo melihat tatapan rumit milik Danuar, dia hanya bisa tersenyum tipis membalasnya.

"Kita baru bertemu, mengapa kau sepeduli ini padaku? Tidak peduli jika aku akan patah hati atau tidak, bukankah aneh jika kau sepeduli ini pada orang asing?"

"Ya, anggap saja kau beruntung bertemu motivator sepertiku. Aku sangat berbakat menjadi motivator, lho."

Mattheo terkekeh melihat raut masam di wajah Danuar. Ah... perasaan senang itu datang lagi.

"Lebih baik kau pulang, istirahatkan diri dan pikiranmu. Masalah tidak akan bisa langsung selesai, semua butuh waktu dan proses."

Danuar mengangguk membalasnya, lalu menyodorkan handphone miliknya. Mattheo mengernyit bingung, untuk apa?

"Minta nomormu."

Namun, Mattheo menggeleng. Menolak memberikan nomor pribadinya. "Kita tidak harus sering bertemu dan berbincang seperti ini. Tapi, kau bisa menemuiku di galerimu setiap pukul 7 malam."

Sebenarnya, Danuar tidak puas dengan perkataan Mattheo. Namun, jika menyangkut privasi, Danuar tidak bisa memaksa. Jadi dia mengambil handphone-nya dan pergi.

"Ck. Perasaan yang memuakkan, layaknya bunga krisan. Dia bisa hancur bersama perasaannya itu."

Sekarang tatapan Mattheo tampak rumit. Menatap punggung Danuar yang menghilang di balik pintu, ada rasa tidak nyaman di dadanya.

"Sial! Aku tidak mau menjadi bunga krisan."

~~~~

Aksa terbangun, namun is tetap tidak bisa menggunakan pancanya untuk melihat karena kain yang masih menutupi matanya. Namun, ia tidak merasakan kakinya yang terikat lagi, bahkan kini kondisinya tengah berbaring.

Tapi, ia tidak bisa menggerakkan tangannya dengan leluasa. Sial! Tangannya masih terikat dan parahnya sekarang diikat dengan rantai. Karena setiap ia menggerakkan tangannya, bunyi gemerincing mengiringinya.

"SIAPAPUN TOLONG GUE!!"

Bunyi gemerincing terdengar berisik karena Aksa terus bergerak untuk melepaskan diri. Ia yang tadinya berbaring kini setengah terduduk, ia tidak bisa menggapai tangannya satu sama lain karena pendeknya rantai yang mengikat tangannya.

Aroma itu lagi. Walaupun tidak ada terdengar suara apapun, aroma itu selalu menggelitik hidungnya.

"TOLONG LEPASIN GUE, BRENGSEK!" Suaranya sedikit teredam karena suara gemerincing gesekan besi rantai.

"Sungguh mengesankan, padahal aku belum mengeluarkan suara apa-apa"

Suara langkahnya kini lebih terdengar bahkan menggema bagaikan mendengar suara teriakan yang teredam.

Aksa merinding, ia lebih memilih untuk diikat di kursi seperti sebelumnya daripada ini. Ia masih bisa mengelak dari apapun yang ia lakukan jika saat duduk, tapi sekarang menggerakkan kepalanya saja sungguh susah.

Aksa bisa merasakan kain satin sprai yang menggesek kulit lengannya. Ia menyadari ia masih menggunakan celana kerjanya namun bajunya bukan lagi kemeja kerjanya melainkan kaos kebesaran yang ia tidak tau milik siapa.

"Apa? Apa yang lo lakuin ke gue?! Bajingan!!"

Aksa meringis kesakitan kala rahangnya kembali dicengkeram dengan kuat. "Kamu tahu, Sayang? Aku ingin segera ke inti, tapi bermain denganmu terlihat lebih menyenangkan."

Kepala Aksa terhempas saat orang itu melepaskan cengkeramannya.

"Bilang aja mau lo apa?! Gak usah pake cara kaya gini! Cupu lo?!"

Walaupun ketakutan, Aksa tetap melawan.

Aksa mendongak kala tangan besar itu bermain di lehernya dan berjalan mengusap lembut tengkuk lehernya yang membuat kepala Aksa menjadi terangkat sedikit dari kasur.

"Kau akan menyukainya," bisiknya lembut di telinga Aksa tapi Aksa merasa mual.

"Dalam mimpimu!" Jawab Aksa namun yang ia bisa dengar hanya suara tertawa pelan.

"Si sialan ini malah mentertawakanku." Batin Aksa

"Makanlah."

Aksa mengernyit heran, pria di depannya ini memang gila. Kondisinya masih terikat dan maya tertutup tapi memerintahnya untuk makan.

"Bego! Bawa balik! Bisa-bisa gue keracunan."

Hening, namun tidak lama Aksa merasakan cengkeraman kuat di rahangnya. Ia juga merasakan cairan masuk ke dalam mulutnya. Rasa manis namun bau amisnya membuat Aksa mual.

Aksa dengan segera memuntahkan cairan itu walau sedikit enak dan dingin tapi ia tidak ingin mengorbankan nyawanya hanya karna suatu cairan.

"Lo bego, ya?! Mau bunuh gue?!"

"Apa yang salah? Itu hanya susu, aku memberikannya padamu agar tidak kehausan."

"Susu apaan yang amis kayak gitu bangsat!!" Aksa berteriak, rasanya cukup aneh jika dibilang susu.

"Susu kambing. Bagaimana rasanya?"

Aksa terkejut. "Susu kambing?"

"Aku berbaik hati memberimu sarapan dan juga minum. Tapi kamu menolaknya?!!" Suara itu meninggi membuat Aksa tersentak kaget.

Aksa semakin menutup rapat mulutnya. Dalam hidupnya ia tidak pernah menyukai susu kambing, bahkan ia juga tidak pernah meminumnya. Ia paling benci dipaksa melakukan sesuatu hal yang tidak ia suka.

Sial! Aksa ingin muntah rasanya.

"Tidak tahu diuntung ya? Masih baik aku memberikannya di gelas, tidak kupaksa untuk dari milikku."

Tangan itu menarik paksa dagu Aksa hingga mulutnya terbuka.

Aksa bisa merasakan rasa air susu tadi berjalan melalui mulutnya hingga tenggorokannya namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, mulutnya sudah dipenuhi bibir sang penyalur air tersebut.

Awalnya Aksa hanya merasakan rasa susu di mulutnya namun ia juga merasakan benda tidak bertulang yang tengah beradu dengan lidahnya.

"Hnnngg ..." Aksa memberontak tapi pria dihadapannya ini tidak memberikannya waktu jeda untuk bergerak.

Tapi pemuda ini tidak kehabisan akal, tangannya kini sudah bergerak memasuki kaos kebesaran milik Aksa dan meraba perut rata nan hangat itu.

Tangan besar itu sedikit menurun dan berhenti tepat dibagian bawah perut Aksa yang membuat Aksa sontak mendesah disela-sela bibirnya yang sedang dilumat.

Indera Aksa yang lain menjadi sangat sensitif karena matanya yang tidak bisa melihat apapun.

Jantung Aksa berdebar kencang padahal tidak seharusnya ia mendesah seperti itu padahal ia diperlakukan seperti itu oleh orang mesum yang menculiknya.

Berbeda dengan penculiknya, senyumnya semakin merekah saat mendengar suara indah itu keluar dari belah bibir Aksa.

"Kau menyukainya," godanya

"LEPASIN GUE, BRENGSEK!" Aksa tidak mau mengakui kalau suara itu berasal dari dirinya.

Aksa ingin sekali meninju orang yang ada di hadapannya tapi lengannya bahkan semakin sakit karena rantai itu benar-benar mengekangnya.

Di saat Aksa sedang berkutat dengan rantai di lengannya, bibir Aksa dikecup sebentar tanpa ada rasa sensual.

"Kamu sebenarnya sangat menggemaskan"

Tempat tidur itu menjadi lebih ringan, lelaki itu turun dari tempatnya itu dan meninggalkan Aksa sendirian.

Sedangkan Aksa merutuki dirinya sendiri, merenungi responnya akan si mesum itu.

~~~~~~

Seluruh barang di kamar yang didominasi warna abu-abu gelap itu tampak kacau karena pemiliknya selalu melemparnya ke sembarang arah. Bahkan beberapa barang yang terbuat dari kaca juga pecah berserakan.

Pemilik kamar itu tampak kacau dengan sebotol minuman keras di tangannya. Tidak mabuk tapi sangat kacau penampilannya.

"Danuar! Jawab Mama, Sayang!!"

Suara ketukan pintu ia abaikan, kembali menenggak botol itu. Rasa terbakar sangat terasa di tenggorokannya. Tapi hal itu tidak membuatnya berhenti untuk meminumnya.

Hidupnya sangat kacau sejak ditinggal oleh Aksara malam itu. Ia tersandung skandal yang membawa kesan buruk bagi perusahaan keluarganya. Bahkan sebagian orang juga mencemoohnya. Ayahnya bahkan ingin menangguhkan galeri miliknya untuk sementara waktu.

Namun, Danuar masih bisa mempertahankan galeri tetap buka. Walaupun kini tampak sepi karena hampir tidak ada pengunjungnya.

"Danuar!!"

"PERGI, MA!! DANU INGIN MENENANGKAN DIRI DULU!!"

Tadi, ia berhadapan dengan sang ayah karena skandal ini belum usai masih ada beberapa orang yang menuntut kebenaran kepada ayahnya. Tidak sedikit juga beberapa klien yang memilih melepaskan diri dan memilih bergabung dengan perusahaan lain.

Di tegukan terakhir, Danuar bangkit setelah menghabiskan satu botol penuh. Ia tidak mabuk, hanya sedikit pusing. Di tengah kesadarannya yang menipis, Danuar mengambil sebuah kanvas dengan ukuran 40x40.

Menggambar abstrak dengan beberapa warna yang bahkan hanya dengan asal tertempel. Hampir tiga jam, titik-titik kecil dengan tangkai sebagai penghubung mulai terlihat.

Forget Me Not.

Danuar memilih menggambar salah satu bunga ini untuk mengungkapkan kesetiaannya menunggu Aksara.

"Sialan, gue bahkan udah kangen sama lo, Sa."

~~~~

"Ini semakin menyenangkan."

Tawa menggema di seluruh ruangan, melihat bagaimana kucing kecil miliknya meringkuk ketakutan di tengah ranjang yang luar itu. Tangannya memegang sebuah gelas berisi anggur merah.

Matanya menyorot tajam penuh hasrat untuk menyiksa.

"Lanjutkan ke rencana B. Masa bodoh dengan segalanya, aku ingin segera menandainya menjadi milikku."

Seringainya terbentuk semakin tajam.

Continue Reading

You'll Also Like

KING [End] By Kim Ryu

General Fiction

4.9M 264K 53
Queenaya Rinjani harus membayar hutang sang ayah kepada seorang CEO sekaligus seorang pemimpin mafia, dengan ikut bersamanya. Apakah Naya bisa bertah...
Family By xwayyyy

General Fiction

117K 5.5K 22
hanya fiksi.
69.1K 5.2K 17
Menikah dengan 'dia' adalah hal yang sama sekali tidak pernah ada di pikiran Salsa maupun Lian. Kedua nya sudah menjadi musuh bebuyutan sedari kecil...
1.8M 1.3K 30
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...