Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Getaran Candu?!

24.2K 235 4
By chihamusen

VOTE DAN SPAM KOMENTAR DONG!!

DITUNGGU DARI KALIAN YAA BIAR RAJIN UPDATENYA....

"Akhirnya rencana kita berhasil! Meera gak perlu jadi teman kita." sorak Yura merasa senang bersama Rhea dan Della saling kegirangan melompat-lompat kecil di tempatnya.

"Iya gue senang banget Meera gak bisa nyentuh Elion." ucap Della sembari sebentar melirik Rhea dengan agak malas karena masih kesal tiba-tiba Rhea mencetuskan ide gilanya itu.

"Jangan ngambek dong Lo! Itu bisa jadi masalah terbesar dalam hidup Meera dan dia akan dikucilkan satu sekolah apalagi nanti Elion bisa putus sama Nency gara-gara Meera juga penyebabnya hahaha,," ujar Rhea yang mencoba mengingatkan Della tentang agar temannya itu tak perlu cemburu.

"Iya-iya deh gue maafin ya Lo kali ini!!"

"Gue gak salah ya! Bilang makasih dong kan itu juga bisa bantu Lo nanti kalau beneran Elion akhirnya putusan gara-gara Meera tapi yah sekarang malah gagal deh!" ucap Rhea memutar matanya jengah.

"Iya Rhea sayang sahabat gue paling pinter punya otak brilian! Lo emang terbaik deh pokoknya!!" kata Della kini memeluknya cukup terharu.

"Itu anak-anak cewek pada kenapa dah?" cibir Sevan melihatnya saat suara ketiga cewek itu terdengar melengking berisik ke tempat mereka.

"Sebentar gue mau nyusul Vanca dulu." kata Adhery mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa sih Lo nyariin dia mulu? Gak bisa kepisah emang sama dia?" ejek Enggar terkekeh geli.

"Bacot!!" sinis Adhery.

"Gitu doang marah Lo!!" delik Gaztra tajam.

"Jangan ikut campur." tegur Kaden sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh eh diam ada Adhery tuh!!" bisik Della seketika geng Rhea terdiam sebentar.

"Dia mau ngapain lagi sih kesini?!" tanya Yura takut meliriknya.

"Oh baju Meera Lo pakai ya? Pantesan dia gak keliatan." cibir Adhery sinis meneliti sekilas baju olahraga agak kekecilan yang melekat di tubuh Rhea. Seolah menampilkan bentuk lekuk tubuh Rhea didepannya.

"Gak kok. Meera sendiri yang pinjamkan ke gue. Lo tanya aja sama dia deh dasar sewot,," jawab Rhea sebentar yang kemudian langsung membekap bibirnya sendiri saat keceplosan sedang berbicara dengan cowok itu dan seketika begitu sadar akan tatapan tajam aneh dari Adhery semakin menajam ke arah tubuhnya dan membuat ia segera memeluk dirinya sendiri entah malu atau takut ketahuan bohong.

"Lu sih! Pakai baju olahraga dia! Besok-besok tuh bajunya dibakar aja biar gak bawa sial mulu!!"

"Iya harus deh kayaknya bikin kesal aja,,"

Setelah berkeliling mencari Rivanca. Adhery melihat cowok itu tengah berdua dengan seseorang ditempat sepi yang lebih jauh dari keramaian mungkin itu didekat sekitar gudang sekolah. Untung mereka belum sampai masuk kesana. Mungkin Adhery tak akan menemukannya langsung.

"Kalian berduaan lagi ngapain?" tanya Adhery sejenak yang terhenti beberapa jarak dari mereka.

"Gak kok! Nggak ngapa-ngapain!!" elak gadis itu cepat dengan wajah Meera sudah memanas dengan suara mulutnya yang terdengar berbeda. Ia bahkan mendorong tubuh besar Rivanca hingga cowok itu sedikit terhuyung ke arah Adhery yang langsung teman cowok itu maju ke arahnya.

"Eh homo Lo ngapain sih kesini?!" kesal Rivanca seakan terganggu sekali oleh kehadiran temannya itu disaat genting.

"Gak papa gue cuma mau samperin Lo doang kirain Lo kenapa,," ujar Adhery melirik sebentar ke arah Meera yang sudah berlari menjauh lebih dulu. Tapi wajah gadis itu tak begitu terlihat di depan matanya.

"Anjing! Padahal bentar lagi kelar! Malah makin sakit nih gue tahan!!" gumam Rivanca mengerang frustrasi. Adhery pun mengernyitkan alisnya ikut terheran.

"Argh! Sialan Lo brengsek!!" umpatnya mengusap gusar wajahnya yang keringatan mulai terasa panas dingin sesaat.

"Oh habis sama siapa tadi?! Gue cuma ngawasin doang ya biar Lo tahu, gak harus ngerepotin gue lagi!!" jelasnya cuek.

"Gak peduli gue bangsat!!" omel Vanca masih marah antara terkejut dan sedikit malu.

"Tuh kan Lo lagi sakit kayaknya." ucap Adhery saat menyadari perubahan raut wajah temannya itu sedikit aneh.

"Gak usah pegang-pegang Lo anjing!!" emosi Rivanca terasa geli saat Adhery ingin menyentuh dahinya lagi sempat untuk memeriksanya sebentar.

Sebelumnya Meera masih sangat terguncang. Kenapa ia harus berurusan dengan geng Bang's terutama Rivanca? Padahal Meera sangat menghindari cowok kriminal gelap itu. Tapi apa daya sudah terlanjur masak. Daging sudah manjadi gosong. Meera harap dirinya langsung saja tenggelam dibawa arus deras ketika banjir bandang terjadi mendadak muncul untuk segera membawanya.

Saat ini tangan Meera tremor hebat, ia tak bisa mengendalikan dirinya untuk tetap tenang. Namun Meera harus segera bersiap kembali untuk menghadapinya sebelum dirinya akan memasuki kelas lalu bertemu dengan geng Bangs dan geng Rhea yang sudah senantiasa menjebaknya.

Sebenarnya yang salah siapa sih? Padahal Meera sudah merasa yakin bahwa Elion tepat ada didepan matanya tapi kenapa malah Rivanca yang muncul dihadapannya tiba-tiba dengan sangat begitu dekat.

Mengingatnya saja sudah membuat tubuh Meera lebih merinding tak keruan. Ia tadi sempat menyentuh bagian kotak otot-otot keras perut lelaki itu. Sungguh mungkin badan cowok sangat kekar untuk terus sentuhnya. Bahkan tanpa sadar tangan Meera mulai merambat turun ke arah bagian bawah pusatnya. Hampir saja Meera menggenggam tonjolan milik lelaki itu tanpa menginginkannya.

"Enggak! Sumpah aku gak sengaja tahu! Yap aku harus meminta maaf sebelum dia marah besar dan membuatku terjerat dalam masalah serius." gumam Meera mengigit bibirnya kuat-kuat ia harus mengumpulkan nyalinya agar tak lagi mengusik seorang Rivanca si ketua geng Bangs itu.

***

Sedikit demi sedikit Meera mulai menarik perhatian mereka semua dikelasnya teruma dengan geng Bangs tempat meja para cowok itu bersebrangan. Meera duduk didekat geng Rhea meski tak sepenuhnya terlalu dekat. Mana mungkin juga geng cewek itu menerimanya. Pasti Meera paling tidak disuruh mendekat sebentar kalau Rhea memanggilnya.

Karena Meera gagal sejak kemarin. Ia harus terpaksa menuruti keinginan geng Rhea yang menyuruhnya melakukan hal konyol seperti ketika akan memasuki kelas dan menuju ke arah bangkunya Meera harus berjalan dengan merangkak di bawah lantai seperti anak anjing yang terlahir.

Meera tentu saja mau melakukannya bukan secara cuma-cuma. Lebih tepatnya ia harus melakukannya juga untuk dirinya sendiri agar tak terlihat oleh geng Bangs si Rivanca begitu Meera berada disini. Sebisa mungkin Meera tak ingin menarik perhatiannya lagi.

"Ohiyaa gue lupa kasih tau Lo! Karena Lo udah gagal Lo harusnya juga pindah tempat duduk jauh dari kita. Gue gak mau dekat-dekat sama Lo!!" kecamnya.

"Tapi kalian sendiri yang duluan mendekatiku. Aku gak tahu harus duduk dimana lagi." ujar Meera pelan yang masih berada dibawah sana ketika Rhea sedikit membungkuk membisikkannya.

Begitu mulai terdengar heboh, geng Rhea sedikit mundur ketika Rivanca tiba-tiba muncul baru saja datang memasuki kelasnya.

"Ikatkan tali sepatu gue!!" ujar Rivanca tepat dihadapan Meera yang masih merangkak tapi belum sampai ke arah bangku harus terhenti saat cowok itu langsung menghalanginya.

Meera tak sempat melihat karena ia tak begitu fokus, terlalu memikirkan geng Rivanca yang sebenarnya dia sendiri tak begitu tahu tentangnya kalau cowok itu selalu ada dibalik mejanya yang sering tak terlihat  terlindungi oleh tubuh-tubuh para temannya itu seolah menjaga ketenangannya dari berbagai macam gangguan cewek lain yang ingin mendekati ketuanya.

Meera segera mengikatkan tali sepatu Rivanca tanpa tahu siapa dia, dengan begitu saja. Setelah selesai mengikat sebentar. Cowok itu pun menyuruhnya untuk berdiri. Lalu dibantu oleh Enggar agar Meera tak kesulitan saat lututnya agak lecet akibat bergesekan cukup lama dengan lantai.

"Gak perlu repot-repot ta-tapi ma-makas--?!" cicit Meera sesaat lalu menghentikan kalimatnya karena saking terkejutnya melihat wajah senyuman Rivanca yang ringan sedang memperhatikan dirinya lebih dekat dengan jarak kecil ini.

Lalu cowok berwajah datar itu masih menyeringai samar dan mulai sedikit berjongkok untuk membersihkan juga seragam rok Meera lalu mengusapnya pelan melalui celah paha dalam Meera diam-diam bahkan tangan besar lelaki itu mulai masuk bergerak kecil menyelusup naik ke dalam roknya dan hampir mengenai pangkal pahanya paling atas.

"Enghh..." desah Meera sedikit tertahan begitu tangan Rivanca sekilas bermain pada bagian sensitif bawah tubuhnya.

"Sialan kenapa rasanya aneh dan terasa begitu geli?! Plis tolong singkirkan tangan bejatmu itu dari sana." Meera seakan memelas pada cowok itu untuk berhenti dan segera menjauh namun apa yang Rivanca artikan Meera seperti malah terlihat menyukainya.

"Tubuh Lo ternyata bereaksi sebaliknya ya dari ekspresi lugu pongah yang biasanya Lo tampilkan. Lo pasti menginginkan hal lebih dari ini." gumam Rivanca terus tersenyum samar.

"Lo baik-baik saja kan?" tanya Enggar sembari mengerlingkan matanya sedikit nakal.

"I-iya tadi sedikit sakit lututku,," balas Meera dengan napasnya mulai tak beraturan dan tubuhnya menahan getaran kecil berusaha merapatkan pahanya namun sialnya tangan Rivanca malah semakin tertahan masih berada disela pahanya.

"Lo gak mau apa lepasin tangan Rivanca dari paha seksi Lo itu eh?" goda Gaztra membisikkannya agak sensual dari arah belakang samping berdiri didekat gadis itu sambil menyeringai kecil.

"Sana Lo pada kembali ketempat duduk Lo sana!!" usir Adhery sinis pada geng Rhea yang merasa heran dan bingung melihat tingkah Meera saat Rivanca sedikit mau berbaik hati seolah menolongnya pada gadis itu.

Meera tersadar atas apa yang dikatakan oleh teman cowok itu. Ia pun segera membuka pahanya perlahan namun anehnya. Justru Rivanca sedikit mencengkeram bagian sela pahanya dengan gemas lalu mencoba menarik celana dalam untuk turun ke bawah setelah ia sempat menyentuh titik tengah kemaluan Meera dengan jarinya menekan, untuk berusaha masuk ke dalam lubang sempit miliknya. Hampir saja ia menyelipkan kedua jarinya namun terhenti saat Meera menggeliat cukup gelisah.

"Karena gue mulai udah ngantuk. Gue harap gak ada yang berisik lagi dikelas ini atau leher Lo semua gue patahin kalau sampai buat suara keributan sedikit aja siap-siap berhadapan sama gue,," ujar Rivanca setelah dia bangkit berdiri kembali menegakkan tubuh jangkungnya lalu mengedarkan pandangannya datar ke sekeliling mereka ia menatap penuh tajam ke arah para murid dikelasnya itu.

Meera pun mulai sedikit mundur dari langkahnya namun tubuhnya agak tertahan oleh badan besar Sevan yang sedikit terkejut refleks saat bokong Meera begitu menekan area vital kejantanannya dari arah belakang.

"Bisa diem kan? Pantat Lo mau nih gue masukin langsung cih?" cibir Sevan sinis setengah berbisik pada Meera yang sontak terdiam menahan dirinya agar berhati-hati dengan mereka.

"Ingat tuh kalian semua jangan pada ribut! Adhery mau fokus belajar dan Rivanca mau lanjutin tidur malamnya," jelasnya pada mereka semua yang ada dikelas ini.

"Molor mulu! Kapan meleknya Lo?" Enggar tak habis pikir dengan kebiasaan buruk Rivanca yang selalu turu ditempat khususnya itu.

"Gue mau lanjutin mimpi basah gue yang sempat tertunda kemarin."ujar cowok itu sambil menatap Meera lebih tajam sambil tersenyum miring. Membuat gadis itu menelan ludahnya yang terasa kering sedikit menyiksa tenggorokannya kala mata tajam Rivanca ingin menusuknya saat itu juga.

"Dasar gila cuma mimpi doang Lo malah jadi makin sinting kayak gini?" cibir Kaden sudah tak tahan ikut menatapnya geli.

"Mimpi yang akan bisa gue buat jadi kenyataan indah saat gue sudah terbangun nantinya. Jadi siap-siap aja sebelum itu sampai terjadi." ucapnya yang masih memandangi Meera dengan seringai miringnya.

Setelah itu geng Rivanca berlalu begitu saja kembali ke arah tempat bangku mereka dan meninggalkan gadis itu yang sedang mengepalkan tangannya kuat. Bahkan Meera meremas roknya agar gadis itu bisa sedikit tenang kembali, atas apa yang telah Rivanca lakukan tadi barusan dengan perbuatannya pada dirinya.

"Rok Lo jangan dinaikkan lagi!!" tegur Adhery datar berhenti sejenak begitu ia melirik sekilas ke arah gadis itu ketika Meera ingin menarik kembali celana dalamnya yang hampir terlepas gara-gara oleh tangan mesum Rivanca padanya tadi sebelumnya.

"Engh-nggak kok." Meera lantas menggelengkan kepalanya malu. Ia langsung melototkan matanya ke arah Rivanca yang juga tengah masih menatapnya dari tempat duduk sembari membalasnya dengan  kedipan singkat.

"Dasar cowok-cowok kurang ajar!!" rutuk Meera tak terima begitu tersadar akan kelakuan mereka.

TBC.....

Continue Reading

You'll Also Like

55.5K 4K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
823K 87.1K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
52K 8.2K 50
Rahasia dibalik semuanya