Making My Own Happy Ending✔️

By roseannejung

389K 49.7K 7.4K

[SELESAI] Rosaline adalah putri bangsawan yang tergila-gila pada Jeremiah. Cinta butanya pada sang penerus t... More

Cast
Bab 1 : Ingatan Masa Lalu
Bab 2 : Siapa Rosaline
Bab 3 : Hubungan Jeremiah dan Rosaline
Bab 4 : Pernikahan
Bab 5 : Malam Pertama
Bab 6 : Kesetiaan Lia
Bab 7 : Selamat Tinggal
Bab 8 : Festival Musim Gugur
Bab 9 : Di bawah langit
Bab 10 : Kekacauan
Bab 11 : Di Ujung Tanduk
Bab 12 : Histeria
Bab 13. Selamat Ulang Tahun
Bab 14 : Twisted
Bab 15 : Ke arah yang lain
Bab 16 : Pergi
Bab 17 : Chrysanthemum
Bab 18 : A promise
Bab 19 : Segalanya Tak Terduga
Bab 20 : Hitam dan Putih
Bab 21 : Vianoz
Bab 22 : Kejelasan
Part 23 : Kill Bill
Bab 24 : Number One
Bab 25 : Matahari dan Bulan
Bab 26 : Selena
Bab 27 : Selena II
Bab 28 : Crash
Bab 29 : Firasat
Bab 30 : Crossed Line
Bab 31 : Hati yang mengeras
Bab 32 : Hati yang Mengeras II
Bab 33 : Tikus dan Kucing
Bab 34 : Last Chance
Bab 35 : New Day
Bab 36 : In The Meantime
Bab 37 : Here He Comes
Bab 39 : Unravel I
Bab 40 : Unravel II
Bab 41 : Unravel III
Bab 42 : Theodore and Selena
Bab 43 : Getting Closer
Bab 44 : Truth Untold
Bab 45 : Melting
Bab 46 : Fear
Bab 47 : The Liar
Bab 48 : The Past, Present, and Future
Bab 49 : Madeline
Bab 50 : The Game Has Started
Bab 51 : Keep You Safe
Bab 52 : Confrontation
Bab 53 : Is This The End?
Bab 54 : My Happy Ending
Epilog
Extra Chapter : Moving On I
Extra Chapter - Moving On II

Bab 38 : So, This Is Love

7.5K 997 235
By roseannejung

Trigger Warning : Sexual Content.

Pembaca dibawah umur DILARANG untuk lanjut membaca!

You've been warn.

A/N : please, hargai penulis dengan tidak hanya komen next atau lanjut. (Perasaan aku udah sering ngomong, ya. Tapi masih ada aja.)

Anyway, minggu ini update sesuai jadwal lagi. 

Vote, komen, masukin reading list, dan follow akun roseannejung.

Happy reading

***

Tidak ada kata yang bisa menggambarkan seberapa bahagia Rosaline saat ini. Jeremiah yang selama ini tidak pernah mau hilang dari pikirannya, hadir dalam wujud nyata. Ia bisa memeluknya dan pelukan itu terbalaskan.

Rasanya terlalu indah untuk jadi kenyataan.

"Bagaimana bisa kau ada di sini? Bukankah seharusnya kau ada di Vixen? Bagaimana dengan peperangan di sana?" Rosaline bertanya begitu ia menguraikan pelukannya.

"Semuanya telah berakhir," jawab Jeremiah.

"Apa maksudmu?"

"Berakhir."

Rosaline mengerjap. "Apa Kairos menang?" teaknya

Sebuah senyum tipis terukir di wajah Jeremiah. "Seperti apa yang kau tuliskan di surat itu."

Napas Rosaline tercekat. Ia menutup mulutnya yang sedikit terbuka dengan telapak tangan.

"Benarkah? Tapi, aku membaca di surat kabar kalau--"

"Rosaline!" Seruan seseorang mengalihkan perhatian Rosaline dan Jeremiah.

Justin terlihat setengah berlari dari dalam gedung dengan wajah khawatir. Laki-laki dengan senyum manis itu melirik kereta kudanya yang berhenti di tepi jalan lalu ke arah Rosaline bergantian. Ia menyadari ada laki-laki asing yang berdiri di samping wanita itu, namun tidak terlalu memperdulikan.

"Aku melihat kereta kudaku berhenti di tengah jalan. Ada apa? Apa ada masalah? Apa keretanya membuatmu tidak nyaman?"

"Sama sekali tidak ada masalah, Justin. Semuanya baik-baik saja."

"Lalu kenapa?" tanya Justin lagi.

Rosaline melirik ke arah Jeremiah, dan detik itulah Justin baru memperhatikan dengan jelas laki-laki yang sedari tadi berdiri di samping perempuan itu. Laki-laki itu tinggi, bertubuh tegap dan memakai seragam ksatria yang familiar di mata Justin. Hanya saja Justin tidak ingat dari kerajaan mana asal seragam itu. Dari lencana kehormatan yang berderet di bagian dada seragam yang dikenakannya, tebakan Justin, posisi laki-laki itu tidak main-main.

Belum sempat Justin mengutarakan rasa penasarannya, laki-laki itu sudah terlebih dahulu mengambil satu langkah ke hadapannya. Sekaligus menghalangi Rosaline dari pandangan Justin.

"Perkenalkan, saya Jeremiah." laki-laki itu mengulurkan tangannya dan Justin segera menyambut uluran tangan itu. "Suami Rosaline."

Detik itu juga, Justin menyadari keadaan apa yang sedang terjadi di hadapannya saat ini.

"Saya banyak mendengar cerita tentang anda. Terima kasih telah mengajarkan Rosaline berkuda. Saya dengar istri saya sangat menikmatinya."

Justin kehilangan kata-kata. Ia hanya bisa tersenyum kaku.

***

Di tengah perjalanan dari arena pacuan kuda menuju rumah, Jeremiah bercerita tentang keadaan Vixen yang sebenarnya. Tidak seperti media yang menggembar-gemborkan cerita mengenai kondisi Kairos yang terus terdesak, pada kenyataannya posisi Kairos semakin menguat. Hanya saja, memang ada beberapa daerah kecil yang sempat diambil alih oleh musuh. Namun, daerah itu tidak fatal dan dapat dikuasai kembali dalam waktu singkat.

Kairos pun sengaja meminimalisir serangan dan memilih untuk menekan musuh melalui jalur politik dan perdagangan. Kerajaan-kerajaan kecil yang dulunya ikut membantu musuh untuk melawan Kairos dipaksa mundur dengan ancaman atau perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak.

Dengan dukungan kepada musuh yang terus berkurang, kekuatan mereka pun melemah. Pada saat itu, Kairos melancarkan rencana besar yang telah lama disusun oleh Jeremiah dan akhirnya memenangkan perang yang telah terjadi selama bertahun-tahun di Vixen.

"... Saat ini kerajaan sedang mengatur rencana untuk pemulihan Vixen dibawah pemerintahan kerajaan Kairos. Tugasku telah selesai, maka dari itu aku segera ke Polina untuk bertemu denganmu." Jeremiah menyelesaikan cerita panjangnya.

"Kau tidak lupa dengan apa yang kukatakan malam itu, kan," ucap Jeremiah dengan suara rendahnya. Rosaline meremas gaun birunya dengan erat. "Boleh aku meminta jawabanmu sekarang?"

Rosaline menarik napas. Mencoba mengontrol jantungnya yang berdegup tak karuan.

"Apa reaksiku saat bertemu denganmu tadi belum cukup untuk menunjukkan padamu jawabanku?"

"Aku tidak mau menduga-duga." Jeremiah menggeleng pelan. "Dimana cincin pernikahanku? Kau tidak membuangnya, kan." Jeremiah melirik jemari tangan Rosaline yang kosong tanpa satu pun perhiasan. Bahkan cincin pernikahan milik wanita itu pun tak nampak.

"Tentu saja aku tidak membuangnya. Apa aku sudah gila?"

"Nathaniel bilang, kau selalu memakai cincinku di ibu jarimu. Tapi sudah beberapa bulan ini ia tidak pernah melihatnya lagi. Apa itu karena laki-laki yang barusan kita temui?"

"Maksudmu Justin? Tentu saja tidak! Dia hanya teman. Sungguh!" Rosaline panik. "Selama ini aku memang memakai cincinmu di ibu jariku, tapi berat badanku terus turun, dan cincin itu jadi terlalu longgar. Aku takut menghilangkannya tanpa sengaja. Jadi, aku menyimpannya di lemari kamarku. Begitu juga dengan cincinku."

"Benarkah?" satu alis Jeremiah terangkat.

"Benar, aku sama sekali tidak berbohong. Sesampainya di rumah aku akan mengembalikan cincin milikmu. Aku ingat menyimpannya di kotak berwarna hitam di dalam lemari. Aku tidak bohong."

"Baiklah," ucap Jeremiah dengan wajah datar.

Melihat reaksi itu, Rosaline jadi bertanya-tanya. Apa Jeremiah benar-benar ingin memulai hubungan mereka dari awal lagi? Laki-laki itu terlihat sama dinginnya dengan di masa lalu. Malahan, keadaan saat ini lebih terlihat seperti Rosaline yang memaksa Jeremiah untuk bersamanya.

Rosaline melihat Jeremiah yang duduk di hadapannya. Laki-laki itu diam dan sedang menikmati pemandangan kota Polina yang ramai dari balik jendela.

***

Kereta kuda yang dikendarai Nathaniel berhenti di halaman rumah Rosaline di Polina. Jeremiah bilang, sebelum menyusul Rosaline ke gedung pacuan kuda, laki-laki itu terlebih dahulu ke sini. Namun yang ia temui hanya Nathaniel dan Nancy. Saat itulah, Nathaniel memberitahu Jeremiah kalau Rosaline sedang berada di gedung pacuan kuda bersama Justin.

"Aku akan segera mengambil cincinmu di kamar. Tolong tunggu sebentar." Tak lama setelah memasuki rumah, dan mempersilahkan Jeremiah untuk duduk di ruang tamu Rosaline dengan langkah terburu-buru menaiki anak-anak tangga.

Ia hampir saja tersandung gaunnya sendiri karena tidak hati-hati.

"Sial, sial, cincinnya... " Rosaline membuka pintu kamar lebar-lebar lalu berjalan ke arah lemari pakaiannya yang besar. Seperti apa yang ia bilang barusan, Rosaline menaruh cincinnya dan cincin Jeremiah di sebuah kotak perhiasan berwarna hitam. Lalu kotak itu ia taruh di lemari.

Tapi, kenapa ia tidak bisa menemukan kotak itu sekarang.

"Tidak mungkin... tidak mungkin... Kumohon cincin tetaplah berada di sana" Rosaline semakin panik. "Tidak mungkin kotak itu hilang! Aku ingat betul menaruhnya di-- Ini dia!" Dengan tangan gemetar, Rosaline mengambil kotak hitam yang dimaksud dari bagian dalam lemari. Ia membukanya dan melihat dua buah cincin yang serasa masih tersimpah rapi di dalamnya.

Napas lega langsung keluar dari bibir Rosaline.

"Syukurlah tidak hilang." Perempuan itu hanya mengambil cincin milik Jeremiah dan menaruh kotak tadi di tempat semula. Saat Rosaline berbalik, betapa terkejutnya ia saat melihat Jeremiah yang sudah ada di ambang pintu kamarnya.

"A-aku menemukannya. Aku tidak bohong!" Rosaline menunjukan cincin yang ada di tangannya.

Rosaline baru mengambil satu langkah, saat Jeremiah tiba-tiba menutup pintu kamar Rosaline, lalu menguncinya dari dalam. Rosaline berdiri mematung di tempatnya, sedangkan Jeremiah melangkah mendekat.

Sedetik kemudian, yang Rosaline rasakan adalah telapak tangan hangat menyelimuti kedua pipinya lalu bibir Jeremiah menyentuh bibirnya.

Rosaline terkesiap, saat Jeremiah mulai menciumnya. Menyesap bibirnya berkali-kali dan menarik tengkuknya untuk semakin memperdalam ciuman. Ketika bibir Rosaline sedikit terbuka, Jeremiah memasukan lidah panasnya. Dan saat itulah kaki Rosaline seketika lemas.

Dua kali hidup di dunia, baru kali ini Rosaline merasakan ciuman sepanas dan sedalam ini. Perutnya tidak berhenti bergejolak seakan-akan ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari.

Napas sepasang manusia itu sudah tak beraturan dan Rosaline harus mendorong dada Jeremiah dengan cukup kuat untuk memisahkan bibir mereka.

Dengan terengah-engah Rosaline tidak berani menatap mata laki-laki di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Jeremiah sambil mengangkat dagu Rosaline untuk menatap wajahnya. "Kau menangis. Apa kau tidak menyukainya?"

"Bukan." Rosaline menggeleng cepat. Ia bahkan tidak sadar kalau air matanya sudah terjun bebas dari pelupuk mata. Dengan cepat ia seka jejak air mata itu dengan punggung tangan. "Aku hanya kaget sekaligus lega. Sejak di kereta kuda tadi... entah kenapa aku merasa khawatir. Sikapmu begitu dingin. Aku takut kau berubah pikiran. Aku takut kau akan pergi saat aku tidak bisa menemukan cincin itu. Aku takut kau menyesal. Tapi kau menciumku. Itu berarti, semua kekhawatiranku salah."

"Maaf." Jeremiah menghela napas, sambil mengusap pipi Rosaline. "Sepertinya aku hanya bisa membuatmu menangis."

Dua pasang mata itu saling bertatapan.

"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk bersikap dingin padamu. Aku hanya tidak tahu harus bersikap seperti apa. Kumohon jangan salah paham. Aku tidak pernah berubah pikiran. Malahan, aku yang takut kau tidak akan menerimaku kembali."

"Melupakanmu adalah hal paling sulit untukku lakukan," jawab Rosaline. "Cincinmu." Perempuan itu mengulurkan cincin yang sejak tadi mati-matian ia pegang agar tidak terlepas saat Jeremiah menciumnya dengan intens. "Aku mengembalikannya."

Bukannya mengambil cincin itu, Jeremiah malah kembali mencium Rosaline. Rosaline kaget, dan kali ini melepas cincin itu tanpa sengaja. Hingga membuat benda kecil itu menggelinding di lantai dan berhenti entah dimana.

Ciuman kali ini terkesan terburu-buru. Tubuh Rosaline bahkan terus terdorong hingga akhirnya menempel pada dinding.

Rosaline tahu ia tidak bisa terus diam dan hanya menerima semua ciuman Jeremiah. Ia harus membalasnya. Namun tidak tahu harus dimulai dari mana.

Dengan pengetahuan minim tentang hal seperti ini, Rosaline hanya mengikuti nalurinya. Saat ia merasa lidah Jeremiah sedang menjilat bibir Rosaline dan mulai masuk ke dalam rongga mulutnya, dengan ragu-ragu Rosaline menggerakan lidahnya untuk menyentuh milik Jeremiah. Dan sedetik kemudian ia mendengar Jeremiah menggeram pelan.

Rosalin sempat berpikir, kalau ia sudah melakukan kesalahan. Namun pikiran itu seketika buyar, ketika ia merasakan sentuhan yang menjalari tubuhnya. Ciuman Jeremiah pun terasa semakin menuntut.

Beberapa saat kemudian, ciuman terlepas dan Rosaline melihat bibir Jeremiah yang berkilau entah karena saliva miliknya sendiri atau Rosaline. Dengan akal sehat Rosaline yang tinggal tersisa setengah, ia pikir momen intim itu akan berhenti sampai di sini. Namun, saat Jeremiah mencium pipi Rosaline, turun ke rahang, hingga akhirnya bibir laki-laki itu menempel di kulit lehernya, Rosaline tahu kalau hal ini baru permulaan.

Yang Rosaline sadari kemudian adalah gaun musim panasnya yang berwarna biru telah tanggal. Lalu tubuhnya yang entah sejak kapan tak lagi berdiri, melainkan berbaring di tengah-tengah ranjang. Ia melihat Jeremiah melepas satu persatu kancing kemeja hingga terpampang dada bidang dan otot perutnya yang keras. Lalu sedetik kemudian laki-laki itu memeluknya. Kulit bertemu kulit dan Rosaline merasakan panas di tubuhnya yang semakin membara.

Wajah Jeremiah persis berada di depan Rosaline. Hidung mereka bersentuhan dan sudut-sudut bibir Rosaline tidak bisa untuk tidak naik.

"Is this a dream?" tanyanya.

"No, this is love," laki-laki itu menjawab sambil membelai lembut pipi sang wanita.

.

TBC

A/N : Fun Fact, dua kali hidup di dunia baru kali ini Rosaline ngerasain making love. Di kehidupan pertamanya dia mati dalam keadaan masih perawan.

See you in the next chapter. 

Bye~

Continue Reading

You'll Also Like

590K 36.3K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
16.7K 2K 19
❝Sudah lama tidak bertemu, apa kabarmu, Adinda?❞ Terbangun di antah berantah dengan luka di sekujur tubuh membuat seorang gadis kebingungan, seingatn...
396K 58.8K 83
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
Anak Buangan Duke By Luna

Historical Fiction

32.1K 5.6K 16
[Brothership story!] "Padahal hanya anak buangan, tapi kamu seolah memiliki kuasa seperti seorang raja!" Kalimat itu ditujukan pada Arthevian Montros...