āœ”[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

By DeaPuspita611

372K 23.1K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... More

[Day 00] ć…” PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 12] ANGEL'S SCARS

8.3K 680 12
By DeaPuspita611

Happy Reading in #Day12

#Balada

Balada: sajak sederhana yg mengisahkan cerita rakyat yg mengharukan, kadang-kadang dinyanyikan, kadang-kadang berupa dialog

Aksa hanya bisa terbaring saat tubuhnya merasa lemas. Pagi tadi, saat terbangun ia merasa sangat tidak bertenaga. Namun, ia tidak merasa panas pada tubuhnya. Malah terbilang normal.

Lalu, bagaimana ia bisa berakhir di sini? Padahal ia masih ingat jika semalam ia berada di pantai dan seseorang...

Sial! Ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi.

Jadi, dirinya hanya bisa mengabari Mattheo jika ia absen hari ini. Setelahnya, ia melempar asal handphone-nya.

Saat ia menatap langit-langit, pikirannya melanglang memikirkan kejadian di gedung galeri milik Danuar.

Rasa frustasi itu tiba-tiba datang mengingat pemuda itu menyatakan cinta padanya. Sial, pikirannya jadi kacau.

Sekarang, ia harus melakukan apa? Untuk menyibukkan diri dan melupakan kejadian semalam. Tapi, tubuhnya bahkan lemas dan tidak bertenaga untuk melakukan apa-apa.

Ponsel Aksa kembali berdenting, kali ini bukan pesan masuk melainkan email. Yang dikirim oleh... ADHIYAKSA?!

Aksa jelas terkejut, mengapa Adhiyaksa mengiriminya email? Apa pemberitahuan jika ia dipecat? Atau sesuatu hal buruk tentang pekerjaannya?

Sial! Karena kejadian semalam, Aksa tidak bisa berpikir jernih tentang apapun. Hanya pikiran negatif yang terus berlalu-lalang.

Eh?

Mata Aksa membulat saat membaca lampiran surat tersebut. Rekomendasi perpindahan kerja ke perusahaan induk? Di Milan?

Aksa benar-benar dilanda rasa terkejut, bahkan dia hanya karyawan yang bekerja baru dua hari. Namun, dengan tiba-tiba ia mendapat surat seperti ini.

Entah, dirinya harus senang atau bagaimana. Ia juga kebingungan. Di satu sisi, ia senang mendapat surat ini karena dengan begitu ia bisa sedikit menjauh dari Danuar untuk menenangkan pikirannya. Namun, di sisi lain apa orang tuanya akan setuju?

Di tengah rasa bingungnya, handphone yang berada dalam genggamannya berdering. Nama 'Mama' tertulis di sana.

"Halo, Ma?"

"Kamu apa kabar, Aksa? Baik-baik saja, kan?"

Aksa mengernyit, suara ibunya terdengar bergetar. Seperti menahan tangisan.

"Mama, kenapa?"

"Aksa bisa pulang sebentar, Nak? Ada yang mau Papa dan Mama bicarakan dengan Aksa."

Aksa berpikir, hari ini ia tidak bekerja. Dan jika orang lain melihatnya, mereka akan berpikir Aksa pemalas.

Tapi, ia malah tidak tenang jika tidak ke sana. Ibunya tampak terlibat masalah.

"Aksa usahakan ya, Ma. Kemungkinan, malam nanti Aksa bisa ke sana."

"Hati-hati ya, Nak. Mama menunggu di rumah."

Ah, mungkin lain kali saja ia membahas hal ini dengan orang tuanya. Aksa memaksakan diri untuk bangkit dari ranjangnya. Ia akan meminum obat untuk mencoba meredakan lemasnya.

####

Hari begitu cepat berlalu, Aksa bersiap pergi ke rumahnya. Setelah memberitahu Nada akan kepulangannya, Aksa langsung menuju basement untuk mengambil motornya.

Jalanan cukup ramai malam ini, Aksa melanjutkan motornya dengan kecepatan rata-rata. Ia juga menyempatkan diri mampir ke minimarket untuk  membawa buah tangan untuk ibunya.

Saat makan malam tiba, Aksa baru sampai di depan rumah yang cukup mewah. Satpam yang berjaga langsung membukakan pintu melihat tuan mudanya pulang.

Saat turun dari motor, ia dapat melihat maid paruh baya yang sudah menunggunya di depan pintu. Orang yang menemaninya jika sang ibu harus meninggalkan rumah untuk bekerja. Hampir dua puluh tahun beliau bekerja.

"Bibi Ratih!"

Maid itu tersenyum, menatap tuan mudanya yang semakin menggemaskan dari hari ke hari. Namun, senyum tipis itu seakan hilang saat ia mengingat masalah yang menimpa tuan muda kecilnya.

"Den Aksa, selamat malam..."

"Malam, Bi. Mama sama Papa udah di rumah, kan?"

"Sudah, Tuan Besar meminta Anda untuk segera menemuinya."

Aksa mengernyit, ia merasa ada yang janggal dengan sikap bibi Ratih. Apa masalah yang terjadi cukup parah?

Aksa tidak bicara lagi, ia berjalan mengekor di belakang bibi Ratih. Dilihatnya, di ruang keluar ibunya tengah menunduk dan ayahnya yang tengah menikmati segelas kopi di sana.

"Aksa pulang..." Aksa mencicit lirih, bibi Ratih membungkuk sedikit untuk izin undur diri. Tersisa keluarga kecil di tengah suasana yang cukup menegangkan.

Suasana yang berubah begitu cepat setelah bibi Ratih pergi membuat Aksa merasa sangat tidak nyaman. Ia jarang bertemu sang ayah, jadi dihadapkan situasi seperti ini sangat membuatnya gugup.

Belum sempat ia bertanya apapun, ayahnya yang tampak sangat marah melayangkan satu tamparan ke pipi Aksa.

"MAS!!"

"ANAK SIALAN! TIDAK BERGUNA!! KAMU MAU MENGHANCURKAN REPUTASI PERUSAHAAN PAPAMU INI?!!"

Aksa mematung, pipinya terasa panas. Lindia yang melihat suaminya melakukan kekerasan pada anaknya langsung bertindak. Ia membawa Aksa ke dalam dekapannya, menatap benci ke arah sang suami.

"Apa yang kamu lakukan, Mas?! Dia anak kamu!!"

Lindia dapat merasakan tubuh Aksa bergetar pelan. Lindia mengusap punggung Aksa membisikkan kata penenang pada anaknya.

"Lihat! Ini akibat jika kamu terus memanjakan dia sampai dia melunjak!! Memalukan!!"

"Aku meminta Aksa pulang buat menjelaskan semuanya, bukan jadi samsak tinju kamu, Mas!!"

Lindia menatap nyalang ke arah sang suami, ia tidak mengerti mengapa suaminya berubah menjadi sosok kasar dan emosional seperti ini. Padahal, saat mereka menikah dulu, suaminya adalah sosok lembut.

"Jelaskan hal ini?!"

Aksa gemetar, saat ayahnya melempar foto-foto saat ia berciuman dengan Danuar. Air matanya bisa jatuh kapan saja jika ia mengedipkan matanya.

"Aksa benar-benar tidak tahu kalau situasinya akan seperti ini, Pa." Di dalam dekapan ibunya Aksa berucap lirih.

Ia tidak membuka media sosial apapun hari ini, setelah meminum obat tadi ia langsung berbaring untuk tidur lagi. Baru saat siang menjelang sore ia bangun.

"Apa jangan-jangan selama ini kamu gay? Memalukan sekali seorang Ranendra memiliki seksual yang cacat."

Hatinya terasa sakit. Padahal, ia belum mengatakan alasannya, tapi ayahnya tidak mendengarkannya sama sekali. Jadi apa gunanya ia dipanggil ke mari jika penjelasannya bahkan tidak didengarkan?

"PAPA BISA DENGERIN AKSA SEKALI INI AJA GAK, SIH?!" Aksa berteriak sekuat mungkin. Air matanya sudah lolos jatuh ke pipinya. Matanya tampak merah karena emosi.

Lindia yang melihat sisi lain dari anaknya itu ikut menangis, dekapannya sudah terlepas saat anaknya melepasnya paksa. Ia tidak pernah melihat Aksa menangis seperti ini bahkan saat di bawah tuntutan suaminya, tapi kali ini melihat anaknya yang meraung penuh kekecewaan seperti ini membuat hatinya tercabik-cabik.

Tubuh Aksa jatuh berlutut ke lantai, isakannya semakin terdengar keras, namun ayahnya masih menatapnya dengan ekspresi marah yang sama selama ia hidup. Bahkan, ia tidak pernah melihat ayahnya tersenyum untuknya barang sekali saja.

"Selama Aksa hidup, Aksa mencoba buat engga pernah ngecewain Papa." Aksa menghapus air matanya dengan kain lengan bajunya.

Ia berdiri dan menatap ayahnya dengan tatapan sedih, kesal, marah dan juga kecewa.

"Papa egois!! Papa cuma mentingin diri Papa sendiri!! Bahkan, Aksa anak Papa engga pernah dapat sedikit kasih sayang dari Papa!! Mungkin ini yang buat Randy kabur dari rumah!"

Aksa dapat melihat raut muka ayahnya yang semakin kesal, namun ia tidak perduli lagi. Ia ingin bebas, ia tidak ingin hidup bagai dalam sangkar Papanya lagi. Bahkan, Aksa tidak mengingat kapan terakhir kali ia dapat bebas tanpa kekangan dari ayahnya.

"Oh, ini yang kamu dapat dari teman-temanmu itu?! Anak begajulan yang selalu keluar malam untuk bermain liar! Bahkan, sampai menyimpang seperti keturunan Yudhistira."

"Asal Papa tau, Aksa bahkan gak pernah suka atau terlibat hubungan romantis sama siapapun, itu semua demi siapa?! Demi Papa! Biar Papa bisa liat prestasi Aksa!" Napas Aksa memburu, "Tapi kalo Papa berani jelekin teman-teman Aksa, bahkan Danuar sekalipun, Aksa engga akan pernah maafin Papa." Aksa sudah di puncak amarahnya, ia bahkan lebih membenci ayahnya daripada Danuar yang sudah memenuhi pikirannya dengan masalah yang ada.

Tapi bagaimanapun, sahabatnya lah yang selalu berada di sampingnya di saat ia terpuruk.

Tamparan kembali dilayangkan ke pipi Aksa bahkan kali ini membuat Aksa terjatuh. Cetakan telapak tangan sangat jelas di pipi Aksa yang putih.

Rezaㅡayah Aksa, seakan tidak punya hati saat melayangkan satu tamparan lagi. Hati nuraninya seakan hilang terhadap sang anak sulung. Ia bahkan tidak perduli dengan kondisi Aksa yang kacau.

"AKSA!" Lindia tidak tahan melihat Aksa yang kembali dipukul suaminya, ia sekuat tenaga mendorong Reza menjauh lalu memukuli dada suaminya dengan kedua tangannya.

"Berhenti memukuli Aksa, Mas. Dia tidak bersalah, semuanya karena kamu yang selalu bersikap egois!" Lindia meraung keras di hadapan sang suami.

Tetapi, suaminya itu tetap menghiraukannya dan kembali mendekati Aksa tampak sangat kacau.

"PERGI DARI RUMAH INI! PAPA TIDAK INGIN MELIHAT MUKA KAMU SEKARANG!" Reza dengan tega mengusir anaknya. Aksa yang kepalang emosi langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Aksa membiarkan angin malam mengeringkan sisa air mata di pipinya. Ia lelah dengan semua kejadian yang terjadi dua hari ini.

Mungkin ini saatnya ia meninggalkan semuanya. Rumah, keluarga, sahabat, bahkan kenangan hidupnya yang dulu bagaikan balada dan memulai jalan yang baru.

Aksa melemparkan dirinya ke atas kasur miliknya tepat setelah ia sampai ke kamarnya.

Ruangannya terasa sangat sepi dari sebelumnya, tidak ada kesan hidup di sana. Aksa melihat dunianya sekarang berubah menjadi hitam putih.

Pikiran Aksa penuh dengan segala permasalahan yang ia hadapi akhir-akhir ini, bahkan tidak memberikan istirahat untuk sesaat.

Aksa mencoba mengalihkan pikirannya dari masalah tersebut hingga terbentuk kata-kata balada yang membuat hatinya dan pikirannya tenang, tak lama Aksa terlelap perlahan.

Pagi-pagi sekali , Aksa tetap datang bekerja seperti biasanya, namun Elios tidak henti-hentinya mengganggunya.

"Lo kok gak datang kemarin?"

"Gimana jadinya lo sama sahabat lo itu?"

"Itu pipi lo kenapa?"

"Lo baik-baik aja kan?"

Elios tidak berhenti bertanya, namun apa yang dikatakan Aksa membuat Elios tertegun. Bukan jawaban seperti ini yang Elios harapkan. 

"Ini bakal jadi terakhir kalinya kita ketemu, El. Gue bakal pindah ke Milan."

"Lo keluar dari Adhiyaksa? Atau dipecat?"

Aksa tersenyum kecil, "Gue dapat tawaran kerja pindahan ke perusahaan induk Adhiyaksa yang ada di Milan dan gue bakal ambil tawaran itu."

"APA??!!"

Elios yakin, dia hanya cameo yang tidak berarti. Mengapa dunia sangat tidak adil?!!

Ia sudah bekerja lama di perusahaan ini, tapi ia belum pernah mendengar tentang perpindahan seperti ini. Jika bisa, ia ingin ikut agar tidak bertemu dengan Xavier. Ke cabang mana saja yang penting tidak ada sosok Xavier, bos kejam Adhiyaksa.

"Tapi, Sa? Bukannya lo udah daftar di univ sini, ya? Mau lo ke manain, tuh?"

"Kayaknya ngundurin diri, terus cari univ di Milan. Atau bisa ambil kuliah online."

Elios terus menatap Aksa, membuat pemuda itu sedikit risih. "Kenapa, El? Jangan natap gue begitu."

"Alasan lo ini... Bukan cuma perpindahan kerja, kan? Atau lo jadiin ini sebagai pelarian?"

"Ya, apapun itu. Keputusan ini udah gue ambil matang. Gue titip Nada, ya? Selama gue gak ada, datang seminggu sekali juga gak papa."

"Serahin aja sama Elios Zoelyn, dijamin aman!"

~~~

Ruangan temaram itu terasa lembab dan dingin, bahkan bau amis bisa mengganggu siapapun yang berada di ruangan itu tapi tidak dengan dua orang yang sedang berada di ruangan itu dengan tatapan serius.

"Kau kejam juga."

"Bukankah aku harus membuatnya sedikit dramatis?"

Salah satunya terkekeh, "Kau seperti ini karena jatuh cinta?"

"Tentu tidak, anggap saja aku tertarik pada satu mainan langka. Dan hanya aku yang boleh memilikinya."

"Iblis Xavier memang sangat kejam." Pria itu tertawa cukup keras.

"Theo."

"Okay, i'm done. Lalu, apa rencanamu selanjutnya."

Xavier menyeringai, "Pastikan malaikatku setuju untuk melakukan perpindahan kerja itu."

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 87.3K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
147K 9.2K 25
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
751K 6.6K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
942K 21.2K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...