Never Let Me Go!

By VEE050593

2.2K 328 107

Follow dulu sebelum baca YinWar Area & Ghostship Area ☠️ Harapan ini berhenti padamu Setelah kulewati cahaya... More

Pengenalan Tokoh
00 : I Can See U
01 : Posesif
03 : Dicintai Itu Memang Indah, Namun Saling Mencintai Jauh lebih Indah
04 : Bertemu Pujaan Hati
05 : Menggoda Pujaan Hati
06 : Mimpi
07 : Itu Tidak Mungkin
08 : Bianglala?
09 : Sudah Dalam Rencana
10 : Sebenarnya...

02 : Bracelet

181 29 8
By VEE050593

Jangan lupa tinggalkan jejak, well see you lama untuk fanfic ini...

Happy reading ❤️

KiranaRana617

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Hei, kamu tidak mendengar ku?" Seru Dunk membuat War gelagapan terlebih saat tiba-tiba Ping mengguncang tubuh War, dia pikir War kesambet karena dia diam bak patung manekin.

"A-ada apa?" Tanya War sedikit gugup lalu dia lihat hanya ada mereka di kelas lantas segera dia bereskan bukunya yang masih berserakan di atas meja.

"Kamu memikirkan salah satu anggota band itu ya? Ingat, kamu sudah punya abang Pawat. Nanti kalau dia tahu kamu memikirkan laki-laki lain habis kamu dia bantai." Ping tertawa terbahak setelahnya. Dia sangat suka menggoda War dengan Pawat. Padahal yang digoda tidak punya perasaan apapun pada Pawat, tapi tidak dengan Pawat.

War mengambil buku Lalu memukul lengan Ping. Ucapannya yang mengingatkan War pada Pawat kembali membuat mood dia hancur. Bukan apa-apa, kemarin Pawat menyatakan cinta pada War, dia nyatakan di saat dia dan keluarganya makan malam bersama di luar.

"Tidak bisakah kamu berhenti menyebut nama Abang Pawat?" Ujar War memutar bola mata dengan malas karena merasa sangat muak. Kemarin malam itu benar kejadian yang sangat memalukan bagi War. Dia jadi serba salah.

"Ah, maafkan aku. Aku hanya bercanda saja War. Katakan, kamu memikirkan salah satu anggota band Galaxy, kan?" Imbuh Ping belum juga jera menggoda War.

"Dia bukannya memikirkan salah satu anggota band Galaxy tapi memikirkan Yin Anan Wong!" Tampik Dunk membuat pipi War bersemu merah karena perkataan Dunk bingo tepat sasaran. Terlebih saat War ingat Anan turut menaikan satu alisnya dan mendekatkan wajahnya untuk menggoda War, kan War jadi ingat dengan kejadian yang sudah lama berlalu. Kejadian ketika mereka masih pacaran.

"Yin Anan Wong?" Tanya Ping mencoba mengingat siapa Yin Anan Wong, soalnya dia pernah mendengar nama Yin Anan Wong.

"Itu, mahasiswa transfer yang kini juga menjadi anggota baru di club' basket." Jelas Dunk membuat Ping ingat dimana dia pernah mendengar nama Yin Anan Wong, dan nama itu dia dengar dari mulut Meen selaku capten team basket.

"Ganteng sih, tapi menurut aku masih gantengan Abang Pawat ketimbang dia..." Pendapat Ping siapapun selalu Meen yang paling tampan dimatanya.

"Kalau menurutku pembawa basis band Galaxy yang paling tampan. Tinggi semampai dengan senyum yang mempesona." Mereka memejamkan mata untuk mengingat wajah pria yang Dunk katakan paling tampan.

"Pembawa basis? Ah, aku justru tertarik dengan vokalisnya. Ganteng banget... Tapi tidak, aku sudah punya kekasih. Sudah yuk, kita pulang!" Ajak Ping lebih menyukai vokalisnya ketimbang yang lain.

Mereka setuju dan kini berjalan bersama menuju parkiran, setelahnya mereka berpisah karena Dunk lebih dulu berhasil mengambil motornya. Lalu ping lebih memilih pergi ke fakultas kekasihnya, katanya mereka mau pulang bareng. Dua orang itu memang meninggalkan War karena rumah mereka berbeda arah. Tak lama, War juga berhasil mengambil motor Vespanya, barulah setelah itu dia mulai meninggalkan campus.

Namun sial! Nasib War sungguh malang, tiba-tiba saja motor Vespanya mati dan terpaksa dia dorong ke pinggir jalan. Dia mencoba menyalakan mesin, tetapi motor Vespanya masih juga belum bisa dinyalakan.

War merutuk kesal, dia bukan anak teknik sehingga dia tidak mengerti kalau motornya sudah mogok begini.

"Apakah motor mu mogok?" Suaranya lembut sukses membuat War menoleh ke sumber suara. Ternyata kini ada Anan yang berhenti di samping motornya. Mata War membola ketika melihat Anan, pria yang selalu terbayang-bayang dalam benaknya. Terlebih paras Kaiden lebih menyerupai Anan.

Dagh

Digh

Dugh

Jantung War berdegup dengan kencang. Terlebih saat dia turut menunduk memperhatikan motor Vespa War yang mogok. Jarak sedekat ini membuat War bisa mencium aroma tubuh Anan serta melihat wajah tampan Anan tanpa hambatan. Dimata War, paras Anan semakin tampan.

"Jika kamu tidak keberatan, apa aku boleh memeriksa nya?" Tanya Anan sopan dan ramah kepada War yang selalu memberikan dia tatapan sengit. War tidak punya pilihan lain sehingga dia hanya bisa mengangguk lalu bergeser untuk memberikan akses lebih luas untuk Anan.

War berusaha keras menenangkan jantungnya yang berdebar tak karuan, mencoba bersikap senatural mungkin pada pria yang ingin sekali dia benci tapi malah berakhir sebaliknya.

Setelah sekian tahun, jantung War kembali menggila oleh pria yang sama. Sedangkan Anan sibuk mengotak-atik motor Vespa War hingga tangannya sedikit kotor.

"Nah sudah bisa!" Cetus Anan lalu dia tersenyum hingga membuat bibir War sampai ternganga saat dia tersenyum. Namun secepat kilat War berusaha mengatur ekspresi wajahnya agar terlihat biasa dan datar.

Anan memang selalu bisa diandalkan.

Lalu ketika War melihat tangannya kotor, "Tunggu sebentar." Segera War mengambil tisu basah dan menyerahkannya pada Anan.

"Kita sudah sering bertemu tapi kita belum berkenalan? Kamu Bahkan pernah melempari aku dengan kursi. Aku Yin Anan, kalau kamu siapa namamu?" Tanyanya sembari mengambil tisu dari tangan War yang membuat raut War kembali buruk untuk Anan.

"Bahkan sampai sekarang kamu masih bersikap tidak mengenal ku?" Ucap War emosional pada Anan yang sungguh tidak mengerti apa salahnya. Dia benar-benar tidak mengenal War. Dia memang sudah mencari tahu informasi tentang War, tapi tidak begitu detail. Sebab keluarga War bukan keluarga biasa.

"Apa dulu kita pernah bertemu? Maaf, 5 tahun yang lalu aku kecelakaan jadi aku tidak ingat dengan semua kejadian yang telah berlalu. Sungguh, apa dulu kita saling mengenal?" Jelas Anan akhirnya terpaksa dia katakan perihal dia yang amnesia.

"Apa maksudmu dengan kecelakaan? Kamu kabur!" Itulah informasi yang War dapatkan tentang Anan, Anan kabur begitu War meminta Anan bertanggung jawab. Sepertinya ada seseorang yang sengaja merusak hubungan mereka.

"Kabur?" Satu kata dari Anan yang tampak bingung, dia mencoba mengingat kejadian yang terlupa tapi tetap tidak bisa karena hanya berakhir seperti biasa. Kepalanya sakit. Dia memang tidak dianjurkan untuk memaksa mengingat masa lalunya karena itu bisa membuat kepalanya sakit. Dokter yang menanganinya berkata biarkan memori itu mengalir apa adanya. Jangan dipaksakan.

Anan segera berjalan ke mobilnya yang tidak jauh terparkir di sana, jalannya sempoyongan. Dia sampai salah memegang gagang pintu saking hebatnya rasa pusing yang menderanya.

Klik'
War yang membuka pintu mobil untuk Anan. Anan segera masuk, dia buka dashboard mobilnya untuk mengambil obatnya.

War berdiri diam, tadinya dia marah-marah hebat tapi melihat Anan seperti ini malah membuat hatinya terluka.

"Haahhh..." Lirih Anan kini sudah mengambil tisu, dia mimisan. Inilah yang terjadi jika dia memaksa dirinya untuk mengingat masa lalu. Ini masih belum parah karena segera dia hentikan. Jika terus dia paksa maka dia akan berakhir di rumah sakit.

Kini War sudah masuk kedalam mobil, dia mau membantu Anan minum obat.

Botol obat itu bertuliskan bahasa inggris, tapi dia pernah melihat botol obat seperti itu. Pamannya seorang dokter spesialis bagian otak.

"Maaf, aku merepotkan mu!" Lirih Anan setelahnya dia merebahkan tubuhnya pada kursi yang sudah dia setel. Kepalanya benar-benar pusing.

"Apakah sangat sakit?" Suara War terdengar bergetar, setidaknya sekarang dia menjadi tahu kalau dulu Anan tidak lari dari tanggung jawab tapi dia kecelakaan.

"Lumayan..." Sahut Anan meringkuk memegang kepalanya yang bukan lumayan rasa sakitnya.

"Apakah kita perlu ke rumah sakit?" Dia sungguh mengkhawatirkan Anan.

"Tidak perlu, biarkan aku tidur sebentar. Nanti juga hilang!" Jelas Anan tidak mau War di tampar oleh Forth karena membuat Anan memaksa mengingat masa lalunya.

Klik'
War menutup pintu mobil lantas dia hidupkan mesin mobil agar AC mobil bisa dia hidupkan.

Dengan lembut dia usap kepala Anan yang membelakanginya.

Srethhh, Anan memutar tubuhnya menghadap ke arah War yang duduk di kursi kemudi.

"Sungguh, apa dulu kita saling mengenal?" Tanya Anan tidak begitu jelas penglihatannya, buram. Karena buram itulah dia tidak melihat mata War yang basah, namun dia bisa mendengar suara tangisannya walaupun War sudah berusaha menangis dalam diam.

"Sepertinya kita saling mengenal mengingat kamu hanya diam... Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi aku minta maaf jika aku telah menyakiti mu..." Ujar Anan serak mencoba melihat dengan jelas wajah War, tapi percuma, rasa sakit di kepalanya membuat penglihatannya buram.

War melihat gelang pemberian nya bergantung menjadi gantungan ponsel Anan. Di gelang tersebut ada huruf A&W. Ponsel Anan tergeletak di dashboard mobil.

Hanya itu yang Anan punya mengenai kenangan lamanya. Jika itu hilang, dia langsung panik. Pokoknya gelang itu tidak boleh hilang.

War sendiri yang membuat gelang itu. Gelang itu sepasang, War juga punya.

Melihat gelang itu membuat tangisan War semakin menjadi-jadi. Sepertinya dia harus menyelidiki sendiri kejadian 5 tahun yang lalu mengingat semua informasi yang diberikan oleh orang tuanya salah semua.

Orang tuanya bilang Anan kabur tapi pada kenyataannya Anan malah kecelakaan. Yang War takutkan adalah, kecelakaan itu direkayasa oleh orang tuanya sendiri mengingat mereka tidak pernah menyukai Anan. Mudah-mudahan saja tidak begitu.

Anan menarik tangan War, dia tidak tahu kenapa War menangis namun dia harap War menangis bukan karena dia.

Kini War sudah berada dalam dekapan Anan, "Aku tidak apa-apa, jadi jangan menangis..." Bahkan cara Anan mendiamkan War yang sedang menangis masih sama seperti dulu, dia bahkan mengusap lembut punggung War.

War mengangguk lalu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Anan. Yah dia menangis dalam pangkuan Anan.

Tiga jam kemudian ada yang mengetuk pintu mobil Anan. Hal itu membuat Anan dan War bangun dari tidurnya, mereka ketiduran.

Langit di luar juga sudah sore.

Setelahnya pintu mobil terbuka, ternyata Perth yang mengetuk pintu mobil Anan.

"Adek sudah 2 jam menunggu Abang... Ternyata Abang di sini malah pacaran..." Misuh-misuh Perth tadi dia sudah naik taksi tapi begitu dia melihat mobil Anan di tepi jalan, dia segera turun. Dan sekarang mobil taksi itu sudah pergi.

Anan mengusap wajahnya, dia benar-benar lupa tentang tugasnya yang selalu menjemput Perth.

Mata War mengerjap-ngerjap seraya merapikan penampilannya.

"Maaf, Abang ketiduran..." Terang Anan seraya meraih pergelangan tangan Perth dan mendudukkan Perth di pangkuannya. Adik kecilnya jika sudah marah harus dibujuk dulu, jika tidak bisa dia diamkan selama seminggu.

"Abang punya pacar, tapi kenapa adek tidak boleh punya pacar?" Rutuk Perth memberikan tatapan merajuk pada Anan.

"Aku bukan pacarnya?" Tampik War mencoba menjelaskan status dia dan Anan pada Perth. Walaupun dia tidak tahu Perth itu apanya Anan, tapi sepertinya dia sangat berharga bagi Anan. Tadinya dia cemburu pada Perth yang duduk di pangkuan Anan tapi begitu Perth berkata dia pacar Anan, itu artinya hubungan Anan dan Perth bukan sebagai kekasih.

"Bukan apaan, mana ada teman yang tidur sambil berpelukan?" Pungkas Perth tidak percaya.

Seketika itu juga wajah War langsung memerah dan Anan sendiri dia mencubit hidung mancung Perth yang masih duduk dipangkuan.

"Kalau dia pacar Abang apa adek setuju?" Tanya Anan malah semakin membuat wajah War memerah.

Perth menatap War dari atas sampai ke bawah. Lalu dia menatap Anan dan membingkai wajahnya.

"Setuju jika Abang bahagia. Adek hanya ingin Abang bahagia..." Perth tidak pernah mempermasalahkan dengan siapa kedua saudaranya menjalin kasih, dia hanya ingin kedua saudaranya bahagia.

"Abang mimisan ya tadi? Bandel banget sih, udah dibilangin gak usah maksa untuk mengingat masa lalu, biarkan memori lama itu datang sendiri. Batu banget sih jadi orang... Kalau Abang kenapa-kenapa gimana?" Omel Perth tahu dari adanya tisu berdarah di dalam tong sampah.

Sejauh ini War hanya memperhatikan interaksi mereka berdua seraya menerka-nerka hubungan antara Anan dan Perth.

"Cerewet banget sih, ya ampun... Udah duduk sana, adek berat. Kram kaki Abang memeluk adek..." Ujar Anan malah semakin panjang lebar Omelan Perth.

"Gak mau tahu, pokoknya setelah ini adek diet kalau adek masih mau Abang gendong! Pindah sana, sumpah! Adek berat!" Potong Anan untuk kicauan Perth yang tidak berakhir.

"Adek masih kesal bukannya dibujuk malah bikin adek tambah kesal!" Dia enggan beranjak dari pangkuan Anan.

"Mohon maaf, Hubungan kalian apa ya?" Interupsi War pada Anan dan Perth yang lagi adu bacot.

"Kami bersaudara! Dia adikku!" Jelas Anan lalu meminta Perth memperkenalkan dirinya pada War.

"Perth Tanapon!" Perth memperkenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya pada War.

"War Wanarat!" War menyambut huluran tangan Perth.

"War Wanarat Ratsameerat bukan?" Terka Perth tersenyum penuh arti.

"Kok tahu?" Setelahnya jabatan tangan mereka terlepas.

Perth hanya tersenyum penuh arti yang membuat War menjadi kepikiran.

Pada akhirnya mereka berpisah karena mereka harus segera pulang.

"Bye-bye kakak ipar, sampai ketemu besok!" Seru Perth pada War yang sudah menghidupkan mesin motor Vespanya.

Anan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, adik kecilnya absurd banget. Sementara itu War terkekeh, sepertinya War harus lebih dewasa lagi dan tidak boleh melihat sesuatu hanya dari satu sisi.

Setelahnya War melajukan motor Vespanya yang antik.

"Pokoknya adek gak mau tahu, adek juga pengen punya pacar! Jika sampai Abang melarang adek punya pacar, maka adek akan menjadi orang pertama yang menentang hubungan Abang dengan kakak ipar."

Mobil mereka sudah jalan.

"Kakak ipar apa sih dek, kami baru kenalan..." Kilah Anan apa adanya.

"Baru kenalan, tapi sudah tidur bareng sambil berpelukan... Hemmm, tertawa setan mendengarnya." Tampik Perth pada akhirnya takdir mempertemukan Anan dan War lagi.

"Iya, adek setannya!"

"Biarin, daripada Abang... Tukang ingkar janji, janjinya mau jemput adek. Tapi nyatanya Abang malah pacaran! Pokoknya nanti sampai di rumah adek ngadu sama Abang Forth! Biar Abang dimarahi!" Perth kalau sudah bicara tidak pernah singkat.

"Adek mau Abang turunin di sini?"

"Boleh!" Sahut Perth antusias sebab memang itulah yang dia mau, pulang seorang diri. Pergi kemana-mana sendiri, pokoknya dia mau bebas.

"Gak jadi!" Tandas Anan lupa dia kalau memang itulah yang Perth inginkan.

"Ih Abang gak asyik! Besok adek berangkat ke kampus minta antar sama Abang Forth ajalah, adek ngambek sama Abang!"

Anan terkekeh, adik kecilnya lucu, merajuk kok dibilang. Sepanjang perjalanan pulang Perth selalu misuh-misuh, pokoknya ada saja yang mau dia katakan pada Anan.

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

30K 3K 55
Cerita Ini Berdasarkan Halu Ku Yg Sangat Bucin Dgn 2 Kapal Hantu Ini :)) . . Ini Wattpad Pertama Gw Dan Semoga Kalian Senang Dengan Ceritanya Dan Enj...
10.5K 1.2K 48
Knock knock!! Siapa? ehh maaf salah rumah...
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
161K 13.1K 44
Bagi Vegas, Pete adalah dunianya Dan bagi Pete, Vegas adalah mimpi terburuknya Homophobic dilarang mampir!!